10.Maaf Meo

5.6K 817 30
                                    

Nara selesai membereskan rumahnya yang seperti kandang lembu, dia duduk di sofa dan mengatur pernapasannya dulu.

"Capek" bisiknya.

Nara melihat ke arah Jam dinding yang menunjukan pukul 3 sore, Nara memilih untuk mandi "Meo mana, kok gak ada suara" bisiknya.

Dia merasa bersalah karena membatalkan janji jalan-jalan mereka hari ini, tapi Nara lagi emosi melihat betapa berantakannya rumah.

Nara berjalan cepat menuju kamar dan membukanya "Meoo" panggilnya.

Tak ada sahutan, Nara berjongkok mengutipi mainan bola yang Meo mainkan tadi. Tak sengaja matanya menatap sesuatu dipintu bagian bawah.

Ini bekas cakaran Meo tadi, ternyata dia menuliskan sesuatu.

Meo, sayang, Nara.

Nara terhenyak sebentar, jantungnya berdebar dan berdenyut nyeri bersamaan. Dia semakin merasa bersalah karena memarahi Meo tadi.

Dia bangkit dan mencari keberadaan Meo "Meoooo" panggilnya lagi.

Dia mencari di kamar mandi tapi tak ada, kemudian dia beralih di walk in closet dan tak ada juga. Insting Nara mengatakan untuk melihat bawah kasur.

Dan voila. "MEO!" serunya khawatir.

Meo terlihat menggigil kedinginan dan meracau hal tak jelas. Ekor dan telinganya tak terlihat alias hilang, begitu juga dengan pawnya.

Mendengar namanya disebut, Meo membuka mata yang sayu, terlihatlah mata coklat madu indahnya.

"Na..ra..hiks..maaf..hiks..Meo..na..kal..hiks..huhuuuu..ma..af..hiks.." tangisnya lagi. Nara menggigit bibirnya merasa menyesal.

Dia menarik tubuh Meo perlahan dan membawanya keluar dari kolong kasur. Tubuhnya panas dan dia menggigil kedinginan.

Meo langsung memeluk Nara, ukuran tubuhnya kembali normal dan membesar, tak seperti sebelumnya yang kurus dan sedikit mungil.

Kini bahkan besarnya mengalahi tubuh Nara "M-meo, naik ke kasur ya. Biar Nara ambilin obat sama kompresan." bisik Nara.

Meo menggeleng ribut "Gamauu..hiks..huhuuu gamauuuuu"

Nara menghela napas panjang, dia berdiri perlahan sambil menopang tubuh Meo. Lalu ditidurkannya di kasur "Hiks..Meo nakal? Hiks..maaf Meo nakal..hiks..huhuuuu maaf.." racaunya antara sadar tak sadar.

Efek demam, dia jadi meracau tak jelas. "Enggak kok, Meo anak baik. Meo gak nakal. Istirahat ya sayang" bisik Nara lembut.

Meo masih terisak, kemeja panjangnya terlihat sempit, yah tentu saja karena tubuh Meo membesar keukuran normal.

"Aku harus meminta Xiel datang dan membawa bajunya. Badan Meo tak akan muat memakai baju si kitten" bisik Nara.

Dia bangkit dan berjalan menuju meja rias, meraih ponsel cadangannya dan menghubungi seseorang.

"Halooo sayaaaang. Ada apa?"

"Kamu bisa datang gak? Sekalian bawa baju kamu yang kebesaran"

"Untuk siapa?"

"Untuk temen aku, kasian dia. Cepetan ya"

Xiel sebenarnya curiga, tapi dia nurut saja "Oke, aku datang sebentar lagi"

"Makasih sayang"

"Sama-sama sayaaaaang"

Nara mematikan sambungannya, dia kembali menatap ke arah Meo yang masih tertidur.

Semoga dia tidak kembali menjadi kucing saat Xiel ada disini nantinya.



























Tbc.

Syalalala.

Mendadak Meong! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang