15

1.1K 365 18
                                        

pasca kejadian aneh tadi, haruto dan jeongwoo memutuskan untuk sibuk dengan pikiran masing-masing. keduanya diam tanpa satu pun percakapan.

seolah sedang berperang batin, mereka berdua saling tatap, kemudian bergidik serempak.

"apa lu ngikut-ngikut," sungut jeongwoo.

haruto memukul kepala jeongwoo menggunakan botol cola yang kosong. "makin takut gue, mau pulang aja."

"sono hush hush!" usir jeongwoo. "gak tau makasih lu, udah ngabisin cola juga."

"makasih jongu~" ledek haruto, meniru gaya bicara mashiho. "ke luar kek, bosen gue."

pemuda park itu menekuk alis, seperti sedang memikirkan sesuatu.

beberapa detik setelahnya, seakan ada lampu yang menyala dalam kepalanya, ia lantas mengukir senyum. "ke psikiater yok!"

"gak elit banget lu ngajak temen keluar malah ke psikiater," cibir haruto.

"hmm... mau nemenin lu konsul hehe, lu 'kan udah lama gak konsul setau gue, ntar kalo tambah parah gimana? ayok, ya? ya??"

haruto menghela napas, ia tahu itu alibi. jeongwoo pasti masih belum percaya tentang delusi yang selama ini ia alami. mengingat banyaknya kejadian aneh yang mereka lalui bersama, pun selalu menyertakan haruto di dalamnya.

tapi melihat mata anjing jeongwoo yang berbinar, haruto memilih untuk mengiyakan. toh, tidak ada salahnya juga, 'kan?

"ayok, deh."

"YEAYYY! HARU TERBAEK!" girang jeongwoo lantas membawa paksa haruto ke dalam dekapannya. "ke psikiater keluarga gue aja, dia yang paling bisa dipercaya, abang gue dulu ditangani sama dia juga soalnya."

haruto manggut-manggut. "siapa emangnya?"

"namanya yoshi."

i. delusions [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang