31. Tiga Puluh Satu

22.5K 1.9K 149
                                    

Kevin baru saja pulang dari Surabaya semalam. Pagi ini Kevin buru-buru ke rumahnya Abel. Mumpung hari libur juga. Kevin sudah gak betah marahan kayak gini. Sambil bawa oleh-olehnya dan bibir yang tertarik ke atas.

"Abel belum bangun, Vin," kata papahnya Abel.

Kevin membelak, ini gadisnya kebo apa gimana sih. Masa jam tujuh pagi belum bangun juga. Mentang-mentang hari libur.

"Tante mana?" tanya Kevin mencarinya.

"Ada apa, Vin?" sahut mamahnya Abel dari dapur sambil membawa kopi untuk suaminya.

"Kevin boleh ngomong sebentar," pintanya begitu serius.

Mereka bertiga langsung duduk di ruang tamu. Kevin sudah ada niatan sih sebenernya mau ngeseriusin Abel. Cuma baru ada nyali hari ini saja. Bukan langsung nikah kok.

Cuma ngomong aja ke orang tuanya Abel. Kalau Kevin emang benar-benar serius.

"Jadi gini, Kevin mau minta izin sama Om dan Tante buat deketin Abel. Kevin udah cinta juga sama Abel. Mamih, Papih sama Kalila juga udah setuju. Maafin ya Kevin baru ngomong serius sekarang," katanya jujur. Kevin agak gemetaran juga ngomongnya. Sempat grogi.

"Hahaha, kamu kayak sama siapa aja. Kami sudah setuju kok. Awas aja kalau sampe Abel kenapa-kenapa. Dia itu masih manjaan dan belum dewasa. Jadi Om berharap kamu bisa bimbing dia. Om sama Tante juga senang dengarnya waktu Abel cerita kalian udah pacaran," ucap papahnya Abel membuat Kevin senang.

"Jadi kalian restuin, kan?" tanyanya berbinar.

"Iya, sana gih. Ke kamar Abel ya. Bangunin hehe suruh ke bawah kita sarapan bareng," perintah mamahnya Abel.

Kevin langsung ke kamarnya Abel tanpa mengetuk pintu. Dilihatnya bocah tersebut masih bergelung dengan selimut tebalnya.

Terlebih kamarnya yang acak-acakan. Kevin menggelengkan kepalanya melihat kelakuan pacarnya ini.

"Hey bangun," katanya pelan mengusap pipi Abel lembut.

Tidak ada jawaban sama sekali. Kevin membuka gorden dan juga jendela kamarnya. Biar sinar matahari paginya masuk ke kamar ini.

Bukannya bangun, Abel malah tambah menggelamkan wajahnya. Mana posisi tidurnya bar-bar banget lagi ngabisin tempat.

Kevin jadi bergidik ngeri, membayangkan jika nanti sudah menikah dengan Abel. Lalu gaya tidurnya Abel yang seperti ini. Bukannya membuat dia nyaman tapi yang ada malah sakit mulu ketendang Abel.

Bugh ... Kevin meringis sendiri melihat guling tak berdosa yang kena tendangan maut Abel.

"Gila, liar banget tidurnya," gumamnya sambil menggeleng tak habis pikir.

Kevin mencari cara lain untuk membangunkan Abel. Gak ada manis-manisan yang ada Kevin ke kamar mandi ambil gayung yang berisi air lalu dicipratkan ke wajahnya Abel bertubi-tubi. Sadis emang gak ada romantisnya bangunin tidur pacarnya.

"Banjir ... banjir ... Mamah Papah banjir ...." Abel bangun dari tidurnya sambil berteriak heboh. 

Sedangkan Kevin sudah tertawa terpingkal-pingkal. Berhasil juga caranya. 

"Bhuaahaha hahahah ...." Tawanya sambil memegang perut gak kuat kesakitan, kebanyakan ketawa.

Abel yang tidak asing dengan suara itu langsung menoleh ke samping dan menatapnya sebal.

"ABANGGGGGGG ....!" Amuknya histeris sambil memperlihatkan wajah garangnya siap baku hantam Kevin.

"Udah ah gak usah banyak drama haha. Mandi gih terus makan ke bawah. Habis itu kita jalan. Kamu gak kangen aku?" tanya Kevin sambil memelas.

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang