16 - Masih Tentang Kita

38 7 8
                                    

*#NowListening Tahta - Tempat Yang Paling Indah 🎶🎵*

-----***-----

"Nggak baik diem-dieman terus, sana samperin Rully." Suruh Erma yang bertugas menjadi anggota divisi humas, dalam acara seminar bertajuk "Seni Menulis Opini Sosial Budaya" siang ini.

Kuremat jas almamater merah marunku resah. Kulirik Kak Ardan tampak serius memperhatikan materi, sedangkan Rully berdiri mengobrol bersama teman-teman divisi perlengkapan.

Masa' momen se-khidmat ini malah kutinggalkan untuk penyelesaian konflik pribadi?

"Nggak deh, Ma." Kataku tidak percaya diri.

"Lo berdua biasa lengket, tiba-tiba nggak ada tegur sapa gini, nggak heran jadi bahan gosip 1 prodi." Keluh Erma. "Siniin kamera lo, tarik Rully keluar auditorium, terserah mau ke kantin atau perpus. Yang penting pas lo balik, masalah kalian udah kelar."

"Gue sama Rully nggak ada masalah apa-apa, Erma Wulan Askarianti." Kusebut pemilik nama lengkap itu saking gemasnya.

"Nggak ada masalah, paling ganjelan doang. Yeuu.. sama aja, Lindi Lestari!" Balas Erma kecut.

"Terus, yang fotoin peserta di front row siapa kalo gue pergi?"

"Sonya sengaja kasih lo kerjaan volunteer biar kelihatan sibuk sama dosen pembina. Lo nggak lihat panitia fotografi sampe 5 demi ngejar sertifikat?"

Telunjuk Erma mengarah ke produktivitas Angga, Laksmi, Rofiq, Hafidz, dan Hizkia, yang menyebar di beberapa titik untuk menangkap bukti dokumentasi.

Konon, harga DSLR Hizkia dinilai sebesar UKT, hasil dari keterampilan memotretnya pun cocok dicanangkan sebagai asisten sekelas Darwis Triadi.

"Gue nggak tahu mau ngomong apa," jujurku berat. "Tunggu acara kelar dulu nggak apa-apa, kan? Sekalian kasih gue waktu buat mikir."

"Segede apa sih batu penghambat cara kalian bercakap?" Bisik Erma penasaran.

"Rully 'nembak' gue, Ma, udah gitu mantan gebetan gue ikutan nongol pula. Tuh, yang pake kemeja batik biru muda, baris kedua di belakang tim dosen Prodi Manajemen."

Erma terlongong dibarengi mata jelalatannya untuk bisa mencari siapa yang kumaksud.

"Serius, Rully sesuka itu sama lo? Dan mantan gebetan itu, cowok.. yang pake.. jam tangan Daniel Wellington keluaran terbaru itu??"

Suara Erma hampir memotong sesi tanya jawab bila tak lekas kucubit lengannya.

"Jangan keras-keras, anjir!" Peringatku tanpa suara.

"E-eh, maaf, Lin." Telapak tangan Erma refleks menutup mulut sewaktu Sonya, sang ketua pelaksana, memelototi kami.

"Wahh.. bisa-bisanya modelan perdana menteri kerajaan mampir kemari. Pantes... Laksmi sama Sonya heboh banget ngomongin om-om keren yang duduk di bangku penonton pas awal masuk. Maksudnya dia toh.."

Erma yang termakan pesona Kak Ardan, segera mengecek daftar hadir online peserta lewat google form, takkan salah nama karena tiap peserta dicantumkan nomor kursi.

"Ardan Tirtawarna. Bener, Lin?"

Aku tersenyum tipis. "Gue suka dia sejak masih sekolah, tapi harus gue lepas berhubung dia bakal nikah sama orang lain."

"Asli, lo kuat banget. Rully tahu soal ini?"

"Dia lagi berusaha bantu gue ikhlasin hal yang udah berlalu, supaya gue tetep lanjut maju ke depan."

KANNESIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang