DUA PULUH DUA

359 64 32
                                    

Taehyung mundur beberapa langkah, menatap lekat netra berwarna caramel terpantul oleh cahaya senja di sore hari.

"Tentu kamu penting di hidup aku, Tzu," ucapnya tegas.

Tzuyu tersenyum, nampak kentara sebuah kelelahan di wajahnya, "Kita perlu break." Tanpa meminta persetujuan, dirinya melenggang pergi melewati Taehyung yang berdiri diam di posisi. Masih mencerna ucapan dari Tzuyu.

"Aku ada salah apa lagi sama kamu?" Tanya Taehyung, berbalik menatap punggung Tzuyu yang sudah jauh. Wanita itu berhenti tepat di depan pintu, tidak menoleh untuk sekedar melihat wajahnya barang sebentar saja. "Aku udah jujur sama kamu, semua masalah aku kamu juga pasti udah tahu. Dimana letak kesalahan aku, Tzuyu?"

"Seperti dugaanku, kamu memiliki kepekaan minim, " Tzuyu menolehkan wajahnya ke samping, memberikan jawaban yang bahkan tidak pernah Taehyung pikirkan, "Bapak dan Ibu udah nyuruh aku untuk segera menikah di usia hampir kepala tiga. Melihat kamu nyaman dan selalu ada waktu dengan wanita lain, gimana aku gak kecewa? Berpikir untuk menuruti keinginan Bapak dan Ibu, lalu melihat kondisi kamu. Sepertinya kamu juga belum siap. Benar?"

Kedua tangan Taehyung terkepal di sisi tubuhnya, ekspresi wajahnya berubah serius, "Mereka menyuruh kamu menikah?"

Kedua bahu Tzuyu sedikit luruh, merogoh tas selempang dan mengambil blackcard pemberian Taehyung. Ia berbalik, berjalan sampai berada di depan Taehyung. Menarik satu tangan pria itu dan meletakan kartu hitam yang beberapa minggu berada di tangannya.

"Kamu dulu pernah bilang. Kalau hubungan kita selesai, kartu ini akan kamu ambil dan hubungan kita kembali ke hubungan seperti biasanya. Sebatas teman. Selama ini kamu pikir aku selalu baik-baik aja dan nerima semua keadaan tanpa protes sedikitpun, apa kamu pikir aku sekuat itu? Enggak, aku juga punya batas maksimal untuk memendam semua luka. Aku kecewa tentang hubungan kamu dengan Sana, belum lagi masih ada Irene di rumah kamu," jelas Tzuyu lelah. Sebelum pergi dia menyempatkan untuk memberikan senyum lembut sekali lagi.

"Lantas, cincin di tangan kamu. Itu apa?" Pertanyaan ini membuat Tzuyu berhenti membuka pintu.

Tersadar, bahwa dia tidak pernah melepas cincin bermotif bangau berlapis berlian pemberian Daehyung, bukannya dia sengaja tidak ingin melepas, tapi selalu saja lupa untuk melepas cincin ini dari jari manis kirinya.

Tzuyu membalas tanpa ada emosi dan ketakutan di dalam nada suaranya, "Ini pemberian Pak Daehyung, aku lupa mau lepas. Barang ini di kirim waktu malem, tepat setelah aku pulang jagain kamu dulu di kantor sampai subuh."

Brak!

Taehyung membanting kursi kerja di sampingnya. Membuat Tzuyu memekik terkejut dan takut mendengar bantingan keras tersebut. Wajah cantiknya semakin pucat pasi melihat kemarahan Taehyung.

"Bilang aja kamu udah tergoda sama Daehyung, kan?!" Teriakan marah Taehyung menggelegak di dalam ruangan.

Mendapatkan tuduhan tidak masuk akal dari Taehyung, Tzuyu juga ikut tersulut emosi. "Maksut kamu? Kim Taehyung! Kamu pikir aku wanita rendahan yang bisa di beli hanya dengan beberapa ikat uang?" Sedihnya.

"Tidak, tapi cincin di tangan kamu itu ngebuktiin kalau kamu memang di manja oleh dia!"

"Cukup, percuma berdebat. Kita sama-sama tersulut emosi, jika ini terus di lanjut. Kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa nyakitin diri masing-masing."

"Jangan menghindar!"

Tanpa mendengar protes Taehyung lebih lanjut. Tzuyu berlalu, melangkah pergi menapaki lantai lorong sepi. Jalanan sangat lenggang karena hari ini karyawan lainnya di pulangkan sedari jam dua sore tadi.

[Taetzu] Make a Love Story With : Mr. KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang