"GAK ADA APA-APA ANJING!"
"ya bagus deh, berarti cuma pikiran gue doang."
"t-tapi, gue tadi denger suaranya loh???" jeongwoo menatap bingung haruto.
jujur saja, perasaannya sudah tidak enak sejak datang ke rumah haruto tadi, ia merasa seperti diawasi. padahal, hanya ada haruto sendiri di rumah, orang tuanya bahkan masih di jepang mengurus pekerjaan.
jika sosok seram yang selama ini haruto ceritakan padanya hanya sebuah delusi, lantas mengapa ia dapat merasakan aura aneh di kamar haruto?
mengapa ia merasa seperti diawasi oleh mata putih yang menyala?
ㅤ"halah ranting doang paling," jawab haruto remeh, tetap mencoba positif meski ia juga sama takutnya.
rasa takut haruto membuat dirinya semakin memikirkan hal yang tidak-tidak. hhh, pikirannya memang tidak bisa diajak kerja sama.
kenapa yang dia pikirkan selalu hal-hal buruk, sih?
ㅤ"to."
ㅤ"apa?"
"jangan-jangan gue delusi juga," cerocos jeongwoo asal.
bugh!
"ngada-ngada!" haruto memilih untuk telentang, mengalihkan netranya dari rupa burik jeongwoo ke arah langit-langit.
tapi ia malah melihat sosok bermata putih itu di sana.
"kalo selama ini yang ngehantuin lu cuma delusi, kenapa gue bisa ikut ngerasain hawanya juga?" tanya jeongwoo sembari mengelus kepalanya yang jadi sasaran pukulan haruto.
haruto mengedikkan bahu. "entah."
"justru itu, tohar!" jeongwoo ikut telentang, menatap langit-langit yang penuh akan lampu bintang tempel. "antara gue yang delusi... eh tapi gak mungkin deng, sama--yang lu anggap 'delusi' selama ini tuh bukan delusi lu."
haruto menatap jeongwoo. "kalo bukan... terus apa?"
jeongwoo balik menatap haruto. "hmm, realita?"
ㅤmmm~
let me treasure you, treasure you, treasure you~
ㅤharuto mengambil ponselnya di nakas, lantas mematikan alarmnya.
"udah pagi ternyata."

KAMU SEDANG MEMBACA
i. delusions [✓]
Terrorharuto pikir, semua yang dialaminya selama ini hanya delusi semata. [lowercase - semi baku] ⚠harsh words, mental disorder. ©ixchworine, 2021