MWB-12

3K 156 2
                                    

Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi tapi sinar matahari telah menyingsing hebat yang membuat para siswa di tengah lapangan mengeluh diam-diam supaya tidak berisik. Seperti biasanya, hari senin seluruh civitas akademis SMA Airlangga melakukan upacara bendera. Setidaknya sudah hampir 30 menit upacara berlangsung tapi rasanya sudah dua jam saja karena cuaca yang teramat panas ini.

Beberapa siswa mengipasi dirinya sendiri, ada yang menggunakan tangan, melepas topinya dan dijadikan kipas, dan ada juga yang membawa kipas mini portable . Apalagi kali ini pembina upacanya adalah kepala sekolah yang terkenal akan panjang jika memberi sambutan.

Kevin mennghela nafasnya panjang dan menekuk kakinya bergantian karena pegal sedangkan Aldo di sampingnya tengah mengipasi dirinya dengan kipas. Hayom di sampingnya lagi mencoba melepaskan dua kancing seragamnya supaya lebih sejuk. Dalam hatinya Hayom menggerutu karena sudah salah memilih keputusan untuk mengikuti upacara padahal biasanya dia lebih memilih terlambat datang ke sekolah atau bersembunyi di rooftop sekolah untuk menghindari upacara hari senin.

"Nih masih lama nggak sih selesainya?" Tanya Hayom pada dua teman di sampingnya yang dijawab dengan dongakan bahu

"Kalo kepsek udah bersabda pasti lama" Jawab Kevin yang juga tak kalah kesal "Lo juga sih, ngapain tadi ngajakin kita ikutan upcara?"

"Yaelah, mana gue tahu kalau bakal selama ini" Aldo memelankan suaranya merasa bersalah karena tadi yang mengajak teman-temannya upacara adalah dia.

"Baiklah anak-anak, itulah sambutan yang dapat saya berikan"

Terdengar helaan nafas dari barisan para siswa yang lega karena akhirnya kalimat itu disebutkan oleh kepala sekolah di tengah lapangan. Akhirnya upacara akan segera berakhir.

"Tapi sebelum itu, saya mau mengumumkan mengenai kabar baik yang datang dari salah satu siswa SMA Airlangga"

"Yaelah apaan lagi sih?" Gerutu Hayom yang kali ini tidak dapat menekan suaranya. Sontak saja beberapa siswa di sampingnya menoleh mencari sumber suara. Begitu pula para guru yang mendengar, namun mereka hanya melengos ketika mendapati kalau suara itu berasal dari Hayom.

Kepala sekolah kembali melanjutkan kalimatnya "Salah satu siswa kita berhasil mendapatkan juara 1 pada olimpiade matematika se-ibukota. Silahkan maju ke depan untuk mendapatkan apresiasi dari sekolah, Akina Najwa dari kelas 12 IPS 4"

Tepuk tangan langsung terdengar ketika nama Akina disebut. Biasanya memang seperti ini, kalau ada siswa yang berprestasi maka akan langsung diberi apresiasi saat upacara bendera di depan seluruh penduduk sekolah untuk memotivasi siswa lain supaya mau berprestasi juga.

Meskipun ini bukan pertama kalinya, namun Kina masih merasa gugup kalau harus maju saat upacara seperti ini karena ada banyak sekali pasang mata yang melihatnya. Hal itu membuatnya malu sekaligus canggung apalagi kalau sebenarnya dia lebih banyak melihat tatapan sinis dari siswa lainnya. Bisa ia lihat hanya beberapa orang saja yang sepertinya tersenyum tulus.

"Idih dasar, nglama-lamain aja sih" gerutu salah satu anak perempuan di dalam barisan Hayom yang disetujui oleh beberapa teman lainnya.

"Iya tuh, udah kelas 12 juga masih mau ikutan kaya gitu. Emangnya kita ada yang bangga gitu"

Seketika Hayom membalikkan badan karena menyadari sumber suara itu berasal dari barisan di belakangnya. Hayom melirik mereka tajam yang makin asik berbisik mengenai Kina di depan sana.

"Kalian bisa nggak sih nggak berisik?" Ujar Hayom wajahnya seperti tidak suka pada mereka dan sontak saja mereka yang di belakang langsung mengatupkan mulutnya.

"Bilang aja sih kalau kalian iri" Ucap Hayom lagi. Beberapa orang yang mendengar itu melongo tidak percaya kalau Hayom berkata demikian. Mereka sebenarnya dari tadi juga sudah kaget kenapa Hayom mau ikut upacara dan kali ini mereka dibuat lebih kaget karena Hayom seperti membela Kina.

MARRIAGE WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang