MWB-11

2.9K 179 3
                                    

Berkali-kali Kina menghela nafas sambil mengurut betisnya yang terasa menegang sempurna akibat seharian menggunakan sepatu berhak tinggi. Tingginya dengan Hayom memang cukup timpang sehingga mau tidak mau dia harus menggunakan bantuan heel supaya lebih enak dipandang ketika dipotret. Setidaknya itu yang dikatakan oleh tim fotografer, bagi Kina hal itu justru sangat menyiksa.

Seperti sekarang dia baru merasakan akibatnya dengan betis yang tampak membesar.

"Kenapa? Capek banget ya?" Hayom bertanya saat dia mendapati Kina tengah mengusap kakinya di kasur

Kina mengangguk setelah melihat Hayom sekilas dan melanjutkan aktivitasnya kembali. Ada perasaan kasihan pada diri Hayom saat melihat Kina demikian, pasti rasanya sangat pegal mengingat dirinya yang memakai sepatu saja sudah capek setengah mampus apalagi dia yang harus menggunakan gaun dan kebaya yang ribet dan juga sepatu berhak tinggi.

Sesi pemotretan tadi berlangsung hingga hari menjelang petang dan pada sesi kedua Kina menggunakan kebaya modern dengan make-up yang lebih tebal. Kalau bukan karena permintaan Mama mungkin Kina akan menolak tapi apa daya di rumah ini dia tidak bisa berbuat apa pun selain menurut si empu rumah bukan?

Yah, meskipun saat ini statusnya adalah sebagai anak menantu namun Kina masih saja merasa tidak enak. Dia sampai sekarang masih merasa sungkan berada di rumah besar keluarga Hayom dengan segala pelayanan yang membuatnya merasa bagaikan puteri raja.

"Apa tuh?" Tanya Kina saat melihat Hayom tengah melihat beberapa lembar kertas putih di tangannya kemudian Hayom memberikan beberapa lembar pada Kina.

"Foto tadi, udah ada yang dicetak sama mereka"

Kedua alis Kina berkerut melihat ternyata itu adalah foto mereka tadi, ada beberapa yang sudah dicetak. Dia kemudian mengulum senyumnya saat melihat hasilnya tidak jelek juga bahkan lebih bagus dari perkiraannya.

Sungguh, memang tidak main-main hasil yang diberikan oleh para fotografer profesional. Entah sudah berapa banyak uang yang dikeluarkan oleh Mama untuk semua ini, pastinya tidak murah. Ya, coba saja bayangkan berapa harga outfit dan jangan lupakan cincin yang kini tengah ia gunakan. Dari kilauannya saja sudah terlihat kalau cincin itu terbuat dari material yang mahal.

Lagi-lagi Kina menghela nafas, berfikir apakah ini adalah sebuah anugerah baginya atau tidak. Di satu sisi dia bersyukur karena akhirnya dia bisa merasakan kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan saat dia bersama Budhenya namun di sisi lain juga merasa hal ini tidak benar.

Sadar akan perubahan wajah Kina yang menjadi lebih sendu saat melihat foto-foto mereka, Hayom pun mengerutkan dahi dan lebih memperhatikan Kina dengan seksama.

"Kenapa? Nggak suka sama fotonya?"

Kina menggelengkan kepalanya "Enggak. Bagus kok. Gue Cuma nggak nyangka aja kalau kita udah berjalan sejauh ini" ada jeda sebentar "Sampe saat ini gue kadang masih nggak percaya kalau kita udah nikah. Gue udah jadi seorang isteri dan sekarang gue bahkan sekamar sama cowok. Ini kayak nggak kepikiran aja sih"

"Sorry. Gara-gara gue lo harus alami semua ini" Ucap Hayom tulus, sampai sekarang dia juga masih tidak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Kejadian yang telah menewaskan Ibu Kina adalah kesalahan terbesar yang pernah dia lakukan.

"It's okay. Semua udah terjadi. Mungkin emang udah takdinya kaya gini. Lihat deh cincin yang Mama kasih bagus ya tapi sayang ada nama lo di sini" Kina mengamati jari manis di tangan kirinya yang kini sudah dipasang cincin pernikahan mereka.

"Lo nggak suka kalau ada nama gue di situ? Nih di cincin gue juga ada nama lo"

"Terus lo mau pake cincinnya nggak?"

MARRIAGE WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang