11 - Inginku, Bukan Hanya Jadi Temanmu

61 9 4
                                    

Bungkam suara Lindi, enggan mengemukakan pendapat selama tugas kelompok berlangsung, selepas mendapat pesan singkat dari Ardan. Raut muka suram pun tidak bisa menipu cara Rully menutupi sikap Lindi agar tidak diketahui teman-teman lain, dengan banyak membantu seperti menyediakan laptop, mengetik, dan mewakili kelompok dalam mengirim surel kepada dosen bersangkutan.

"Lindi," Erma, salah satu teman di UKM jurnalistik, menyenggol lengan si gadis berkemeja kuning tua itu. "Lo mau pesen apa?"

Mereka berlima memang sedang berkumpul satu meja di kantin fakultas. Ada Rully, Lindi, Erma, Marshal, dan Septa.

"Es teh manis aja, Ma."

"Pesen bakso juga, nggak?"

Lindi menggeleng dan tersenyum, menyematkan heran di benak Rully. Erma mengerti, ia lalu melangkah pergi ditemani Marshal menuju tempat penjual aneka minuman.

"Coba buka halaman 182, Rul, udah gua coret yang penting, tinggal lo rangkai jadi kalimat bagus." Septa cukup bangga menyerahkan buku referensi yang terbuka untuk Rully baca. "Oh ya, sama tinggal tambahin kesimpulan kita tadi."

"Sip, Ta, udah bener gue tarik lo masuk kelompok kita."

Kedua orang itu kembali bercengkrama sambil sesekali mengecek tugas, mengesampingkan Lindi yang masih menatap layar ponsel nanar.

Balas... atau tidak?

Kak Ardan
Besok aku bakal dateng ke seminar kampusmu
Kamu tugas di divisi mana?

Ardan tahu hal ini pada saat Milla menunjukkan poster acara kampus tersebut melalui media sosial, Milla ingat bahwa Lindi sempat aktif di unit kegiatan serupa, jadilah Ardan berusaha memastikan.

Pusing, terpaksa Lindi ladeni daripada harus beradu tatap bersama Rully.

Lindi
Aku jadi sekretaris kak
Hari H nanti jadi volunteer seksi dokumentasi
Udah pesen tiket masuk?

Kak Ardan
Udah kok
Aku dateng sendiri, milla nggak bisa soalnya ada meeting seharian
Dia titip salam ke kamu lin

"Nggak nanya," lirih Lindi tanpa sadar mengejutkan Septa, tengah mengoper minumannya.

"Kenapa, Lin?"

"Eh, ng-nggak apa-apa, Ta. Udah sampe mana?"

"Tinggal kesimpulan dari lo aja yang belom ditambahin sih, mending lo minum sama bales chat dulu. Wajar sih sibuk banget, acara jurnalistik besok, kan?"

"Iya, Ta, makasih. Hehee.. maaf, gue nggak banyak bantu ngerjain."

"Santai sih, selama ada buku teks dan anggota kelompoknya nggak cuma titip nama doang."

Syukurlah, Septa terlahir sebagai pria penuh pengertian, tidak mudah curiga pula. Tutur jenaka itu sedikit melegakan hati Lindi sambil menyedot es teh manisnya nikmat.

Lindi
Salam balik buat kak milla

Kak Ardan
Habis acara, bisa kuminta waktu berdua sama kamu lin?

Lindi
Apalagi yang mau kakak jelasin?

Kak Ardan
Semua yang bikin kamu nggak salah paham lagi

Lindi
Ok kak
C U tomorrow

Baru memasukkan ponsel ke dalam tas ransel biru tua andalan, sepiring nasi rames berisi lauk telur dadar, tumis kangkung, dan tahu isi disodorkan Rully, menuai bingung bagi Lindi dan kawan-kawan.

KANNESIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang