Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ssstt.. jawabannya apa," bisik Hyunsuk ke Minjeong. Dia terus mengkode kepada teman-temannya untuk membantunya mengerjakan soal yang di perintahkan bu Park.
"Kenapa? Kamu ngga bisa?" Tanya bu Park.
"Ngga bu hehe," Jawab Hyunsuk tanpa dosa. "Gitu doang ga bisa?!" Ya maap bu, Hyunsuk emang ga bisa matematika. "Coba siapa yang bisa, angkat tangan." tanya bu Park.
"Saya bu." Ucap Yoshi. Dia mengajukan diri untuk mengerjakan soal yang tidak bisa dikerjakan oleh Hyunsuk.
"Ya silahkan maju." Pinta bu park.
.
.
.
Setelah tiga menit Yoshi mengerjakan, akhirnya dia menyelesaikan soalnya dengan cepat, bahkan mungkin menurutnya itu sangat mudah.
"Ya bagus! Jawabannya benar." Ucap bu Park.
Bu Park sedikit bingung dengan Yoshi, pasalnya baru kali ini dia melihatnya, "Kamu anak baru ya? Siapa namamu? " tanya bu Park.
"Saya Yoshi bu," jawab Yoshi. Bu Park mengangguk setelah mengetahui nama Yoshi, dengan cepat dia menyuruh Yoshi untuk kembali ke tempat duduknya. "Ya kamu boleh duduk." Ucap bu Park.
"Saya boleh duduk ngga bu? Hehe" tanya Hyunsuk sembari tersenyum.
"Ya sudah sana. Lain kali kalo kamu ketawan ngga ngerjain lagi, ibu hukum kamu ya!" Tegur bu Park.
"Baik bu." Jawab Hyunsuk.
Hyunsuk kembali ke tempat duduknya dan setelah berada di kursinya dia menoleh ke arah yoshi sembari tersenyum sok imut.
"Makasih ya hehe." Sembari tersenyum hyunsuk mengucapkan terimakasih ke Yoshi karena sudah membantunya, bukan membantu sih. Lebih ke arah mengerjakan untuknya.
Yoshi hanya mengangguk pelan untuk membalas ucapan Hyunsuk dan masih dengan muka datarnya.
.
.
.
17.00
Bel pulang berbunyi..
[Pov Minjeong]
Ahhh, finally. Akhirnya pulang juga.
Setelah bel berbunyi, murid murid sibuk membereskan buku buku merek dan memasukan ke dalam tas setelah itu satu persatu murid mulai meninggalkan kelas.
"Minjeong." Sapa Yuri. Satu satunya teman perempuan di sekolahku. Dia bukan murid dari kelas kami. Dia ada di kelas sebelah, namun tiap hari kita bersama. Karena apa? Ya karena gue ga ada temen lah.
"Aah, Yuri-ya, ayo pulang," ajak gue, Yuri mengangguk menanggapinya. Gue dan Yuri berjalan berjejeran menuju halte bus.
Rumah kami memang berada di arah yang sama, kebetulan rumah Yuri hanya berjarak 800m dari rumah gue. Jadi sudah bias kalo kamu berdua berangkat dan pulang bersama, bahkan itu menjadi rutinitas.