MWB-43. Performance

2.1K 166 16
                                    

Sorry ya baru bisa update... 

Happy reading 😊 

**

Suasana riuh mendominasi SMA Airlangga hari ini, tak lain tak bukan karena hari ini adalah puncak acara HUT SMA Airlangga. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara perayaan ulang tahun sekolah diadakan di lapangan tengah dimana semua kelas membuat stand masing-masing yang kemudian jajaran stand itu membentuk layout U. Di tengah lapangan sudah bertengger panggung besar sebagai pusat komando, di panggung inilah berbagai acara puncak akan terjadi.

Semua siswa nampak antusias dengan acara ini karena selain membuat stand yang menjual makanan, minuman, dan karya yang unik yang akan diranking nantinya, dalam perayaan kali ini juga diadakan festival musik yang akan menampilkan berbagai group musik dari sekolah sendiri maupun dari sekolah lain.

Sudah sejak semalam suasana ramai terjadi di lapangan tengah. Ya mereka memang sudah menyiapkannya sejak tadi malam supaya pagi ini sudah siap digunakan.

Setelah beberapa jam diisi dengan acara sambutan yang membosankan, akhirnya festival musik pun dimulai. Kondisi lapangan tengah makin ramai karena ada banyak juga siswa dari sekolah lain yang datang untuk menonton.

Kina meremas-remas tangannya sendiri di dalam kelas 10 IPA 1, ruangan terdekat dengan lapangan. Jantungnya berdegub cepat dan keringat dingin tiba-tiba saja muncul dari permukaan pori-pori kulitnya. Terang saja, ia merasa gugup karena ini akan menjadi pengalaman pertama baginya untuk tampil. Kakinya menghentak-hentakkan lantai, tanda kalau dia memang benar-benar gugup.

Berbagai bayangan di masa lalu tanpa di duga muncul kembali setelah semalam dia juga merasakannya. Bayangan yang membuatnya tak percaya diri dan memutuskan untuk tidak menyentuh gitarnya lagi tempo dulu.

"Anak TKW aja sok-sok.an main gitar. Paling juga ujungnya dia jadi pembantu!"

Perkataan yang ia terima saat dirinya masih duduk di bangku SMP mencuat ketika dirinya mulai mahir memainkan alat musik itu kala pelajaran seni musik, membuatnya terus menerus menggigit bibir.

Bagaimana kalau dia memang hanya sok bisa main gitar dan ternyata kemampuannya tidaklah seberapa kalau di atas panggung? Bagaimana kalau dia salah menekan jari dan melenceng dari kuncinya? Bagaimana kalau dia gagal dan kemudian menjadi olok-olok anak satu sekolah?

Pikiran-pikiran akan ketakutan terus membayangi dan pegangannya di tangannya masing-masing mengerat.

"Nervous?"

Kina menoleh dan mendapati Dirga telah berdiri di sampingnya. Ia pun mengangguk lemah dan kemudian menundukkan kepala sambil menarik-narik ujung seragamnya.

"Everything gonna be okay." Dirga menepuk-nepuk pundak Kina pelan mencoba menenangkan siswinya itu. Ia jelas bisa melihat kegugupan yang sedang melanda Kina. "Lakukan seperti waktu kamu latihan. Kalau kamu gugup, anggap aja nanti adalah latihan. Seperti waktu kita main di ruang musik."

"Tapi....."

Dirga menghela nafas, dia memosisikan tubuhnya di depan Kina. Dua tangannya berada di pundak Kina dan matanya mengunci tatapan Kina, memaksa Kina untuk sedikit mendongak. "Trust me. Everything gonna be alright. You can do it. We can do it. Kamu percaya sama saya, kan?"

Kina mengangguk-anggukkan kepala.

"Good. Oke, sekarang coba kamu tarik nafas yang panjang.."

Kina mengikuti instruksi Dirga, dia menarik nafasnya dalam-dalam, memenuhi paru-parunya dengan oksigen sebanyak mungkin sambil memejamkan mata.

"Sekarang, keluarkan..."

Hembusan nafas panjang terhela bersama dengan mengendurnya otot-otot yang tadi menegang. Saat membuka mata, Kina menemukan Dirga tepat di depannya sedang tersenyum padanya. Benar-benar senyum yang memabukkan hingga untuk sejenak Kina merasa pikirannya teralihkan.

MARRIAGE WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang