39. Tiga Puluh Sembilan

17.8K 1.7K 128
                                    

Abel menghela napasnya lelah saat melihat tabungannya yang semakin tipis. Kevin dan orang tuanya memang memberi uang untuknya, tapi gak pernah Abel pakai.

Abel gak enak mau nolaknya, jadi yaudah deh Abel terima tanpa memakai uangnya. Bukannya sombong atau apa. Tapi Abel gak enak hati banget, dia masih bisa jalan, dan masih bisa cari uang sendiri.

Abel niatnya mau cari kerja part time buat tambahan.

"Hmm, Lang. Gua mau kerja." Gilang yang lagi sama Abel langsung terbelalak.

"Hah? Serius?" tanyanya tak percaya. Abel mengangguk sebagai jawaban.

"Kan, elo udah dibi--"

"Gilang, walaupun keluarga Bang Kevin biayain gua dan ngasih ini-itu. Gua ngerasa gak enak aja. Repotin orang mulu. Gua juga selama ini gak pernah pakai uangnya. Mereka udah biayain sekolah aja udah Alhamdulillah banget. Gua gak mau dicap anak manja. Gua harus tahu diri. Gua mau berubah, karena gua gak bakal tahu nanti ke depannya bakal gimana kehidupan selanjutnya." Gilang sampai ternganga mendengar penuturan Abel yang jauh dari biasanya.

"Gila keren kata-katanya." Gilang tepuk tangan takjub melihat Abel yang sekarang.

"Heh, si geblek gua serius." Abel menoyor kepala Gilang kesal.

"Nanti deh gua cari info ya. Tapi Bel, ingat lo itu gak sendiri. Ada kita semua. Kalau butuh apa-apa kita selalu ada buat lo, oke?" Gilang menatap Abel serius.

"Terharu gua. Beruntung punya sahabat kayak kalian." Kemudian Abel memeluk Gilang dari samping. Tenang sebatas sahabat kok. Gak ada niatan buat nikung.

Tanpa mereka sadari, Rian ada di belakangnya. Mendengar obrolan Gilang dan Abel. Rian langsung menyamperi meja Abel. Karena memang lagi di kantin.

"Kalau lo mau. Gua bisa bantu, lo tahu kan restoran punya keluarga gua?" tanyanya pada Abel.

"Iya, gua tahu."

"Nah, besok pulang sekolah. Ke sana ya, gua tunggu di sana. Mumpung lagi buka lowongan part time," jelasnya membuat Abel senang.

"Serius? Ah, makasih banyak. Kalian emang paling the best." Iya, jadi sekarang Rian semakin dekat dengan Abel dkk. Bisa dibilang sudah satu geng gitu.

-
-
-

Abel dijemput sama Kevin, kebetulan pacarnya lagi ada meeting di dekat sekolahannya.

"Nanti malam tidur di rumah aja sama Mamih. Papih lagi ke luar kota soalnya," ucapnya di sela menyetir.

Abel hanya mengangguk dan menoleh saja. Karena mulutnya lagi penuh sama makanan. Tadi sebelum jalan pulang. Abel beli cilor kesukaannya di depan halte sekolah. Gak tanggung-tanggung lagi. Dia beli lima belas ribu.

Kevin yang melihatnya gemas sekali. Gak tahan buat nyubit pipinya yang gembung gitu kebanyakan isi cilor.

"Haha, dasar pipi gembul." Kevin mencubit pipinya Abel dengan gemas.

Sedangkan sang empu menatapnya sebal.

Sampai di rumah, Abel langsung mengganti bajunya karena mau langsung ke rumah Kevin. Tadi mamihnya Kevin sudah nyuruh cepetan katanya ada yang mau diomongin.

"Sini sayang duduk, makan dulu yuk." Sofi langsung menawarkan makan siang untuknya.

"Hmm, perut Abel masih kenyang. Tadi makan cilor banyak banget hihi,"  ucapnya begitu jujur sambil mengelus perutnya yang sedikit kembung. 

"Kamu ini yasudah yuk."

Sofi mengajak Abel ke ruang keluarga. Ternyata ada Kalila juga di sini. Abel langsung berhambur ke pelukan Kalila.

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang