13 - Tentang Kita I

34 6 15
                                    

Gara-gara terlalu diforsir membagi waktu antara kuliah dan kepanitiaan, jadilah ini adalah hari ketiga aku tidak masuk kuliah. Acara seminar memang diundur, tetapi rapat lewat google meet setiap siang tak dapat diulur.

Lima menit yang lalu, Erma dan Marshal mampir menjengukku, membawakan seloyang cheese cake, sekardus susu kaleng steril, dan selusin botol vitamin C 1000 mg. Hasil patungan anak-anak seangkatan, katanya.

Bohong, aku masih menjadi mahasiswa baru semester 4, bagaimana mereka bisa perhatian begitu?

Jawabannya, ada pada Rully, si ketua pencetus kehebohan.

Dasar aku, lupa kukatakan bahwa kebiasaanku saat sakit adalah bermanja-manja dengan orang di sekitarku. Kalau aku biasa nempel bunda seharian, maka Rully rela menjelma sebagai bantal dan guling hingga aku tertidur.

"Hati-hati, Kak, ntar doi baper."

Benar juga kata Lensa semalam.

Demamku sudah turun, tenggorokanku sudah membaik, tinggal bagaimana tubuh ini dikuatkan dari lemas tak bertenaga akibat terlalu lama rebahan.

Sambil mengedit artikel buletin kampus mengenai zodiak, iseng kucari tahu tentang nasib peruntungan Cancer minggu ini, lewat seorang astrologer yang diwawancara oleh divisi reportase lifestyle.

Keuangan
Hindari membeli kebutuhan cadangan, simpan untuk kepentingan mendadak

Agak benar, kuakui, ngapain kemarin aku titip Lensa belikan shampoo dua botol dengan wangi berbeda?

Asmara
Jangan terlalu tenggelam dalam bimbang, putuskan sesuai kata hati dan intuisimu

Kupeluk bantalku, terdiam merenung.

Rasa sayangku kepada Kak Ardan memang tinggal beberapa persen, hanya saja.. aku belum bisa menyukai apalagi menaksir Rully balik sama sekali.

Pengen jomblo sampai wisuda, boleh nggak? Pusing.

Kudesain sebaik mungkin, kusimpan, lalu kukirim artikel yang telah diedit itu kepada ketua UKM, agar bisa dicek sebelum naik cetak Senin depan.

Baru mau meluruskan kaki, saklar bel ditekan seorang tamu.

"Sebentaar!" Sahutku, melangkah pelan dari ruang keluarga. Masih oleng, kawan-kawan, maklum.

Kubuka pintu utama, kusaksikan raut wajah tersapu kenangan indah, terukir rindu dua bulan tak terperi, menatapku memesona sembari memeluk sebuket bunga krisan dan menenteng sebuah paper bag besar bermerek.

"Kak.. Ardan?"

Dia memang berjanji akan datang keesokannya setelah menelepon, ternyata tidak ada kabar. Kini, ia tengah berusaha memperbaikinya.

"Siang, Lindi."

Kak Audrel, Rully, kalian ke mana? Aku harus apa?

Kakiku mendadak terasa terpaku dengan tanah, sulit bergerak.

"Lin? Kamu sendirian di rumah? Lensa belum pulang sekolah, ya?"

"Hah? Ng.. i-iya, aku.. aku cuma sendiri." Tenggorokanku kenapa jadi sakit lagi?! "Silakan masuk, Kak."

Kak Ardan menanggapi santai, sedangkan kututup pintu rapat-rapat, menggapai sesuatu dari dalam saku piyama.

Keluarga Pinus

Lindi
Yah bun len
Kak ardan ke rumah

Lensa
OTW!!
Pas banget habis anter sania pulang!

KANNESIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang