MWB-39. Sakit

2.3K 175 19
                                    

Di bawah pohon ketapang di tengah-tengah taman sekolah, Dara dan teman-temannya duduk di atas rumput sambil menggoreskan kuas di atas sterofoam yang telah dibuat ukiran sebelumnya. Tugas mata pelajaran seni budaya yang membuatnya senang karena seni rupa adalah salah satu hal yang paling Dara kuasai.

Hampir seluruh anak di kelasnya memilih untuk mengecat di luar kelas karena tidak mau mengepel lantai kalau sampai cat jatuh di lantai. Dan sebagian besar memilih untuk melakukannya di taman. Sebenarnya lebih karena di sana ada Dara, gadis itu sangat pandai dalam berimajinasi pada berbagai media seni rupa dan pandai menggabungkan warna, jadi teman-temannya bisa bertanya lebih mudah pada Dara.

Dara memang terbilang lemah dalam mata pelajaran akademik, tapi untuk pelajaran seni, dia adalah ratunya.

"Dar," panggil Nesya, temannya yang baru saja kembali dari toko dekat sekolah untuk membeli cat akrilik yang sudah habis.

"Hm," jawab Dara singkat, ia masih fokus pada tiap goresan kuas yang ada di hadapannya.

"Gue tadi lihat Kak Hayom di depan sekolah," kata Nesya.

Dara segera berpaling ke arah Nesya yang sedang senyum-senyum padanya. "Di depan sekolah? Ngapain?" tanya Dara penasaran. Untuk apa Hayom berada di depan sekolah saat jam istirahat pertama. Biasanya kalau ada anak yang berada di luar sekolah, itu tandanya mereka akan membolos saat itu juga.

"Kak Hayom tadi kayanya baru mesen makan dari ojek online. Gue tadi lihat sih,"

"Ohh."

"Kok kayaknya tumben Dar, Kak Hayom pesen makan dari luar. Biasanya kan juga sama lo ke kantin. Apa jangan-jangan dia beli buat lo karena lo lagi sibuk sekarang. Ih so sweet banget sih Dar.."

Dara tersenyum sendiri mendengar penuturan Nesya. Apa mungkin yang dikatakan oleh Nesya itu benar? Dara merasakan pipinya menghangat mungkin sudah memerah sekarang karena pikirannya sendiri. Dara segera bangkit, dia tak sabar menantikan kehadiran Hayom di sana. Dan benar saja, saat melihat ke arah koridor depan dia melihat Hayom yang sedang menenteng kantung plastik berlogo salah satu restoran.

"Gue pergi dulu ya Sya, tolong jagain ukiran gue." Ucapnya pada Nesya bersemangat.

Dara berlari kecil di sepanjang taman, tak menghiraukan beberapa pandangan menyanjung padanya. Kecantikan Dara memang tiada tara. Kulitnya putih bersih, bibir tipis, mata lebar, alis terbentuk sempurna, bulu mata lentik, hidung mancung, dan rambut panjang lurusnya se atas pinggang tergerai indah dengan poni lurus. Perawakannya mungil membuat Dara semakin mengagumkan. Kalau diibaratkan, Dara itu seperti boneka susan, imut, cantik, dan menggemaskan.

Maka tak heran, meskipun dirinya saat ini hanya mengenakan kaus olahraga yang terpapar beberapa coretan cat di sana tak membuat kecantikannya luntur, dia tetap menjadi pusat perhatian di mana pun dia berada.

"Kak!" panggil Dara setelah dia berada di koridor sekitar taman, tempat Hayom berdiri sekarang. Hayom yang tadinya hendak melanjutkan jalan langsung terhenti saat melihat Dara memanggil dan berdiri di hadapannya.

Dara melirik ke arah kantung plastik yang Hayom bawa, dia tersenyum manis sambil menunggu Hayom mengatakan sesuatu padanya. "Mau ke mana Kak?" tanya Dara pada akhirnya.

"Ini.." Hayom memperlihatkan bawaannya di tangan pada Dara, "Mau nganterin makan siang buat Kina," jawab Hayom datar.

Dara yang tadinya tersenyum sumgringah, kini perlahan mengatupkan mulut setelah mendengar kalau ternyata makan siang itu bukan untuk dirinya.

"Aku ke kelasnya Kina dulu ya," kata Hayom. Dara menghela nafas sebelum mengangguk, dia sebenarnya ingin bertanya lagi tapi melihat Hayom sepertinya buru-buru maka Dara membiarkan Hayom pergi menjauh darinya. Bahkan Hayom tak sempat melihat bagaimana wajah cantik Dara yang tampak kecewa padanya.

MARRIAGE WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang