"Bengong terus!"
Teguran Septa menyadarkanku, kalau kelas Manajemen Sistem Informasi akan segera berakhir. Dosen menginformasikan bahwa tugas mandiri sudah harus dikumpulkan lewat surel, maksimal Minggu pukul 12 malam, lalu diiyakan serentak oleh kami.
"Maaf," kataku saat dosen tersebut sudah ke luar ruangan. "Ada catetan tambahan, nggak?"
"Catetan lo lengkap, nggak tahu pikiran lo ke mana." Septa menjawab masa bodoh. "Mau ngantin atau langsung pulang?"
"Lah, lo laper lagi?"
"Menurut lo aja, Lin. Gue terakhir makan jam 11. Mau ikut?"
"Hmm.. boleh deh, tapi gue nggak ikut makan, ya?"
Septa mengangkat bahu cuek. "Terserah, yang penting lo nggak sendiri amat tunggu dianter pulang sama abang ojol."
Aku dan Septa melangkah bersisian menuju kantin fakultas dalam diam, Septa sibuk memainkan ponsel, sementara pandanganku mencari-cari keberadaan seseorang.
"Ta, lihat Rully, nggak?" Tanyaku usai Septa memesan mie ayam bakso.
"Gue nggak ketemu Rully seharian," cowok berkaus Polo shirt abu-abu gelap itu berkata jujur. "Maybe sibuk, ada rapat HIMABI kali."
"Rapat melulu, UKM gue aja jarang ngadain kecuali sebelum buletin terbit."
"Jangan samainlah, himpunan banyak proker, beda sama UKM."
"Iya sih.."
Kami berdua terdiam. Sementara Septa setia bermain PUBG, kucek ruang obrolan ponsel. Di mana hanya ada Lensa mohon izin pulang di atas pukul 20.00, ngakunya.. latihan basket dan belajar bareng Sania, hmm..
Tapi, serius, sebulan sejak kami resmi dating dengan cara yang tak terduga di Laniel Lounge, Rully dan aku jadi lebih irit berkomunikasi. Dulu, ia selalu menjemputku setiap ada kelas pagi ke kampus. Sekarang, aku sering menggunakan jasa ojol atau naik bus umum.
Jika nuansa chat-nya dahulu penuh kata manis bermakna, kini cukup saling berkabar.
Sesibuk itukah kamu, Rul?
"Makan, Lin." Septa menawariku, membuka bungkus sumpit dengan gigi rapinya.
"Iya, Ta, thanks."
"Jangan iya-iya aja, nggak enak nih makan sendiri. Lo juga siang tadi ke perpus bareng anak-anak Jurnalistik, kan? Yakin udah diisi tuh perut?"
Rada cerewet, ya, manusia satu ini. Kukira dia tipikal cowok serius sama kuliah, band, game, dan kuliner, ternyata bisa perhatian begini?
Walau pernyataannya tidak meleset.
"Gue belom laper, nggak apa-apa."
"Jangan sampe lo sakit gara-gara galauin gebetan, Lin."
Duh, pengen ngomong kasar... sayang, masih berada di lingkungan kampus.
Sambil menonton Septa melahap mie, iseng kubuka pesan singkat dari Erma.
Erma Watson
Lindiii
Lo di manaa?Lindi Cantiq
Kantin FEB bareng septa
Lo sendiri?Erma Watson
Ciusaann?
Gw lg sm sonya di Senayan City
Qt papasan gtu sm rully, oh dia gandeng cewe jg! Qt kira itu lo!Lindi Cantiq
Kalian masih di sana?
Rully lagi sama temennya mungkinErma Watson
Mungkin yaa
Tp dket bnget liinn
Bukan anak kampus qt jg deh kykny
Sodaranya bukan siih?
Iy qt msih di sency, lg makan
Rully sm tuh cewe di kafe sebrangnya
KAMU SEDANG MEMBACA
KANNESIA
Fanfiction[K(arena) A(ku) (da)N (diri)N(ya) (m)E(rupakan) S(atu) I(rama) (cint)A] . . Lindi harus memilih masa depan mana yang ia inginkan, sesuai petunjuk si misterius Milla. Menjadi istri Ardan yang pernah melukai hatinya, atau harus belajar mencintai Rully...