pemuda jangkung itu masih diam selama perjalanan pulang. wajahnya masih tertunduk, seolah sungkan mendongak dan menghadap ke depan. kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku. tak jarang pula ia menendang kerikil di depannya dengan sengaja.
"to, lu kenapa, sih?!" tanya jeongwoo risih, sudah muak dengan tingkah aneh haruto sejak pagi.
haruto tidak menjawab. ia menoleh pada jeongwoo dengan tatapan penuh arti, namun terkesan sinis.
lalu kembali menunduk.
jeongwoo memutar bola matanya. "lu kalo ngambek jangan diem-diem gini dong, gue mana ngerti lu kenapa. kayak cewek aja lu."
"gak," jawab haruto pada akhirnya. "gue pulang dulu, nanti balikin seragam gue, jangan lupa dicuci."
sebelum akhirnya berbelok ke arah lorong rumahnya, meninggalkan jeongwoo yang sedang menatap bingung sahabatnya.
"aneh," ucap jeongwoo sambil memasuki pekarangan rumahnya.
_____
"haru pulang."
haruto mengedarkan pandang ke sekeliling rumahnya, lantas menghela napas berat. sudah ia duga, ia sendiri lagi. orang tuanya bahkan enggan untuk pulang demi melihat putra tunggalnya barang sebentar.
di rumah besar seperti ini sendirian bagi seorang penakut seperti haruto... apa tidak menakutkan?
pemuda itu melangkah masuk ke dalam rumah. tatkala ia hendak melepas sepatu dan menaruhnya di rak, ia mendapatkan sepasang sepatu bertengger di sana.
bukan, bukan sepatunya, sepatu jeongwoo, ataupun sepatu milik orang tuanya.
"loh, ini kan punya..."
"surprise!" seru seorang lelaki seraya menuruni anak tangga.
"kak mashi?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
i. delusions [✓]
Korkuharuto pikir, semua yang dialaminya selama ini hanya delusi semata. [lowercase - semi baku] ⚠harsh words, mental disorder. ©ixchworine, 2021