Extra.

6.2K 795 45
                                    

Nara melirik sosok Xiel yang memberontak disertai teriakan histerisnya. Dia menghela napas panjang kemudian masuk ke dalam ruangan Xiel.

Mendengar pintu ruangan terbuka, Xiel yang tadinya menangis histeris karena tak bisa mengucapkan kata apapun kini menoleh. Air mata mengalir semakin deras.

Dia mencabut infusnya dan berlari tergopoh kearah Nara. "Aaaa!! Hiks..a..aaaa..!!!" raungnya tak jelas. Dia memegang bahu Nara erat dan mengguncangnya.

Nara menatapnya sendu "Xiel..maaf..aku gabisa jalin hubungan sama orang bisu seperti kamu. Kita putus, terima kasih untuk segalanya." ujar Nara bersalah.

Xiel menegang, wajah pucatnya semakin pucat, bibirnya bergetar pelan. "Ha..." Xiel merasa hidupnya lenyap seketika, apa..maksudnya dengan perkataan Nara.

"Aaaa.." lirihnya terpukul, dia menatap lirih Nara yang juga menatapnya lirih.

Dia mengelus kepala Xiel lembut "Aku minta maaf." bisiknya sembari menusukan obat bius pada leher Xiel.

Xiel tak merasakan rasa sakit lagi, tubuhnya lemas dan langsung limbung kedepan. Nara menangkap tubuh Xiel dan mendekapnya erat.

"Maafin aku..." lirihnga gemetar. Dia merasa sangat bersalah.

Dia sudah merusak masa depan orang yang pernah singgah kehatinya, walau hanya sebentar tapi tetap saja Xiel pernah menetap dihatinya.

Air mata terus bercucuran, jika Nara bisa memilih, dia akan memilih menyayangi Xiel, tapi hatinya lebih memilih pada Meo cintanya.

******

4 tahun Kemudian.

Tahun-tahun berlalu, semua sudah berlalu dengan aliran yang semestinya. Di sebuah toko bunga yang terkenal di kota Jakarta.

Pemiliknya adalah seorang pria tampan berusia 23 tahun. Wajahnya teduh, dia terlihat merubah semuanya, kesan galak dan sinisnya sudah berubah menjadi soft dan hangat.

"Terima Kasih, semoga harimu menyenangkan." ujarnya lembut, ciwi-ciwi SMA tadi terkikik malu mendengar suara lembutnya.

Pria itu membereskan bunga-bunga dan keperluannya, kertas, plastik dan perekat. Dia diam sejenak, kemudian helaan napas panjang kembali terdengar.

"Nara...aku merindukanmu.." lirihnya sendu, benar. Pria itu adalah Meore, pria yang dulunya pernah berubah jadi kucing-kucingan.

Dia menghela napas panjang kemudian berjalan meraih sapu, dia harus membersihkan tokonya agar para pembelinya nyaman.

Kring.

"Selamat datang di MeoNar Florist-" ucapannya terhenti saat melihat sosok yang baru saja masuk kedalam tokonya. Seorang wanita dewasa yang mengenakan dress selutut berwarna hitam kelabu.

Dia mengenakan kacamata hitamnya, berjalan perlahan melihat-lihat bunga yang akan dia beli. "Mas." Meo tersentak, dia segera meletakan sapu dan berjalan mendekat.

Debaran jantungnya semakin cepat "Y-ya..Nona.." ucapnya gugup. Keringat dingin turun membasahi pelipis dan tangannya.

Wanita tadi melirik. "Buatkan saya bucket bunga lili berwarna putih dan mawar putih." ujarnya tenang.

Meo tersentak. "Siapa yang meninggal?" pasalnya mawar putih dan lili putih sedikit menggambarkan rasa berkabung.

Wanita tadi melirik "Bukan urusanmu Mas. Segera buatkan." ujarnya tenang berjalan mendekati meja kasir. Meo mengepalkan kedua tangannya, kenapa dia berubah..

Meo menguatkan dirinya, dia segera membuatkan apa yang wanita itu minta. "Ini Nona." ujarnya lesu sembari memberikan bucket bunganya tadi.

Wanita tadi menerimanya, kemudian membayar. Meo melayani wanita itu tanpa suara, dadanya sesak sekali melihat ketidakacuhan wanita itu.

"Ini..Nona.." tangan Meo sampai gemetar saat memberikan uang kembalian. Wanita tadi menerimanya lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Oh. Satu lagi."

"Y-ya?"

Wanita tadi melirik "Ayo Meo, kau harus ikut. Tidak mau bersama denganku lagi?" tanya nya lembut.

Meo gemetar "N-nara.."

"Haha, Meo. Ayo kembali memulai semuanya dari awal."

Meo tak percaya, dia berjalan cepat dan menerjang tubuh Nara erat "Hiks..AKU MERINDUKANMUUUU HUAAAAAAAAAAAA" Teriaknya histeris.

Dia menangis kuat, dia benar-benar merindukan wanita ini. Dan sekarang dia akan selalu bersama wanita-nya, selamanya.

****

"AFRAN! AFRAN PAKAI BAJU KAMU DULUU!!" teriak Meo sembari berlari mengejar Afran yang tak mau mengenakan pakaiannya. Afza hanya duduk dengan tenang disofa.

Dot masih tersumpal dimulutnya. "MAU ENGGAK! UNDAAAAAA AFAN MAU ENGGAK BAJU PAKAI!!" histerisnya sembari berlari kearah Nara.

Nara menangkap tubuh mungil Afran dan menggendongnya "Pakai bajunya sayang. Nanti kamu masuk angin loh." ujar Nara lembut, Afran menelusup diceruk leher Nara.

"Mau enggak!"

"Hahahhaa.." tawanya pelan.

Lucu sekali anaknya ini, menggemaskan uh. Namanya Afran dan saudara kembarnya adalah Afza, mereka sangat lucu. Nara dan Meo bersyukur mereka berhasil sampai ketahap ini.

"Capek aku Ra.." adu Meo lemas sembari memeluk Nara erat.

"AYAH! SESEK AFAN AYAH!!"

"Afza peluk juga..."

Nara terkekeh lagi, dia bersyukur dengan apa yang dia dapatkan saat ini.

Sungguh diluar perkiraannya.





















































Extra part done!

Mendadak Meong! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang