Chapter 7

229 11 0
                                    

Malam hari telah tiba, dengan pulang lebih awal. Aku sengaja pamit dari tempat kerja karena hendak datang ke ulang tahun teman sejatiku bernama Cindy, dia adalah merupakan orang special seperti teman-teman yang lain yaitu Bella, dan Arumi. Akan tetapi aku lebih dekat dengan Bella karena dia adalah siswi paling tangguh dan berani dalam hal dunia gaib. Jadi, diri ini selalu berlindung di bawah pundaknya ketika hal aneh tengah datang menyergap. Selepas mandi aku sengaja mencatok rambut agar terlihat lurus dan nggak urak-urakan, ingin memiliki penampilan yang berbeda malam hari ini. Aku melangkah mengendap-endap dari ruang tamu, melirik kanan dan kiri agar Mama tak melihat kepergianku. Karena jika dia tahu aku keluar malam pasti kena omel, beberapa menit membelakangi pintu kamar akhirnya.

"Vin, kamu mau ke mana?" ucap sang Mama menatap kedua bola mataku tajam.

"Eh, Mama. I-ini, Vina mau ulang tahun ke rumah teman, Ma. Nggak lama-lama kok," rayuku menatap menuju lantai rumah dengan perasaan yang takut akan tidak mendapatkan izin.

"Sama siapa perginya?" tanyanya membuatku berkata jujur saja.

"Sama—Bella, Arumi." Sebutku satu per satu sahabat terbaik di dunia ini.

"Ya sudah, hati-hati. Jangan larut malam pulangnya!" jawab sang Mama yang memberikan izin, aku pun langsung memeluknya erat dan tak habis pikir akan malam ini dia begitu baik padaku.

"Assalammualaikum," aku pamit dan mencium tangannya.

"Waalaikumsallam."

Selang beberapa menit aku duduk di halaman rumah sendirian dengan membalas chat via whatsapp, pesan yang datang dari Arumi bahwa dia sebentar lagi sampai rumahku bersama Bella.

Ten ....
Ten ....

Baru saja aku menoleh ke arah jalan, sontak mobil mereka datang dengan cepat. Aku pun berlari dan masuk ke dalam mobil, kala itu Arumi duduk sendirian di bangku belakang sementara aku bersama Bella duduk di depan. Mereka tampak bahagia bersama dengan kado yang berukuran sangat besar, aku tak tahu isi kado itu apa. Yang ada dalam otakku adalah bagaimana aku akan memberikan uang sisa jajan tadi pagi untuk memenuhi pembelian yang patungan sesuai janji kami.

"Bell, ini uang gue ... cuma ada lima puluh ribu. Sisa uang belanja beras tadi, untuk menebus patungan kado itu."

"Vin, sudah uangnya simpan saja untuk kamu jajan besok di sekolah. Tadi, gue sama Arumi sudah sepakat nggak minta yang patungan itu dari Loe. Ya, nggak Mi?" panggil Bella menoleh Arumi di belakang kami.

"Yoi, pastinya. Kita ikhlas, sesekali berbagi rezeki dengan teman sendiri. Udah Vin, Loe simpan saja uangnya." Sosor Arumi memotong pembicaraan kami.

"Terima kasih ya, kalian memang sahabat terbaik yang gue punya di dunia ini." Ucapku meneteskan air mata sontak keluar begitu saja.

Dengan menghidupkan musik dalam mobil, kami pun bersenandung di sepanjang jalan menuju rumah Cindy. Aku dan Bella bernyanyi lagu-lagu lawas band Viera sebagai musisi dan penyanyi yang kami sangat gemari. Untuk membangkitkan suasana agar tidak sunyi seperti kuburan, beberapa menit mendengarkan sebuah alunan musik, kami pun tiba-tiba berhenti di hutan Akasia jalan lintas menuju rumah Cindy.

"Loh, Bell. Kok, kamu berhenti di sini?" tanya Arumi tiba-tiba takut.

"Iya nih, si Bella. Lagi nge-prank dia," sosorku memotong ucapan Arumi sambil tertawa kecil mengarahnya.

"Guys, mobil gue kok, nggak bisa jalan ya." Sahut Bella menatap tajam ke arah kami berdua.

"Bell, nggak lucu deh, bercanda Loe. Sudah ah, gue jadi takut nih!" aku mulai ngegas dan menoleh ke arah tempat duduk Arumi.

Tujuh Arwah Dalam Jiwaku (THE ROYAL AWARD WINNER 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang