Chapter 20

145 9 0
                                    

"Gue, nggak nyangka kenapa hidup gue, jadi seperti ini Bell."

Inilah kehidupan, nggak tau seperti apa endingnya "balas Bella yang ada di depan mata."

"Loe, yang sabar ya, Vin. Mungkin semua ini terjadi karena memang sudah saatnya seperti ini."

"Gue, tahu siapa pelaku pembunuhan wanita bergaun merah itu!" cetus mulut tiba-tiba membuat suasana menjadi hening tanpa suara, tampak dari raut wajah para sahabat menatapku tajam dan menanti akan kelanjutan dari cerita pembunuhan sepuluh tahun lalu.

"Ma-ksud, Loe, Vin?" tanya Cindy penasaran.

"Ternyata pembunuh para gadis tersebut adalah Kakak kandung Risma!" cetus mulut secara tiba-tiba.

"Apa ...," teriak mereka serempak.

***

Kring ....
Kring ....

"Selamat pagi anak-anak," ucap Bu guru melirik ke arah kami semua.

"Pagi, Bu ..." sahut kami serempak dan siap mengikuti kegiatan belajar untuk hari ini.

Masih dalam suasana yang sama, duka menemui kekasihku yang ada di rumah sakit. Roy adalah pujaan hati, dia sudah lompat dari gedung tiga sekolah beberapa hari yang lalu. Meski dokter sudah menyatakan dia telah melewati masa kritisnya, tapi hatiku masih menanti kesembuhan sang pujaan hati untuk menjalani hidup seperti biasanya tanpa ada yang mengganggu, termasuk teror hantu. Kami fokus belajar dan menatap tajam papan tulis, kedua bola mata nanar karena melihat bercak merah ada di sana. Aku menyenggol tanggan Bella berulang-ulang, tapi dia tak menghiraukan diri ini, suasana seketika berubah menjadi sangat seram dengan mistis serta batin seperti merasakan kemunculan makhluk tersebut di ruang kelas.

"Baik anak-anak, tugas kalian kali ini adalah mencari sebuah informasi tentang peninggalan bersejarah yang ada di daerah kita. Baik itu tempat bersejarah, bangunan kuno, dan lainnya sebagai bahan yang akan kita ceritakan di depan kelas."

"Buk!" aku unjuk tangan dan memotong pembicaraan.

"Iya, Vin. Kamu mau tanya apa?" sahut Bu guru serius.

"Kalau, bercerita tentang tempat makhluk gaib boleh nggak, Bu?" jawab mulut membuat suasana hening dan tatapan menuju ke arahku saat ini.

"Vin, sepertinya Loe, salah ngomong deh ...," sambut Bella menoleh ke arahku.

"Vin, ini untuk tugas sekolah. Bukan untuk uji nyali, jadi jangan datangi tempat gaib atau yang angker. Ibu nggak tanggung jawab ketika kalian kenapa-kenapa karena berkunjung ke tempat yang seperti Vina maksud tadi, baik anak-anak ..." pekik Bu guru membuat diri ini terdiam.

Aku langsung mencatat semua tugas-tugas yang telah diberikan, menggambar deskripsi sebuah bangunan serta menceritakan tempat kuno di dalam buku tersebut. Sepulang sekolah kami akan melakukan penelitian mencari informasi seputar tugas yang telah Bu guru berikan, tapi sampai saat ini diriku masih bingung akan menuju ke mana. Bingung yang berlebihan akhirnya membuat diri ini untuk duduk saja sambil berkhayal akan sesuatu dapat dikerjakan tepat waktu.

"Dor!"

"Astaga! Cin, Loe ngagetin gue aja deh."

"Sorry-sorry," balasnya singkat.

"Oya, Cin. BTW-kalian udah punya rencana nggak ke mana kita akan meneliti tempat bersejarah yang tadi sudah Bu guru berikan?" tanya mulut yang seakan bingung hendak berbuat apa.

'Cindy hanya menggelengkan kepalanya saja.'

"Yang lain mana, Vin?" tanya Cindy singkat.

"Nggak tau, gue. Dari tadi nggak melihat mereka sama sekali," sahutku sambil mengunyah keripik singkong pedas.

Tujuh Arwah Dalam Jiwaku (THE ROYAL AWARD WINNER 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang