17

4K 687 17
                                    

Nara merapikan sweater besar pink yang Meo kenakan, topi baret birunya dipakai sedemikian rupa menutupi telinga kucingnya.

Nara mengenakan dress selutut berwarna biru, dan juga topi berwarna putih dikepalanya. Rambutnya di ikat kuda seperti biasanya.

"Nanti jangan nakal, terus jangan ngeong. Okey"

Meo mengangguk patuh "Okey" jawab Meo patuh.

Nara menggenggam erat tangan Meo dan menariknya pelan, berjalan perlahan menuju pintu rumah "Nanti, jangan nakal ya" ujar Nara lembut.

Meo mengangguk. "Jangan suka nyakitin kucing" ujar Nara sedikit bergetar.

Meo kembali mengangguk, dia mendusel di leher Nara dan mengecupinya lembut "Sayang Nara" gumam Meo.

Nara tersenyum lembut, dia merangkul pinggang Meo dan mencium pipinya "Aku juga sayang kamu" balasnya lembut.

Benar, ini adalah jalan yang harus Nara tempuhi. "Jangan jadi anak nakal" bisik Nara sekali lagi.

Dan Meo tak merasakan keanehan dari cara berbicara Nara. Yang dia tau saat ini adalah dia akan pergi berdua bersama Nara.

"Nanti, aku mau minum susu hangat ya" pinta Meo manja. Dia menggoyangkan tangan Nara dengan riangnya.

Nara mengangguk "Iya sayang" balasnya lembut.

Meo tertawa pelan, Meo merasa senang hari ini. Tidak tau mengapa tapi rasanya dia bahagia sekali "Kita mau kemana Nara?"

"Mau ke rumah seseorang"

"Meo harus ikut?"

Nara mengangguk "Harus" jawabnya.

Meo merengut sedikit "Yauda deh" gumamnya mengalah.

*****

Nara menggenggam erat tangan Meo begitu mereka turun dari mobil milik Nara. "Ayo masuk" ujarnya mantap kemudian berjalan memasuki rumah mewah di depan mereka.

"Nara, Meo gamau masuk" cicit Meo merasa tak suka saat melihat tatapan tajam dari para maid dan butler di mansion itu.

Nara mengelus lembut punggung tangan Meo "Ada Na-"

"Maaf Nona muda"

Nara menoleh, 7 pria berbadan kekar dengan stelan jas hitam berdiri mengelilingi mereka berdua. Tatapan mata lembut Nara langsung berubah arogan.

Dia menatap angkuh para pengawal itu "Mau apa kalian?" tanya Nara dingin. Genggamannya menguat, dia menarik Meo kebelakang tubuhnya.

"Kami diperintahkan Tuan Muda agar dia dibawa-"

"TIDAK!!" teriak Nara marah, dia melindungi tubuh Meo di belakangnya. Dia merasa ada hal yang aneh yang sedang Xiel rencanakan.

Para pengawal mulai mendekat dan menarik paksa Meo dari belakang tubuh Nara. Membuat topi baretnya terlepas dan memperlihatkan telinga kucingnya.

Nara mengepalkan kedua tangannya "LEPASKAN DIA!! ATAU KEPALA KALIAN AKAN KUTEMBAK!" serunya emosi.

Dia meraih 2 pistol yang diikatnya di paha lalu menodongkannya ke arah mereka. Matanya berkilat marah "N-nara, Meo mau dibawa kemana.." lirihnya takut.

Telinganya luyu. "Lepaskan di-"

Syut!

Nara menegang, salah seorang diantara mereka menembakan panah kecil berbius ke leher Nara. Mata Meo berkilat tak percaya, apalagi ketika tubuh Nara limbung ke belakang.

Dan ditangkap salah seorang pengawal. "Jauhkan tanganmu darinya, jangan menyentuhnya!!" seru Meo marah.

Kuku tajamnya meruncing dan mulai memberontak. Dia menggigit tangan salah satu diantara mereka "LEPASKAN AKU!!" seru Meo marah.

"Ck" decak pengawal dibelakangnya.

Bugh!

Meo terdiam, kepalanya pusing saat pukulan telak dirasa di tengkuknya. Matanya menatap sayu Nara yang digendong menjauh "Na..ra..hiks.." lirihnya pilu.

Sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri.































Tbc.

Syalalala.

Ada 3 book baru nih nanti. Tunggu si Meo tamat dulu yak.

Mendadak Meong! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang