Chapter 16

164 9 0
                                    

Sella POV

'Gila nih, cewek. Bikin gue serem saja tiap kali mandang dari dekat, mungkin emang benar kali ya kalau SMA Tunas Bangsa terkenal mistisnya hingga ke plosok daerah. Tapi yang aku herankan adalah sekolah ini merupakan sekolah unggulan dan tak sembarang orang bisa masuk begitu saja, harus lulus seleksi ketat agar bisa tembus dan duduk di ruang tersebut.'

Dari jarak lima meter setelah meninggalkan lokasi halaman, aku berjalan bersama mereka dengan mengekor dari belakang, melintasi toilet yang gelap gulita seperti sebuah gudang sontak kaki berhenti. Tampak jelas kedua bola mata untuk memandang ke arah sudut ruang tak terpakai itu, aku menekuk wajah dan melangkah dua jengkal dari tempat awal ketika diri ini berhenti. Kubiarkan mereka pergi lebih dahulu, satu tempat yang menjadi pertanyaan besar adalah mengapa di dalam ruang tersebut seperti ada wanita yang sedang berdiri. Saking penasarannya, aku berjalan mengendap-endap dan melirik kursi-kursi yang kala itu berserak tak tentu arah.

Tangan ini sontak membuka sebuah pintu toilet wanita perlahan, krak ... bunyi yang sama persis ketika melihat sebuah film di sebuah bioskop menarik perhatian ini. Kupandangi bercak merah di tembok sekitar gayung dan bak mandi sudah tak berisi air sama sekali, ketakutan datang secara tiba-tiba dengan bulu kudu meremang. Aku pun melirik atas langit-langit asbes yang sudah retak dan hancur, di sana seperti ada sebuah mata merah menyala tengah memperhatikanku saat ini.

"Tidak ...."

"Hantu ..., ada hantu." Teriakku berulang-ulang dan berlari menuju luar toilet, rupanya sudah ada Roy dan teman-teman yang lain.

"Sell, Loe nggak apa-apa?" tanya Roy heran menatap wajahku tajam.

"Di-di-di sana ada han-han-tu Roy, tadi dia melirik ke arah gue!" ucapku dengan isak tangis yang tak mau berhenti.

"Ngaco banget sih, siang-siang mana ada hantu!" sosor Bella memotong pembicaraan.

"Itu, Bell." Tunjukku mengarah toilet yang sudah kosong dan gelap gulita.

"Yuk, guys! Coba kita cek dulu," ajak Revina menggandeng teman-temannya.

Aku segera mengikuti mereka dari belakang, setelah kami berkumpul di ruang toilet suasana nggak lagi sangar, tapi malah aura yang lain tengah hadir di antara kami. Gubrak ...

"Allah huakbar!" ucap kami serempak karena terkejut susunan kursi rusak yang jatuh secara tiba-tiba.

"Wah-wah-wah, kayaknya penunggu toilet ini nggak suka deh, kalau kita masuk!" celetuk Vina melirik kami bergantian.

"Guys, kita cabut saja yuk! Gue, takut nih ..." cetus Arumi gemetar.

"Okelah, kita balik saja yuk!" sahut Roy.

Kami meninggalkan toilet tersebut dan nggak bakal lagi untuk memasuki area itu, ketakutan akan hal yang berbau hantu membuatku sangat takut. Apalagi sejak awal masuk aku sudah disambut dengan sebuah hal gaib yang sontak menggetarkan seluruh tubuh ini, langkah kaki membawa kami untuk masuk ke dalam ruangan kelas. Hari pertamaku untuk belajar di SMA Tunas Bangsa, membuat diri ini tak sabar mengikuti kegiatan belajar.

Kala itu, aku duduk di bangku paling belakang sendirian, bangku yang terlihat sangat misterius dan penuh bercak merah membuat diri ini bertanya-tanya akan sesuatu yang menodai tembok itu. Membuang perasaan ketakutan aku tak menoleh ke bawah karena takut, satu hal yang tak pernah terlintas dalam pikiran adalah para siswa jumlahnya sangat banyak tapi tak ada satupun mengeluarkan suara ketika belajar. Semua pada fokus dan membuat ruang kelas sangat sunyi, hening dan membosankan. Aku yang sedang memainkan pena tiba-tiba terjatuh ke lantai, tanpa melihat bawah aku mengambil pena itu dan tak menemukan benda tersebut.

Tujuh Arwah Dalam Jiwaku (THE ROYAL AWARD WINNER 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang