MWB-19

3.3K 170 11
                                    

galau dari kemarin mau up part ini apa nggak....

semoga suka yaa...

____

"Dia kenapa di sini sih? Kelasnya kosong juga?" tanya Vivi yang merasa keheranan dengan kehadiran Rion di kelas mereka. Rion duduk persis di belakang Vivi tapi sudah tak sadarkan diri karena wajahnya terbenam sempurna di meja. Sementara Dafa hanya menoleh sebentar ke arah Rion yang masih tertidur pulas di sebelahnya sebelum melanjutkan aktivitasnya menyisir rambut Kina di depannya.

"Enggak. Dia mau tidur, jadi numpang di sini"

Vivi menggeleng-gelengkan kepala melihat Rion yang tertidur pulas bahkan ramainya kelas kosong tidak membuat Rion terbangun sama sekali. Luar biasa.

Vivi, Sandra, dan Maureen memilih untuk melakukan beberapa perawatan kuku di dalam kelas. Mereka tengah membentuk ujung kuku melengkung supaya terlihat lebih rapi. Di meja lain, juga terlihat pemandangan yang tidak jauh berbeda hanya saja kelompok anak perempuan yang lain justru asik dengan uji coba lipstik dan menggambar alis, beberapa dari mereka juga sibuk mencatok rambut. Sungguh, kelas kosong di 12 IPS 4 lebih terlihat seperti SMK tata rias dibandingkan sekolah SMA pada umumnya.

Karena apa yang dilakukan oleh anak perempuan itulah yang membuat Dafa lebih memilih untuk menyisir rambut Kina dari tadi. Sesekali dia juga meminjam catok rambut untuk meluruskan rambut Kina. Sementara Kina anteng saja menjadi kelinci percobaannya Dafa, dia lebih asik membaca novel romansa yang ia bawa dari rumah.

"Lo lama-lama bisa buka salon Daf kalo mainin rambut Kina mulu" ucap Maureen, membuat yang lain terkekeh. Bahkan Kina pun sampai menutup novelnya karena ingin tertawa. Membayangkan Dafa yang manly membuka salon, bukanlah ide baik rasanya

"Iya ih, lo nggak gabung sama anak cowok?" ucap Sandra

Dafa melirik ke belakang, melihat segerombolan anak laki-laki yang sedang fokus menatap satu layar laptop. Dia bergidik dan kembali menyisir rambut Kina.

"Gue lebih baik gabung sama kalian daripada buat dosa"

"Emangnya, mereka ngapain?"

Tangan Dafa berhenti bergerak dan menatap teman-teman perempuannya satu per satu sebelum kepalanya menggeleng. Dia tidak tahu apakah mereka ini pura-pura tidak tahu atau memang terlalu polos. Segerombolan anak laki-laki yang di belakang sudah pasti sedang menonton hal-hal yang menyenangkan mereka, terlihat dari tatapan mereka yang tidak berkedip pada layar laptop. Dan Dafa sama sekali tidak tertarik untuk bergabung. Kalau bisa melakukannya sendiri kenapa harus menonton?

Krett...

Pintu kelas yang tadinya tertutup, dibuka dari luar membuat semua anak di dalam kelas terdiam sebentar karena terkejut. Para anak laki-laki di belakang bahkan sudah setengahnya membubarkan diri dan laptop sudah tertutup rapi. Bukan hanya itu, raut wajah khawatir dan takut juga sudah bersarang di wajah anak perempuan yang tadi asik memakai make up. Mereka semua menahan nafas, was-was kalau ada guru datang.

Namun setelah melihat siapa yang masuk, semuanya menghembuskan nafas lega sembari menyoraki tiga sosok yang cengar-cengir tanpa dosa masuk setelah menutup pintu kembali.

Aldo, Kevin, dan Evan dengan santai berjalan menuju kursi kosong di belakang Dafa. Beberapa anak jelas mengguratkan wajah heran kenapa geng pentolan sekolah yang satu itu malah berkumpul di kelas ini.

"Ini kenapa mereka semua ke sini sih?" Ucap Vivi dengan suaranya yang lebih keras. Dia sudah tahu pasti ini adalah ulah Dafa yang memberitahu mereka kalau kelas mereka kosong, jadi teman gengnya itu memilih untuk ngacir ke sini daripada harus belajar di kelas mereka.

MARRIAGE WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang