12. Bagian Dua Belas

30.4K 2.7K 45
                                    

Abel baru saja bangun dari tidurnya. Sekarang hari libur, dia mau malas-malasan aja hari ini.

Niatnya sih pengin jalan sama keempat temannya. Namun, gak jadi. Dibatalkan semalam.

Turun ke bawah, ke dapur mau ambil minum karena haus, tapi Abel dikagetkan dengan kehadiran kedua orang tuanya yang udah ada di rumah.

Mata Abel terperangkap, tidak percaya yang ada di hadapannya ini adalah mamah dan papahnya.

"Abel, sayang." Mamah Abel langsung mendekatinya dan memeluk anak semata wayangnya.

Abel diam saja tidak membalas pelukannya. Masih diam membatu, kesadarannya belum pulih semua. Masih terasa mimpi. Satu tahun tidak bertemu, sangat membuatnya terkejut dengan kehadiran sosok kedua orang tuanya kini.

"Papah kangen banget sama kamu, sayang." Sekarang giliran papahnya yang memeluk Abel.

"Abel gak mimpi, kan?" tanya Abel yang menatap kedua orang tuanya polos.

"Enggak, sayang gak mimpi, dan mulai sekarang Mamah dan Papah gak akan ninggalin kamu lagi," kata mamahnya memberi tahu.

Yang Abel dengar benar semuakan? Bukan bohong dan bercandaan?

"Iya, sayang. Kami minta maaf ya. Harusnya gak ninggalin kamu terus-terusan. Sekarang Papah dan Mamah janji gak akan ninggalin kamu lagi." Mereka bertiga berpelukan. Sungguh pemandangan yang indah. Abel benar-benar rindu pelukan ini.

"Terus pekerjaan Papah Mamah gimana?" tanya Abel penasaran, karena Abel tahu kedua orang tuanya ini super sibuk.

"Sekarang semuanya udah bangkrut, sayang. Tapi tenang aja kita gak akan jatuh miskin. Papah, kan masih ada satu perusahaan di sini. Terus Mamah juga mau bikin butik di sini," jelas papahnya membuat Abel kembali terkejut.

Bolehkah Abel senang? Bahagia di atas musibah kedua orang tuanya? Karena berkat itu semua. Abel merasakan kembali kasih sayang kedua orang tuanya.

"Kamu, belum mandi? San mandi dulu. Habis ini kita jalan bertiga gimana? Sambil nunggu kamu mandi. Mamah Papah ke rumah Tante Sofi dulu ya sayang." Abel mengangguk. Abel begitu senang. Akhirnya bisa menghabiskan waktu bersama dengan kedua orang tuanya. Waktu seperti ini yang diharapkan Abel dari dulu.

Abel kini udah siap. Tapi orang tuanya masih ada di rumah Kevin deh. Tanpa permisi, Abel langsung nyelonong membuka pintu rumah Kevin begitu saja.

Brakkk!!!

Abel menabrak sesuatu. Dahinya berkerut saat hidungnya mencium aroma hmm, parfum cowok.

Penasaran, Abel mengendus-endus tanpa tahu malu.

Abel nabrak apa? Abel nabrak Kevin ..! Bahaya.

Kevin yang kesal dengan sikap Abel langsung mendorong tubuh Abel dan menoyor kepalanya.

"Heh, bocah. Udah nabrak, bukannya minta maaf malah ngendus-ngendus. " Kevin udah marah-marah kayak monster.

"Oh, itu tadi dada Abang? Bidang banget ya Bang. Nyaman banget Abel nih. Wanginya juga enak bikin Abel tambah suka," kata Abel kelewat polos.

Kevin menepuk jidatnya kesal. Kumat lagikan sintingnya si Abel.

"Terserah kamu, Bel. Gila saya lama-lama dekat kamu." Kevin memijit pelipisnya pusing. Ini bocah satu makin lama makin menjadi emang.

Tanpa pikir panjang lagi, Kevin sedikit mendorong Abel pelan. "Awas jangan halangi jalan saya," katanya tajam dan langsung memasuki mobilnya.

Abel menatap nanar kepergian Kevin. Kenapa Kevin tuh gak pernah lembut sedikit aja. Pernah sih, ya abis itu lanjut lagi ketus. Sebenarnya Abel tuh malu ngejar-ngejar Kevin terus tapi gak ada hasilnya.

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang