Meo duduk bersila seraya menatap Nara yang juga duduk bersila di depannya, insting manusianya sudah kembali utuh.
Telinga dan ekornya mengibas pelan.
"Nama lo siapa?" tanya Meo datar.
Nara tersenyum manis dan mengulurkan tangannya "Kenalin, nama aku Nara Clarida." ujarnya hangat.
Meo memandang tangan Nara sejenak, kemudian menggapai tangannya dan menggenggamnya erat. Dia sempat terpaku saat melihat senyum manis Nara.
"Kok gue bisa ada disini?" tanya Meo lagi.
Nara mengedik "Gatau, tadi malam aku nemu kamu di bawah pohon apel yang ada di taman rumah" jawab Nara lugas. Meo mengangguk, dia gabisa pulang dan tak masalah.
Karena orang tuanya juga tak akan peduli "Kalau kamu berpikir untuk pergi, sayangnya gabisa," Nara merangkak mendeti Meo dan menyentuh pipinya.
Sentuhan Nara seakan menghipnotis Meo, dia tidak bisa mengelak dan hanya mampu menerima sentuhan itu saja.
Meo memejamkan matanya, dia merindukan sentuhan kasih sayang seseorang. Hidup bergelimang harta namun penuh kesepian.
Itulah kehidupan Meo.
"Kenapa..gabisa.." lirih Meo seraya memandang sayu Nara yang sudah berada di depannya.
Nara tersenyum anggun, dia mencium pipi Meo dan menjawab "Karena kamu adalah milikku" ujarnya mutlak tak terbantah.
Meo termangu, tapi senyum senang terukir diwajahnya "Ya..gue milik lo Nara.." bisiknya senang.
Meo tak masalah, yang penting sentuhan dan kasih sayang Nara selalu tertuju padanya. Tidak pada yang lainnya.
Melihat Meo menerima perlakuan Nara, membuat gadis itu senang. Hidup sendirian selama 5 tahun membuat Nara selalu kesepian.
Tak ada keluarga, teman hanyalah teman fake semua, kedatangan Meo yang tiba-tiba merubah kesendirian Nara.
Rumahnya tak lagi sesepi dulu.
"Jadi, kenapa kamu bisa kayak gini Meo" tanya Nara seraya menarik tangannya dari wajah Meo.
Membuat cowok itu merasakan kehilangan.
Dia menatap sendu tangan Nara, bibirnya melengkung kebawah. "Kenapa?" tanya Nara bingung.
Meo menunjuk tangan Nara sebagai kode. "Oh, hahaha ya Tuhan. Menggemaskan sekali" ujarnya senang dan kembali mengelus pipi Meo.
"Aku gatau, tiba-tiba aja jadi gini" gumam Meo sedih.
"Gak papa, kamu sama aku aja terus. Gabakal ada yang ngejek kamu kalau lihat wujud kamu"
Dia tersenyum senang dan kembali memejamkan matanya. Hatinya menghangat mendengar penuturan Nara.
"Nanti malam tunggu aku ya, aku mau belanja keperluan kamu" ujar Nara.
Meo membuka matanya cepat "Ikuuuut" rengeknya.
Nara menggeleng "No, kamu tunggu aku aja ya. Jadilah kitten yang baik"
Meo merengut "Jangan cemberut dong, mana senyumnya Meo aku yang imut, mana senyumnyaaaa"
Meo menunduk, kemudian mendongak disertai senyum lebarnya. Sampai menunjukan taring lucunya.
"Ya tuhan, menggemaskan" Nara memeluk Meo dengan gemas dan mengelus punggungnya.
Meo menyamankan dirinya di dada Nara dan memejamkan matanya.
Ternyata, jadi kucing enak juga ya. Manja dan dimanja, mendapat kehangatan dan perhatian.
Meo menyesal pernah melukai kucing-kucing dulunya.
Dia membalas pelukan Nara dan mendusel di dadanya "Nara..hangat sekali.."bisiknya penuh kedamaian.
Meo suka kehangatan ini, kehangatan yang sangat Meo rindukan. Nara terus mengelus dan menyalurkan kasih sayang kepada Meo.
Dua orang ini sama-sama merindukan kasih sayang seseorang pada kehidupan merekan.
Dan kini, keduanya sudah menemukan kasih sayang tersebut.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Meong! [End]
FantasySeorang Cat Hater bernama Meore mendapatkan kutukan yang mengubah dirinya menjadi manusia setengah kucing. Hanya ada telinga, ekor, gigi taring kucing, paw atau tangan kucing yang muncul di tubuhnya. Dan juga sifat manja yang tiba-tiba hadir dalam...