Chapter 10

211 11 0
                                    

Vina POV

1 Minggu Kemudian ...

Malam telah tiba, aku yang sudah dinyatakan mati oleh dokter dan semua perawat membuat jasad bergabung bersama para mayat yang ada dalam ruang paling horor di dunia ini. Barisan rapi serta nama yang tertulis di kaki ibu jari sebagai identitasku membuat orang tua harus mengikhlaskan akan kepergian putri semata wayangnya sebagai gadis culun dan kampungan tersebut. Kain kafan menutupi tubuh ini penuh tanpa ada kulit yang tersisa sebagai lirikan bahwa jantung yang mulai berdetak sedikit demi sedikit, kesakitan yang aku alami sangatlah pedih dan perih seakan 20 tulang rusuk tengah dipatahkan secara bersamaan. Rainkarnasi dalam hidupku tak membutuhkan waktu seribu tahun lamanya, karena nyatanya diri ini kembali hidup sebagaimana nyawa memang belum lepas dari raga. Mungkin telah terjadi sebuah kesalahan dalam pengambilan nyawa atau Tuhan masih sayang padaku dengan memberikan kehidupan satu kali lagi untuk memperbaiki diri!

Tak lama kemudian, aku membuang kain kafan yang telah menyelimuti tubuhku saat ini. Duduk dan menoleh heran ke arah kanan dan kiri sembari berkata bahwa kenapa aku di sini? Di mana ini? Kenapa suasananya sangat menyeramkan dan penuh dengan mayat. Berjuta pertanyaan datang bertubi-tubi tanpa henti, sehingga aku tak mampu untuk berlama-lama dalam ruangan yang sangat menakutkan dengan cahaya lampu seadanya menambah jiwa tercekam dan seolah tak dibutuhkan lagi di bumi semesta. Aku pun melompat dari tempat tidur itu dan masih memakai pakaian putih bersih dengan bercak darah mulai mengering di sekitar pundak dan pinggang.

Sesampainya di pintu keluar aku membuka dengan sekuat tenaga tapi, pintu tak mau terbuka. Brug! Dengan mendobrak tetap saja pintu itu tak mau terbuka, yang ada menambah sakit muncul dari tangan dan tubuh ini.

"Tolong ...,"

"Tolong ... keluarkan saya dari sini, tolong ...," teriakku dari balik pintu dan memukul kaca pintu itu berulang-ulang.

Suasana sepi di sekitar ruang mayat tak ada satu orang pun mendengar jeritan ini. Tangan yang kembali berdarah karena jarum infus mulai terkoyak, membuat kepedihan kembali datang. Dengan satu tangan aku menggedor kembali kaca pintu ruang mayat itu, sehingga salah seorang suster tangah mendekat menujuku bersama dokter berseragam serba putih.

"Tolong ...,"

"Keluarkan saya dari sini," teriakku membuat seisi rumah sakit geger dengan suara mayat yang kembali hidup.

Sontak suster membuka pintu dan melihat tubuhku masih utuh hidup kembali dengan berdiri sangat tegak, wajah yang mereka lihat sebelumnya culun dan sangat jelek berubah menjadi sangat cantik berkulit putih. Mereka, terdiam! Dan menyentuh tubuhku berulang-ulang, menepuk pipi mereka yang mungkin bahwa mereka sedang bermimpi atau hanya halusinasi saja.

Sementara dokter masih melirik ke arah kakiku saat ini, yang masih terikat sebuah identitas nama di ibu jari kaki kanan. Dia menggelengkan kepala seakan tak percaya ini benar terjadi, selepas satu minggu mati. Aku, hidup lagi!

"Sus, kok, nengoknya gitu banget ya?" ucapku lirih dengan gerumunan para dokter dan suster lain juga ikut datang menyaksikan keanehan telah terjadi saat ini.

"Ka-kamu, hidup lagi?" jawab seorang suster tampak kebingungan dan dia melirik dokter di belakang tubuhnya saat ini juga sama, yaitu heran tanpa ada sepatah kata terucap.

"Iyalah, kalau saya nggak hidup, mana mungkin saya berdiri? Hayo?" ledekku berulang-ulang membuat mereka tambah penasaran.

"Dia mati suri, iya itu namanya mati suri." Ucap para suster yang lainnya sedang berkumpul di lokasi ruang mayat.

Sontak sang suster menggandeng tanganku dan membawa tubuh ini menuju ruang UGD, mereka menatap kedua bola mata ini seakan ingin mengintrogasi kenapa hal itu bisa terjadi saat ini.

"Nama kamu siapa?" tanya Pak Dokter serius menatapku, sambil membawa sebuah papan untuk alas catatannya.

"Nama saya, Revina!" sahutku heran dengan pertanyaan yang mudah untuk dijawab tanpa berpikir terlalu jauh.

"Ibu kamu, siapa?" tanya suster bergantian mengintrogasi diri ini.

"Ibu saya, Sasmitha Jaya Ningrum!" cetus mulut yang memang nama itu tak asing lagi di telinga ini.

Sontak Pak dokter menyuruhku tidur dan dia memeriksa detak jantung, beberapa menit memeriksa dia menyuruh diri ini untuk kembali duduk dan mereka mencek tensi darah yang ada dalam tubuh ini.

"Sus, hasilnya normal. Benar, bahwa dia hidup kembali sebagai manusia pilihan. Kata orang itu adalah keajaiban sebagai mati suri, di mana hal tersebut tak dimiliki semua orang." Ucap Pak dokter membuatku sangat legah karena bisa kembali menghirup udara segar seperti biasanya.

"Benarkah, Dok? Saya hidup kembali? Bukankah saya memang tidak mati ya?" tanyaku bertubi-tubi pada mereka.

"Vin, jantung kamu sempat tak berdetak seminggu yang lalu. Dan dalam ilmu kedokteran atau non-kedokteran apabila detak jantung berhenti berarti semua yang bernyawa dinyatakan mati. Kamu mengalami itu semua," ujar Pak dokter membuatku sedikit rada bingung.

"Dok, bisa telphonekan Ibu saya? Rasanya diri ini kangen banget padanya sekarang!" suruhku merayu Pak dokter dengan suara sedikit lirih.

"Oke, kita akan hubungi keluarga saudara!"

Sontak para wartawan yang kala itu penuh di depan pintu ruang UGD, mereka yang seminggu lalu meliput kejadian pembunuhan tengah terjadi padaku kini kembali hidup setelah tujuh hari kematian. Sontak diri ini tak percaya akan hal itu terjadi begitu saja, yang aku tahu bahwa diri ini tengah tertidur lelap dan akhirnya bangun melihat dunia. Tak pernah terbayangkan bahwa aku telah mati lalu hidup lagi, tetapi mendengar kesaksian para suster dan dokter rumah sakit nggak mungkin mereka berbohong dan mengatakan bahwa aku sebenarnya pernah mati.

Kala itu aku berdiri di dinding ruangan yang telah ada sebuah cermin, aku menatap wajahku berulang kali. Tampak lebih cantik dari biasanya, serta bercak tahi lalat hilang seketika. Sungguh bentuk tubuh yang sempurna seperti para model, sudah berakhir semua ejekan si anak culun seperti yang orang lain katakan. Selang beberapa menit akhirnya sang Ibu datang menemuiku, dia berlari sambil menangis memasuki ruangan UGD. Dengan sempitnya para reporter yang hendak meliput berita membuat si malaikat tak bersayap milikku susah untuk masuk ke dalam ruangan.

"Anakku, kamu hidup lagi. Sayang ...," teriak Mama sembari memeluk tubuhku sangat erat.

"Ma, sudah dong. Jangan nangis lagi, malu dilihatin orang!" sahutku berbisik lirih di telinganya saat ini.

"Mama pikir, kamu nggak akan bisa ada di dunia ini lagi menemani Mama hingga akhir usia, Mama Sayang ..., maafin Mama yang selalu melarang kamu dan membentak kamu di rumah!" teriak sang Mama membuatku bingung dengan apa yang harus aku ucapkan sekarang.

Saking sedihnya sebuah suasana hari ini membuat diriku terhanyaut dan meneteskan air mata dari lekuk pipi ini, peristiwa aneh tengah menimpah diriku yang orang lain mengatakan itu sebuah keajaiban. Awalnya aku nggak pernah percaya apa itu mati suri, hingga akhirnya diri ini mengalami dan merubah total sudut pandang tentang prihal sebuah keanehan tersebut.

Dengan meminta izin untuk pulang kepada dokter, dia pun memberikan kami kebebasan untuk segera pergi. Berjalan menuju pintu yang sudah rapat para reporter berita, mereka masih setia menunggu lama demi liputan terkini untuk saat ini. Ratusan kamera mengarahku dan mendekat ke arah mulut ini, tapi aku nggak bisa menjelaskan apa yang sudah terjadi.

"Apa benar kamu hidup lagi setelah dinyatakan mati selama satu minggu lamanya?"

"Apa yang kamu rasakan ketika mengalami mati selama berhari-hari di ruang mayat?"

"Apa yang ada dalam benak kamu ketika kembali melihat dunia ini?" mereka menyerbu pertanyaan yang membuat isi kepalaku pusing.

"Mas, Mbak! Hanya satu jawaban saya. Yaitu ..., semua sudah menjadi takdir Tuhan. Gue, nggak bisa jelaskan apa yang gue alami saat ini!" jawabku singkat dan menarik tangan sang Mama untuk pergi meninggalkan lokasi.

Kami pun masuk ke dalam mobil ambulance untuk segera membawa diri ini pulang ke rumah, tanpa banyak kata dan penjelasan lagi bahwa semua memang sudah takdir dan tak bisa kita untuk mengatakan apapun itu.

Noni-noni-noni ...,

Suara mobil yang tak kusangka akan membawa diri ini malah sekarang terjadi dan itu semua karena sebuah peristiwa!

Tujuh Arwah Dalam Jiwaku (THE ROYAL AWARD WINNER 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang