Abel sekarang lagi di rumah Kevin. Tadi dia dipanggil mamihnya suruh bantuin bikin kue gitu. Abel tuh paling senang kalau buat-buat kue gitu. Daripada masak yang berkaitan minyak. Senang bikin kue tapi gak senang masak. Duh Bel, Abel dasar ya.
"Nah ini kamu masukin ke oven dulu ya. Ini kesukaan Kevin bolu susu. Satu loyang ini bisa dihabisin dia sendiri loh," kata Sofi menceritakan.
Abel tersenyum, iya Abel ingat. Kalau Kevin itu sangat suka sama yang namanya kue-kuean gitu.
"Hai Tante," teriak seseorang masuk ke dapur. Abel dan Sofi menoleh ke belakang melihat siapa orang itu.
Abel langsung terdiam di tempat saat mengetahui wanita yang tempo hari dikenalkan sama Kevin sebagai calon istrinya.
"Oh, kamu Gea. Sini, kenalin ini Abel, dan Abel ini Gea, keponakan Tante." Sofi memperkenalkan membuat Abel bingung.
Abel mengerutkan keningnya. "Loh, katanya calon istri Bang Kevin."
"Hehe, maafin aku ya. Itu bohong kok. Kita sepupuan. Aku disuruh pura-pura sama dia." Gea jujur, mengatakan semuanya.
Abel langsung tersenyum dalam hati. Oh jadi cuman pura-pura aja. Syukur deh kalau gitu. Abel lega, gak jadi ngejahuin Kevin lagi. Abel udah tahu alasan Kevin kayak gini. Ya apalagi kalau bukan buat menhindar darinya.
"Awas ya Bang. Berani-beraninya bohongin aku heh," kata Abel dalam hati.
"Loh, dasar ya anak bujang lapuk satu itu. Biarin aja Bel, nanti Tante kasih pelajaran tuh dia. Berani-beraninya bikin kesayangan Tante dibohongin gini. Udah sana kamu ke kamar dia bangunin ya. Suruh makan, belum makan dia dari pulang sekolah kamu itu." Sofi dengan raut wajah kesalnya.
Abel tertawa. "Haha udah Tante. Semua serahin ke Abel oke." Abel langsung ngacir ke atas ke kamarnya Kevin itu.
Sofi dan Gea tertawa pelan melihat tingkah Abel yang sedikit absurd itu.
"Tante yakin, setuju sama anak itu?" tanya Gea setelah Abel pergi.
"Setuju kok. Tante yakin Abel itu bisa bersanding di pelaminan sama Kevin. Ya mungkin mereka dua kepribadian yang berbeda ya. Terus umur mereka juga terpaut jauh. Tante sih gak masalah. Tante aja nikah sama Om kamu beda sembilan tahun loh kalau kamu lupa," jelas Sofi. Jadi Sofi itu udah sangat setuju juga kalau Abel bakal jadi menantu. Umur itu gak masalah baginya.
Gea manut-manut mengerti. "Nanti kayak apa ya, Tan. Kalau mereka nikah. Yang ada Abel yang lebih agresif di ranjang lagi daripada Kevin hahaha." Gea udah tertawa terbahak-bahak sambil megang perutnya gak kuat membayangkan Kevin dan Abel jika bersatu.
"Hus kamu ini pikirannya malah ke ranjang." Sofi menyentil dahi Gea karena kelewat batas ngomongnya. Ada-ada aja sih Gea ini.
Di kamar Kevin, Abel gak langsung ngetuk pintu. Tapi dia main nyelonong aja masuk. Di atas kasur terlihat sekali Kevin yang sedang tertidur mana gak pakai baju cuman pakai bokser doang lagi.
Wow jelas saja dong pandangan Abel terganggu. Abel jadi gugup banguninnya. Malah dia yang salting sama deg-degan sih. Aneh, biasanya juga enggak.
Kevin menggerakkan tubuhnya ke samping sehingga menghadap Abel di sana. Abel langsung terpesona dengan wajah Kevin yang tidur damai gini.
Begitu kalem dan damai kalau tidur gini. Jadi adem lihatnya. Coba aja kalau pas bangun nanti wajah Kevin bakal gini terus ke Abel. Bukan wajah dingin dan ketusnya aja.
Abel berjongkok di bawah mensejajarkan dirinya dengan Kevin. Lalu tangannya mendarat sempurna di wajah Kevin. Abel mengelusnya pelan. Wajahnya Kevin itu kenapa lembut banget halus lagi. Gak ada beruntusan sama sekali.
"Abang kapan sih bisa lihat Abel sebentar aja," lirih Abel masih membelai-belai pelan pipi Kevin.
"Abang tahu gak? Kenapa aku begitu yakin kalau Abang adalah jodoh Abel nanti. Soalnya Abel berharap dan sangat yakin kalau nanti Abang selalu jagain Abel. Gak kayak Papah dan Mamah yang selalu ninggalin Abel. Walaupun Abang masih ketus sama Abel. Tapi Abel percaya suatu saat entah kapan pasti Abang bakal berubah. Abel pastikan itu, dan Abel bakal nunggu Abang terus." Lanjutnya yang gak kerasa malah menitikan air mata.
"Hiks, Abel cengeng banget ya Bang. Gini aja masa nangis. Maafin Abel ya. Abel dengan lancangnya nangis di hadapan Abang hiks ... walaupun Abang tidur gini hiks ...." Abel udah gak bisa nahan air matanya lagi.
Kevin bergeliat dalam tidurnya. "Engh ...." Kevin mengerang dalam tidurnya lalu merubah posisi lagi memunggungi Abel.
Abel yang melihat pergerakan Kevin. Cepat-cepat menghapus air matanya. Lalu membangunkan Kevin begitu lembut.
"Abang, Bang, bangun yuk." Abel berjalan ke sebelah kasur dan menepuk-nepuk pipi Kevin.
Kevin yang merasa ada orang membangunkannya perlahan matanya terbuka.
"Heh, ngapain kamu di sini!" teriaknya terkejut.
"Santai Bang. Aku gak ngapa-ngapain kok. Masa iya cewek yang ngapa-ngapain cowok. Aku cuman disuruh Tante bangunin Abang. Katanya suruh makan," kata Abel lalu langsung keluar lagi.
Kevin menatap heran Abel, tumben biasa aja. Oh iya, Kevin sebenarnya udah bangun dari Abel buka pintu. Tapi sengaja gak sepenuh bangun. Malah pura-pura tidur lagi.
Kevin dengar kok, tadi Abel ngomong apa sambil nangis gitu. Hatinya tiba-tiba tersayat saat mendengar pengakuan bocah tengil itu.
Abel benar-benar kesepian dan sangat butuh kasih sayang sebenarnya. Abel butuh sosok figur yang selalu ada di sampingnya. Kevin paham itu. Tapi ya gimana, Kevin gak cinta sama Abel.
Cinta gak bisa dipaksa bukan? Tapi entah kenapa tadi barusan aja. Ada gelenyar aneh gitu pas Abel ngelus pipinya dan ngomong dengan tulusnya.
"Argh, sial. Bisa-bisanya gua gini." Kevin langsung bangun dan memakai baju. Dia gak mau ambil pusing dengan pikirannya itu.
Abel itu hanya bocah tengil gak tahu malu yang masuk dalam kehidupannya begitu aja tanpa diminta.
Kevin udah di bawah, hidungnya tak sengaja mencium aroma wangi bolu. Sepertinya baru saja diangkat dari oven.
"Wah, ada bolu nih," ucapnya yang langsung duduk di meja makan dan memotong bolu tersebut.
"Enak banget ini sih." Kevin mengacungkan jempolnya ke Sofi.
"Itu Abel yang bikin loh. Bukan Mamih."
Seketika Kevin yang mau menggigit bolunya lagi jadi gak jadi. "Hah? Serius Mih?" tanyanya tak percaya.
"Iya sayang. Enak ya. Iya dong Abel itu bikinnya pakai hati," kata Sofi menepuk bahu Kevin pelan.
Abel yang tadi ke kamar mandi udah di meja makan lagi. Senyumnya mengembang pas lihat bolu bikinannya udah ada yang makan, dan yang makan itu Kevin.
"Gak jadi aku bilang enak, Mih," ucap Kevin ketus lalu meletakkan kembali bolu itu dan pergi lagi ke kamar.
Abel yang melihat itu langsung menundukkan pandangannya ke bawah. Hatinya sedih teriris. Bahkan Kevin untuk sekedar mengucapkan kata enak pun gak mau. Karena itu hasil buatannya.
"Kamu yang sabar ya. Kevin itu gengsi nya selangit. Banyak gaya itu anak udah tua juga bukannya mikir." Sofi merengkuh tubuh Abel dan memberikan sedikit ketenangan agar Abel gak terlalu sedih lagi.
🌸🌸🌸🌸🌸
10, November 2020
Vin, Vin ... Gengsi kok digedein sih.
Tinggal bilang enak di depan orangnya langsung apa susahnya sih. Nyenengin hati Abel dikit napa Vin. Ih greget deh author sama kamu Vin.Huh, cung yang gregetan juga sama Kevin? Enaknya diapain ya dia humm?
Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa follow Wattpad aku ya
Instagram aku juga boleh. Yang mau kenalan sama aku yuk di @iznawathy_23 hehe.Jangan lupa vote & comment ya👌
See you next part ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]
أدب الهواة(Untuk pemesanan novel Abang Tetangga bisa langsung menghubungi Instagram penerbitan @lokamediacab_bekasi) Cewek ngejar cowok? Kenapa engga? Seperti sebuah tantangan untuk gadis bernama Abel. Abelia Ralinsyah namanya. Abel sudah lama mengejar cint...