MWB-40. Too much care

2.2K 175 14
                                    

Dafa mengambil satu kursi plastik dari salah satu meja di kantin begitu saja, tanpa perlu meminta persetujuan dari tiga orang lainnya di sana yang juga tak merasa keberatan sama sekali meskipun sebenarnya kursi itu masih ada yang menempati.

Ia lantas menghentakan pantatnya di kursi tadi di ujung meja panjang dimana teman-temannya berada. Meja panjang itu sekarang tampak penuh karena tiap sisinya terisi, totalnya ada delapan orang di sana.

Sepertinya formasi mereka bertambah yang biasanya hanya lima orang sekarang bertambah tiga orang lagi. Dara dan Renata masing-masing duduk di sebelah Hayom dan Rion, sementara di ujung meja bersebrangan dengan Dafa, ada Evan yang sekarang jadi sering pergi kemana-mana dengan Rion semenjak mereka satu kelas tahun ini.

Istirahat jam kedua, suasana kantin cukup lengang. Hanya ada beberapa anak yang biasanya belum sempat makan di istirahat pertama atau mereka yang baru selesai dengan ekstrakurikuler.

"Ada info yang mau gue kasih tahu." Kata Dafa, ia mengambil satu gorengan di hadapan Kevin yang kemudian mendapat tatapan tajam dari yang punya. Tapi Dafa tak peduli, ia mengunyah gorengan itu dengan lahap dan meneguk segelas es teh di sebelahnya, milik Hayom. Dan Dafa lagi tak peduli ketika Hayom juga menatapnya tajam sambil memandangi es tehnya yang tersisi sedikit di dalam gelas.

"Apaan?" tanya Rion kemudian.

Dafa terdiam sejenak. Ia mengusapkan tangannya yang basah karena minyak dari gorengan dengan tisu. Tak langsung bersuara, ia justru memandangi kehadiran Dara dan Renata di meja itu.

"Gue gak yakin sih ini bisa diomongin di sini" mata Dafa melirik ke arah Dara dan Renata bergantian, lantas bergantian memandang yang lain seakan meminta persetujuan pada yang lain. Sementara itu, Dara dan Renata saling berpandangan dan mengedikkan bahu.

Hayom berdecak, "Udah ngomong aja. Gak apa-apa mereka tahu," yang Hayom maksud adalah Dara dan Renata. Entah apa yang akan dikatakan oleh Dafa tapi dia merasa obrolan Dafa tidak akan terlalu serius dan rahasia. Lagi pula, Dara dan Renata juga sudah menjadi bagian dari kelompok pertemanan mereka sekarang.

Dafa menghembuskan nafas panjang, "Oke." Kepalanya mengangguk-angguk. "Gue lihat anak buahnya Fang tadi pagi di depan sekolah."

Selesai Dafa mengucapkan kalimatnya seketika suasana menjadi hening. Empat orang lainnya langsung menghentikan aktivitas mereka pada makanannya masing-masing dan berganti menatap tajam pada Dafa yang sekarang berdecak memberi isyarat 'apa gue bilang!'. Hal itu tentu saja membuat Evan, Dara, dan Renata kebingungan karena ucapan Dafa seperti membuat mereka terkejut dan mereka tidak tahu kenapa.

Hayom menoleh ke arah Dara, "Dara, kamu sama Renata pindah dulu ke meja lain ya. Kita mau ngomongin sesuatu yang agak penting,"

Dara sebenarnya masih tidak mengerti tapi ia hanya mengangguk dan berpindah ke meja sebelah. Pun dengan Renata yang telah diberi pengertian oleh Rion.

Tinggal Evan yang sekarang mendapat tatapan dari lima orang di meja itu. "Kalian ngusir gue juga?" tanya Evan.

Hayom melengos, dia mengabaikan Evan yang berada di ujung meja dan kembali mendaratkan perhatiannya pada Dafa. "Lo yakin? Siapa yang lo lihat?"

"Si rambut pirang, Jock. Gue yakin banget itu dia."

"Pas lo lihat, dia lagi ngapain?" timpal Aldo tak kalah serius dengan yang lain.

"Gue gak tahu dia ngapain tapi pas gue lihat dia udah naikin motornya di depan toko sebelah. Gue tadi pagi berangkatnya agak siang, jadi di luar udah rada sepi." Jelas Dafa.

"Apa mungkin ada anak SMA Airlangga yang direkrut mereka lagi?" tanya Rion.

Pertanyaan itu jelas sulit dijawab. Sudah hampir setahun mereka berempat keluar dari geng yang diketuai oleh Fang, yang ternyata ketuanya adalah pengedar narkoba. Kehadiran salah satu anak buahnya membuat berbagai dugaan muncul karena setahu mereka hanya mereka berempat dari SMA Airlangga yang sempat masuk ke gengnya Fang.

MARRIAGE WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang