"KYAAAAAAAA!"
"jenis serangga apa lagi yang diliat kak mashi hari ini," gumam haruto usai mencabut charger milik mashiho.
ia beranjak, melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari kamar sepupunya menuju kamarnya kembali. tak lupa kembali menatap ponselnya sepanjang kakinya menapak.
risih, itu yang haruto rasakan sekarang. ia menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari sesuatu yang membuatnya tak nyaman.
netranya terpaku pada jam besar antik yang ada di ruang tamu, dua jarum di sana menunjukkan angka dua belas, sebelum akhirnya mengeluarkan suara kencang bak lonceng besar yang baru saja dipukul.
TING! TONG!
pukul dua belas malam tepat, dengan bunyi lonceng yang menggema ke seluruh ruangan.
sialan, haruto benci benda kuno itu. kenapa orang tuanya belum memindahkannya, sih?
terlebih, biasanya haruto akan terjaga di dalam kamarnya, jadi kecil kemungkinan untuk mendengar suara yang ditimbulkan oleh jam kuno tersebut.
tengah malam, melewati ruang tamu, diiringi suara seperti itu, apa tidak menakutkan?
"apa lu liat-liat?!" sewot haruto pada bayangan hitam yang ada di balik gorden, merasa bahwa ia sedang berbicara pada delusinya sendiri.
dapat haruto lihat, bayangan itu tersenyum, juga mata merahnya yang semakin menyala.
"oke, satu... dua... tiga--MAMAAAAAAA RUTO TAKOOOOTTT!"
haruto melesat pergi, berlari sekuat tenaga dan secepat cahaya usai mematikan lampu ruang tamu. persetan dengan segala ketakutannya, ia harus sampai ke kamar dalam waktu sekejap.
_____
"ngapain tadi teriak?"
"lah, lu sendiri ngapa teriak, kak?"
"ya pengen aja, sih." mashiho menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
napas haruto masih terengah-engah, jarak dari ruang tamu menuju kamarnya tidak terlalu dekat, bahkan ia masih harus menaiki anak tangga lagi.
"udah ketemu berkasnya?" tanyanya usai menetralisir degup jantungnya.
"udah, nih," ujar mashiho seraya mengangkat map di tangannya dengan cengiran khas, memamerkan deretan giginya.
"bagus deh." haruto menghela napas lega. "kak, tidur bareng aja yuk? plisss."
"hape kakak masih di kamar, haru," sahut mashiho. "kenapa gak kamu bawa sekalian coba?"
"kak mashi gak nyuruh," gidik haruto, kemudian menarik paksa lengan sepupunya. "ayooo temenin! gue udah matiin lampu ruang tamu lho, emang berani?"
"berani lah, emangnya kamu?"
haruto mencak-mencak. demi apapun membujuk mashiho memang sangat sulit dibanding meminta contekan pada jeongwoo.
"kenapa, sih? kok tiba-tiba takut?" tanya mashiho heran. "kakak aja yang barusan liat--"
"gue ditakutin bang junkyu!" sergah haruto cepat.
alis mashiho bertaut, ia memiringkan kepalanya. "jadi daritadi kamu chatan sama kak junkyu?"
"iya!" jawab haruto semangat, masih menaruh harapan agar mashiho mau menemaninya tidur malam ini.
blub!
suara notifikasi dari ponsel haruto yang menyala membuat mashiho ikut menoleh pada sumber suara.
Bang Jun🐨
| to?
| kok gak bales?
| udah tidur ya?
| yaudah deh, selamat tidur~
| jangan lupa cek kolong kasur ya~ hihi~"untung kasur gue gak ada kolongnya," gumam haruto usai membaca pesan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
i. delusions [✓]
Horreurharuto pikir, semua yang dialaminya selama ini hanya delusi semata. [lowercase - semi baku] ⚠harsh words, mental disorder. ©ixchworine, 2021