6. Bagian Enam

32.2K 3.2K 55
                                    

Abel terbangun dari tidurnya karena ada suara gerasak-gerusuk di bawah. Dia langsung mengucek matanya, lalu bangun keluar dari kamarnya.

Masih dengan mata yang terpejam Abel turun ke bawah. Terheran karena kenapa gelap sekali lantai bawah. Tidak seperti biasanya. Buru-buru dia ke dapur haus mau minum. Belum sempat ke dapur dia sudah dikagetkan teriakan. "Happy Birthday Abel ...!!" Hampir saja jantungnya copot.

Lampu mulai dinyalakan, tertampang jelas wajah teman-temannya. Siapa lagi kalau bukan Rea, Bilqis, Samudra dan Gilang.

Abel terkejut. "Kalian?" Di depannya ini sudah ada teman-temannya yang meriahkan ulang tahunnya. Abel tidak menyangka mereka semua masih ingat.

"Selamat ulang tahun Abel." Rea mendekat sambil membawa kue ulang tahun berukuran sedang.

Abel terharu tak kuasa menahan tangisnya. Dia menangis saat ini juga.

"Happy Birthday Abel yang ke-17 tahun." Gilang dengan membawa satu boneka beruang besar.

Lalu disusul dengan Bilqis dan Samudra yang membawa buket bunga. "Selamat ulang tahun sayangku," ucap Bilqis memberikan buket bunga tersebut.

"Kesayangan Samudra yang paling bar-bar, selamat ulang tahun ya." Samudra langsung merangkul bahu Abel. Jadi mereka semua udah bersahabatan sejak SMP makanya dekat begini.

Abel langsung menghapus air matanya. "Makasih hiks ... kalian emang ter the best. Makasih udah selalu ada buat Abel sampai saat ini." Abel udah gak bisa berkata apa-apa lagi. Saking terharunya.

"Udah ah jangan sedih. Yuk tiup lilin. Eh make a wish dulu ya, yuk Bel," kata Rea yang menyodorkan kue ulang tahunnya.

Abel memejamkan matanya dan berdoa. Lalu langsung meniup lilinnya.

"Nah potong yuk kuenya. Habis ini baru tidur lagi. Kita nginap di sini ya Bel," ucap Bilqis sambil memberikan pisau kue.

Abel mengangguk lalu mulai memotong kuenya satu per satu dan menyuapi teman-temannya.

Abel sedih karena yang mengucapkan pertama kali bukan orang tuanya. Tetapi malah teman-temannya ini. Apakah mamah papahnya gak ingat dengan ulang tahun Abel sekarang.

Jam menunjukkan pukul 01.00 malam. Kini mereka berempat sudah masuk ke kamar yang disediakan Abel. Kalau laki-laki di kamar tamu. Sedangkan yang cewek di kamar Abel.

Pagi tiba, karena ini hari Minggu, mereka memutuskan untuk olahraga pagi.

Sekarang kelima sekawan ini udah siap-siap di depan teras Abel. Mau langsung lari-lari kecil ke taman kompleks ini.

Tak sengaja mata Abel menangkap sosok Kevin yang sepertinya mau lari pagi juga. Karena Kevin emang rajin olahraga pagi setiap hari.

Biasanya Abel akan menyapanya dan mengganggunya. Tapi untuk saat ini tidak. Abel lagi gak mood. Apalagi menyangkut kemarin. Abel masih sedih pokoknya. Sakit hati? Tentu saja. Siapa yang gak sakit dan cemburu. Abel sih manusiawi ya. Ada kalanya dia capek berjuang. Apalagi Kevin udah bilang kalau cewek tersebut calon istrinya. Mungkin emang cukup sampai di sini aja perjuangan Abel.

Ikhlas gak ikhlas, Abel akan menerima semuanya.

"Udah ayo jangan bengong lihatin itu orang." Rea menegur Abel dan langsung menariknya menjauh dari sini.

Kevin yang melihat pergerakan Abel merasa berbeda. Tidak seperti biasanya. Biasanya jika bertemu. Anak itu selalu mengganggunya. Tapi sekarang? Kenapa malah diam aja.

Ah, Kevin lupa. Kemarin diakan bilang ke Abel kalau Gea adalah calon istrinya. Berarti rencananya berhasil. Abel tidak akan mengganggunya lagi. Syukurlah Kevin bisa hidup tenang tanpa gangguan Abel.

Tak mau ambil pusing, Kevin langsung berlari seperti biasanya jika pagi hari.

Setelah selesai lari pagi, di rumahnya udah banyak makanan nasi tumpeng. Kevin mengerutkan keningnya bingung. Lah ada acara apa? Tumben sekali.

"Ada apaan, Mih? Kok ada tumpeng segala?" tanya Kevin penasaran.

"Oh ini, sekarang Abel ulang tahun jadi sengaja deh. Kamu tahukan bagaimana orang tua dia? Mamih, Papih itu udah anggap dia kayak anak sendiri. Seperti kamu dan Kalila. Jadi mau Mamih rayakan di sini. Gih sana kamu mandi habis itu panggil Abel di rumahnya ya. Mumpung ada teman-temannya tuh di rumah dia."

Kevin sih gak heran jika orang tuanya berlebihan. Mereka emang udah sayang banget sama anak itu. Kevin sebenarnya kasihan juga cuma rasa kasihannya udah ketutupan sama rasa bencinya. Bocah tengil, bar-bar, yang seenak jidatnya sendiri, yang suka ganggu dirinya. Kevin sangat benci dengan wanita modelan Abel gitu.

"Kalila aja sih Mih." Kevin menolak perintah mamihnya.

Sofi, berdecak pelan. "Loh, Vin. Apa susahnya panggil Abel doang." Mamihnya udah mulai mau mengeluarkan tanduknya. Ah ribet, daripada ngomel gak jelas mau gak mau ya nurut deh Kevin.

"Iya-iya Mih. Kevin mandi dulu bentar." Kevin langsung ke kamarnya mandi. Setelah itu langsung ke rumah bocah tengil.

Mengetuk pintu dulu nggk seperti Abel yang langsung nyelonong aja. "Loh, ada apa Bang?" Abel yang kaget langsung gugup dan mundur.

Kevin terdiam sebentar menatap gadis di depannya ini. Matanya nampak sembab dengan lingkaran hitam di bawahnya. Habis nangiskah? Ah, kenapa Kevin jadi mikirin gini.

Masa bodo dengan semuanya. Kevin tidak peduli. "Kamu sama teman-teman kamu suruh ke rumah sama Mamih sekarang juga." Setelah itu Kevin langsung balik badan lagi pergi dari rumah Abel.

Oh, jangan lupakan wajahnya yang begitu dingin dan ketus. Abel bengong di tempat. Tumben-tumbenan Kevin mau ke rumahnya.

Ah, daripada berpikir panjang mending langsung ke sana aja. Takutnya Sofi menunggu lama.

Abel langsung menghambur ke pelukan Sofi dan Pras mengucapkan terima kasih. Sudah mau repot-repot menyiapkan semuanya. Padahal orang tuanya saja biasa aja. Tapi Sofi dan Pras berbaik hati mau merayakannya dengan memasak tumpeng begini.

"Abel gak tahu harus gimana lagi. Tante sama Om yang malah nyiapin ini semua bukan hiks ... Mamah ... sama Papah ... hiks ...." Abel udah gak bisa menahan air matanya lagi.

"Kamu gak boleh gitu sayang. Mamah, Papah kamu emang belum ada waktu aja. Percaya deh sama Tante. Kalau mereka itu juga sayang dan pasti ngedoain kamu di sana." Sofi sedikit memberikan pengertian untuk Abel supaya gak sedih lagi.

"Nanti biar Om yang bilang Papah kamu ya. Supaya pulang," kata Pras mengusap rambut Abel.

"Gak usah Om. Biarin aja mereka sibuk sama pekerjaannya. Palingan mereka udah lupa kalau punya anak di sini." Semua yang mendengarkan ucapan Abel langsung merasa sedih. Abel itu emang gadis yang kuat. Tapi ada kalanya dia lemah seperti ini.

"Ah, udahlah jangan sedih gini. Mending kita makan yuk. Noh teman-teman kamu udah pada lapar tuh." Kalila merubah suasana. Biar gak tegang-tegang banget.

Selama acara makan, Abel tidak melihat Kevin di sini. Ke mana orang itu? Apa sudah pergi berkencan sama pacarnya sepagi ini? Ah, Abel banyak berharap rupanya. Tadi Abel sempat berharap seenggaknya Kevin akan mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi semua itu cuman angannya saja ternyata. Abel terlalu jauh berharap.

🌸🌸🌸🌸🌸

Halo ... Siapa nih yang nunggu aku up? Mumpung lagi baik hati aku up lagi ya hari ini hehe.

Nah Abel udah mulai mau menjauh tuh. Kira-kira Babang Kevin gimana ya hmm ?

Terima kasih sudah membaca 🤗
Jangan lupa follow Wattpad aku
Vote dan Comment juga ya 👌

See you di next part ❤️

Abang Tetangga !! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang