Di SMA Airlangga, ada dua kemah yang wajib diikuti oleh para siswanya. Pertama, kemah saat masa MOS di kelas 10. Dan yang kedua, saat libur semester pertama kelas 12. Kalau yang pertama tujuannya adalah untuk mengakrabkan diri karena mereka adalah siswa baru. Maka yang kedua, lebih ditujukan sebagai bonding mempererat pertemanan mereka dan memberikan waktu jeda supaya mereka lebih rileks menghadapi semester akhir yang akan dipenuhi dengan try out, ujian nasional, dan persiapan masuk perguruan tinggi.
Dapat dikatakan kemah akhir ini adalah masa-masa terakhir mereka bisa melakukan kegiatan di luar sebelum dikurung di sekolah untuk melakukan pembelajaran intensif.
Mereka sudah berkumpul di lobby sekolah menunggu bis yang akan membawa mereka ke tempat perkemahan di puncak. Mereka berkumpul per kelas supaya lebih mudah dikondisikan.
"Lo kok baru dateng Kin?" Kina menghela nafas. Ia memang cukup terlambat, untung saja bisnya belum datang.
Ini semua karena Hayom yang tiba-tiba menginspeksi ranselnya dan mengeluarkan baju-baju tidur Kina. Hayom tidak memperbolehkan Kina membawa baby doll untuk tidur alasannya karena di puncak udaranya dingin dan baby doll-nya terlalu tipis. Alih-alih, Hayom justru memaksa Kina untuk membawa kaus miliknya yang longgar dan tebal. Sempat terjadi perdebatan, tapi akhirnya Kina mengalah dan sekarang di dalam ranselnya penuh dengan kaus Hayom. Dia curiga sebenarnya Hayom hanya nitip karena ranselnya sendiri terlihat tidak penuh.
"Gue baru packing mendadak tadi pagi." Kata Kina malas. Ia duduk di lantai bersama dengan temannya yang lain.
"Tuh Dafa juga baru dateng." Kata Sandra yang mengangkat dagunya ke arah koridor depan.
Dafa tidak sendiri melainkan dibuntuti oleh anak-anak perempuan dari kelas 10 dan 11. Semenjak turnamen basket satu bulan yang lalu, nama Dafa menjadi terkenal. Dia tiba-tiba memiliki banyak fans yang selalu berusaha mencari perhatiannya.
Saat ini bahkan sekolah libur tapi masih ada anak yang datang hanya untuk melihat kelas 12 berangkat kemah. Sangat kurang kerjaan sekali.
Dafa tersenyum pada adik kelas yang sedari tadi berjalan di belakangnya. Dia menganggukkan kepala seolah-olah bilang 'thanks ya udah buntutin gue. Sekarang kalian boleh pergi.'
Tak lama kemudian, Rendy memberi pengumuman ke kelompoknya untuk bersiap karena bisnya sudah datang. Ia juga mengabsen dulu, jangan sampai ada yang tertinggal.
Empat jam kemudian, mereka sampai di bumi perkemahan, Puncak. Kina menguap saat turun dari bis. Dia sebenarnya mengantuk tapi karena isi bisnya adalah para preman dan keturunan anak dajjal yang tidak bisa diam, jadi dia bahkan tidak bisa hanya untuk sekedar memejamkan mata.
Sesuai intruksi selanjutnya, mereka mendirikan tenda. Satu tenda berisi empat orang. Boleh beda kelas, terserah asalkan nyaman. Kina satu tenda dengan Vivi, Sandra, dan Maureen. Mereka berusaha mendirikan tenda yang tak begitu besar itu dengan susah payah.
"Ini gimana sih?" Sandra melemparkan salah satu kawat penyangga tenda yang tak kunjung terbentuk.
Bukan hanya Sandra, yang lain pun sudah malas. Diantara mereka tidak ada yang ikut ekstra pramuka, jadi tidak ada yang tahu cara mendirikan tenda. Fatalnya, di sini tidak ada sinyal. Mereka tidak bisa menonton Youtube untuk melihat tutorialnya.
Hanya menyisakan beberapa tenda yang belum terbentuk. Mereka sekarang pasrah, kalau tendanya tidak jadi mungkin mereka bisa tidur di bawah pohon saja.
"Kok belum jadi?" tanya Dirga yang menahan tawa melihat empat siswinya sedang duduk dengan wajah frustasi.
"Ng—anu pak, gak bisa bikinnya." Maureen meringis, yang lain pun tersenyum canggung.
"Yaudah yuk saya bantuin."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE WITH BENEFIT
RomanceFollow dulu ya... Jangan lupa comment dan vote-nya... Setting anak SMA tapi kayanya kurang cocok dibaca anak seumuran anak SMA ke bawah. Akibat main kebut-kebutan di jalan raya, Hayom menabrak seseorang hingga nyawa orang itu tak terselamatkan. Kar...