53. Lima Puluh Tiga

23.6K 2.5K 585
                                    

"Di satu sisi aku masih mengharapkanmu, tapi di satu sisi juga aku takut untuk kecewa kembali"

~ Abelia Ralinsyah

🌈🌈🌈

Kehidupan Abel di Jogja sekarang tidak setenang kemarin, sudah dua harian ini. Kevin selalu mendatangi tempat di mana Abel berada. Entah di kosan, di butiknya juga.

Sikap Abel, masih sama. Dia, masih mengacuhkan Kevin dan menolaknya mentah-mentah.

"Bel, pusing deh gua liat doi elo di bawah tuh." Rian datang-datang sudah sewot saja.

Pasalnya, sebelum coffe shop dan butik buka. Laki-laki bernama Kevin sudah nangkring di depan. Tujuannya? Ya apalagi jika bukan menemui Abel.

"Biarin aja nanti juga capek sendiri," jawab Abel cuek.

Jika biasanya Kevin yang selalu mengatakan hal tersebut. Maka sekarang Abel yang akan menggantikannya.

"Yaudah gua ngampus ya. Kalo ada apa-apa bilang." Rian sambil mengusap bahu Abel.

Abel mengacungkan jempolnya sebagai jawabannya.

Sepertinya hari ini, Abel tidak akan bisa bernapas lega lagi. Lihat saja, Kevin sekarang ada di hadapannya.

Agak sedikit kaget sih, dengan perubahan orang yang dicintainya ini.  Karena, rambut Kevin yang gondrong dan badan yang agak kurus. Tidak seperti dulu lagi.

"Aku bantuin ya," ucap Kevin yang sudah merebut sapu dari tangan Abel.

"Gak usah!" ketus Abel, dan merebut kembali sapunya.

Kevin menghela napasnya, baru pertama kali dalam hidupnya dicuekin dan diacuhkan seorang cewek. Biasanya dia yang selalu begini.

Lalu Kevin mengedarkan matanya untuk melihat koleksi butik milik Abel sambil bersiul. Dan tentu saja, hal itu membuat Abel tertawa kecil. Tapi, sedetik kemudian Abel cemberut lagi.

Dia tidak boleh begini. Abel harus bisa bersikap seacuh mungkin. Tidak boleh tergoda dengan sikap Kevin sekarang.

"Kalau mau ketawa, lepasin aja," ucap Kevin. Sepertinya dia menyadarinya.

Abel menggeleng dan memasang wajah jutek lalu melirik Kevin. "Bisa gak? Pergi dari sini!"

"Sayangnya gak akan bisa," jawab Kevin dengan mendekatkan wajahnya ke Abel.

Abel mundur lima langkah, begitu puh Kevin yang maju juga. Dep, tubuh Abel sudah mentok ke tembok. Kevin mengunci Abel dengan kedua tangannya.  Lalu mendekatkan mulutnya tepat di telinga Abel.

"Aku gak akan nyerah gitu aja, capek-capek aku nunggu kamu satu tahun. Dan sekarang, aku gak akan lepasin kamu gitu aja," ucapnya menyeringai, dan meninggalkan Abel yang masih tercengang dengan apa yang barusan Kevin ucapkan.

Abel memegangi jantungnya yang sedang tidak baik-baik saja. "Gila, pleaseeeee jangan tergoda oke, Abel."

Kemudian Abel duduk di mejanya sambil mengecek beberapa pesanan untuk dikirim hari ini. Walaupun sedang fokus bekerja, tetap saja mulutnya komat-kamit sendiri.

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang