24. Obat

732 35 0
                                    

Ketika semua sudah terlelap, Ayna memasuki kamar abang-abangnya sambil membawa kotak p3k dan kompresan.
Lalu Ayna pelan pelan mendekati Alvin yang sedang tertidur pulas. Ia menatapnya sedih lalu mengobati luka-luka Alvin dan setelah itu ia menempelkan hansaplas bergambar bt21 yang ia beli bulan lalu. Kemudian setelah Alvin sudah selesai diobati, ia beralih ke Alden yang berada di sebelah Alvin, Alden bahkan tersenyum saat tidur, Ayna pun ikut tersenyum kecil lalu lanjut mengobati Alden.

"kenapa mereka berempat tidur di satu kamar coba kan masih ada kamar lagi" bingung Ayna melihat Alvin, Alden, Azra dan Avan tidur bersama di satu kamar.

"hmm pasti sakit.." lirih Ayna melihat luka Azra yang bisa dibilang cukup parah. Lukanya lebih banyak daripada Alvin dan Alden. Ayna menduga Azra berusaha melindungi adik -adiknya saat berkelahi tadi. Ayna mengompresnya pelan, matanya tak sengaja melihat tangan Avan yang menggenggam tangan Azra dengan kuat dan bekar air mata di pipinya Avan menandakan ia habis menangis.
Setelah Ayna selesai mengobati mereka, ia pelan pelan pergi dari kamar itu menuju kamar Alno, Aland, dan Azkiel.

Ia pun menatap sedih Alno, Aland dan Azkiel.

"bang kapan bangunnya? Ayna mau marah tau" ucap Ayna pada Alno dan Aland.

Ia pun mengobati luka luka yang bisa diobatinya.
Ayna berada di hadapan Azkiel sekarang.
Azkiel terlihat sangat putih dan dingin.

"semoga kita bisa lebih akrab ya.. " lirih Ayna sambil tersenyum. Setelah ia mengobati Azkiel, ia pun segera beranjak dari kasur namun tangannya dicegah okeh azkiel.

"maaa..maaa...aku mau ikut mama aja.." ucap Azkiel dalam tidurnya.
Aynapun terkejut dan menatap Azkiel, ternyata Azkiel sangat menyayangi almarhumah mamahnya.
Ayna pun tetap disana dan mencoba menenangkan Azkiel. Tak lama kemudian ia tertidur pulas di samping Azkiel.

•••••••••••

Matahari menerpa wajah babak belur Azkiel, tetapi ia merasa ada tangan hangat dan nyaman sedang melingkari tubuhnya itu. Itu adalah tangan Ayna yang ketiduran di ranjang Azkiel tadi malam.
Azkiel pun mencoba melihat wajah Ayna, wajah Ayna yang damai dan cantik membuat suasana hati Azkiel membaik.
Azkiel pun menunggu Ayna bangun, tetapi Ayna tak kunjung bangun dari tidurnya. Azkiel yang merasa harus ke kamar mandi mencoba melepaskan pelukan Ayna, percobaan pertama ia tak berhasil karena pelukan Ayna sangat kencang , lalu ia berhasil pada percobaan kedua.
Ia berjalan pincang ke arah kamar mandi dan melihat wajahnya yang telah diobati Ayna, tertempel hansaplas bergambar kartun di wajahnya yang babak belur itu. Azkiel pun merasa adanya perhatian yang sama antara almarhumah mamanya dan Ayna, dulu mamanya juga akan menempelkan hansaplas bergambar ironman jika ia terluka. Azkiel tersenyum kecil mengingat kenangan masa lalunya bersama mamanya yang sangat ia sayang.

"bang disini dulu aja ama kita ya, jarang jarang satu rumah begini, paling engga sampe luka lukanya sembuh, atau selamanya juga gapapaa" rengek Avan pada Azkiel yang kekeuh ingin pulang padahal lukanya masi parah.
"ngga ah van, gue pulang aja. Disini rame banget" ucap Azkiel kekeuh.
"ihh gamauu, sini ajaa.." rengek Avan.

"aduh.."
Tiba tiba terdengar suara dari kamar Alno dan Aland.
Mereka pun bergegas kesana karena khawatir mereka kenapa kenapa. Setelah sampai di kamar, ternyata..

Terlihat Ayna sedang memeluk erat Alno yang masih kesakitan.
"Huhuhu akhirnya bang Ano bangunnn, Ayna takut banget" ucap Ayna sambil memeluk erat.

"i..iya.. naa.. sakit.. tau.. aduh.." lirih Alno.
Sakit? tentu saja, luka lukanya tersentuh semua karena Ayna memeluknya. Baru saja ia bangun dari kasurnya tiba tiba dipeluk sangat erat oleh Ayna. Tapi Alno senang karena Ayna mengkhawatirkannya.

"i..i.. iyaaudah... ini udah.. peluknya.." ucap Ayna sambil sesegukan mencoba berhenti menangis.

"Aynaa.. bang Ano gapapa kok, kan aku kuat kayak ironman, gausa nangis gitu.. nanti jelek terus diculik genderewo gimana, nanti kita susah nyarinya" canda Alno.

my possessive brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang