46. Empat Puluh Enam

18K 2.1K 649
                                    

Hai ... Gimana ? Masih kuat nunggu, kan? Kuat lah ya. Nunggu doi yang gak peka aja kuat hehe.

Selamat membaca 🤗
Jangan lupa vote, and comment 👌

🌸🌸🌸

Abel kembali lagi bekerja di restoran milik Rian. Hari ini, katanya Rian mau jemput di rumahnya. Abel udah nunggu sejak lima belas menit yang lalu.

Tepat saat Rian datang, berbarengan dengan datangnya Kevin. Posisi Abel berada di depan gerbang rumahnya. Yang artinya berhadepan dengan rumah Kevin.

"Cih, udah tau lagi break. Malah jalan sama cowok lain." Tiba-tiba saja Kevin berkata pedas saat keluar dari mobilnya.

Tentu saja, Abel tak tinggal diam. "Apa bedanya sama Abang yang jalan sama cewek lain dari kemarin," balasnya, tidak terima.

Kenapa tiba-tiba Kevin muncul dan langsung mengatakan hal itu padanya?

"Bukannya berubah malah makin menjadi," sarkas Kevin sinis. Lalu masuk ke dalam rumahnya.

Hati Kevin panas, saat baru pulang dan mengetahui Abel yang bersama Rian. Niatnya, sudah ingin memperbaiki kembali hubungannya.

Niatnya Kevin urungkan kembali, dia sangat benci dengan Abel yang bersama Rian.

Lain halnya dengan Abel. Abel terisak kembali di mobil Rian. Mengapa Kevin setega itu mengatai dirinya tadi.

Tidak bisakah? Untuk lembut sedikit saja. Mengapa Kevin malah balik seperti dulu lagi? Apa kesalahannya benar-benar fatal.

"Aku berasa kena ghosting, Yan hiks ...." Abel mengambil tisu yang ada di dashboard untuk mengelap ingusnya yang ikutan meler.

"Apa selama ini, Bang Kevin cuman mainin aku aja ya?"

"Katanya cinta tapi kok gini."

"Ngajak tunangan tapi malah gak jadi hiks ...."

"Aku tuh udah naruh harapan lebih. Tapi endingnya kenapa gini hiks ...."

"Jujur, Abel sedih banget hiks ... kenapa orang yang Abel sayang satu per satu bakal ninggalin Abel."

"Abel cinta banget sama, Bang Kevin hiks ...."

Rian tidak tega melihat Abel yang malah semakin menjadi nangisnya. Dia bingung harus bagaimana. Cewek kalau udah nangis, kadang susah didiemin.

"Rian janji ya? Jangan pergi dari Abel. Rian, kan sekarang udah Abel anggap sebagai Kakak Abel sendiri. Kalau Rian ikutan pergi juga. Nanti Abel gak punya Kakak lagi." Lanjutnya kembali begitu polos mengatakannya pada Rian.

Rian menautkan kelingkingnya. "Janji," ucapnya seraya tersenyum.

"Makasih, Abel sayang Rian. Tapi sebagai Kakak," ucapnya, yang sudah tidak lagi menangis.

Iya gak nangis, tapi hati Rian meringis dengarnya. Nasib, cinta bertepuk sebelah tangan.

Sesampainya di restoran, Abel langsung semangat bekerja. Bukan lagi sebagai pelayan. Melainkan kasir, kebetulan aja yang jaga kasir lagi izin gak masuk. Dan, Abel yang ditunjuk Rian untuk menggantikannya.

"Totalnya, tiga ratus li--" Ucapan Abel terhenti saat melihat orang di hadapannya ini.

"Abang?"

"Kenapa? Kaget?" Abel menggeleng cepat, bisakah untuk hatinya istirahat sebentar saja dari rasa sakit?

Lihat saja, bagaimana tidak terkejut. Melihat Kevin bersama wanita itu kembali.

"Totalnya tiga ratus lima puluh ribu. Terimakasih." Buru-buru Abel melanjutkan pekerjaannya lagi. Dia harus profesional.

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang