"Mau bareng?" Itu suara cowok yang tak asing lagi di telinga Sorai.
Brian mematikan mesin motornya, menampilkan seulas senyum pada perempuan yang hanya akan menganggapnya sebatas teman.
Kali ini Brian ingin melakukan sedikit usaha. Dia ingin tahu apa benar memang tidak ada kesempatan untuknya dan Sorai memiliki status lain.
"Brian? Lo bawa motor? Rumah kita kan deket dari sekolah. Lo mau ke mana?"
"Ngajak lo nge-date. Udah lama Sorai kita gak jalan berdua."
"Nge-date? Emang gue siapanya lo? Ajak pacar lo lah. Gue mau pulang."
"Rai, ayolah. Lo nggak kangen sama gue. Maksudnya ngobrol banyak hal sama gue."
Sorai diam sejenak, lalu mengangguk. "Kangen kok, kangen banget saat lo jadi Brian yang nyebelin."
"Predikat nyebelin masih aja melekat ya, Rai? Padahal gue udah sebaik ini sama lo."
"Lo nggak ikhlas?"
"Ikhlas."
"Terus?"
"Sayang aja, ternyata lo bener-bener nggak peka sama apa yang gue rasain."
"Maksudnya apa sih?"
"Lupain aja deh. Kalo lo nggak mau jalan sama gue juga gak apa-apa." Brian pura-pura ngambek.
"Gue mau, ayo jalan!" Sorai langsung naik ke atas motor, berpegangan pada pinggang Brian dan menyandarkan kepalanya di balik punggung cowok itu. "Gue tidur selama naik motor gak apa-apa, kan?"
Brian mengiyakan. Bibirnya perlahan membentuk sebuah senyuman. Dia senang masih menjadi tempat Sorai bersandar.
Sejujurnya cowok itu semakin takut kehilangan Sorai. "Gak apa-apa. Pegangan yang erat ya, Rai. Jangan tiba-tiba dilepas."Beberapa orang mengamati interaksi mereka berdua. Maka tak salah jika di sekolah banyak yang mengira Sorai dan Brian memiliki hubungan lebih dari teman. Tidak ada pertemanan yang murni antara cowok dan cewek, jika tidak salah satunya, maka mungkin dua-duanya menyimpan perasaan.
Galen yang baru saja keluar gerbang juga melihatnya. "Lo sama Brian aja bisa temenan lama tanpa jatuh cinta. Kenapa sama gue nggak bisa?" gumamnya pelan. "Atau mungkin lo emang suka sama Brian, Rai? Gue hanya pelampiasan karena lo gak mau suatu saat perasaan lo ke dia ngerusak persahabatan kalian."
Tiba-tiba Galen memotret Sorai dan Brian secara diam-diam dengan kamera yang setia menggantung di lehernya. Setelahnya dia kembali melanjutkan langkah menuju halte.
Galen lebih suka naik kendaraan umum dibanding membawa kendaraan sendiri. Galen suka memotret keadaan sekitar, interaksi orang-orang, serta langit senja. Itu membuatnya sedikit tenang akhir-akhir ini.
Setengah jam perjalanan akhirnya Brian dan Sorai sampai di tempat tujuan. Tulisan 'Selamat Datang di Cafe Cinta' terpampang jelas di atas pintu. Keduanya masuk dengan perasaan masing-masing.
Brian yang tiba-tiba gugup dan Sorai yang dibuat bertanya-tanya.
"Brian, kenapa pilih tempat ini? Bukannya di sini itu tempatnya orang pacaran, ya?" tanya Sorai setelah keduanya mendapat tempat.
"Lo nggak suka ya? Apa mau ganti tempat. Gue cuma denger kalo makanan di sini enak. Jadi gue ajak lo buat cobain. Gak ada maksud apa-apa."
"Tempatnya romantis banget, gue nggak biasa aja ada di tempat kayak gini. Apalagi sama cowok. Dan kenapa sekarang cowoknya harus lo, sahabat gue. Kayak ..., aneh aja. Ngerti nggak?"
"Lain kali gue nggak akan ajak lo ke tempat kayak gini lagi. Maaf ya, Rai, kalo gue buat lo nggak nyaman."
"Lo nggak ada perasaan lain ke gue kan, Bri? Perasaan cinta? Please, bilang nggak ada."
Brian tak menyangka Sorai akan bertanya seperti itu. Di sini sudah jelas bahwa Sorai belum bisa membuka hati untuk Brian. Sorai memohon agar Brian tidak mencintainya, tapi bagaimana pun, Sorai sudah terlambat. Brian, mencintai Sorai sudah sejak lama. Jika Sorai meminta Brian menghilangkan rasa itu sekarang pasti akan sulit. Untuk itu, Brian akhirnya menjawab. "Iya, nggak ada. Gue biasa aja sama lo kok, Rai."
Dalam senyumnya, Brian menyimpan banyak kepahitan. "Gue sayang sama lo, Rai. Banget."
"Serius?"
"Nggak, Rai."
"Bri?"
"Umm, lo mau pesan apa?" Brian coba mengalihkan perhatian. Alih-alih ingin menyatakan perasaan, Brian malah kebingungan untuk mengelak. Dia rasa ini bukan waktu yang tepat. Kemungkinan ditolak sangat tinggi dan dia tidak mau merasa kecewa atas penolakan itu saat ini.
"Samain aja kayak lo."
Brian memanggil pelayan dan memesan makanan. Sementara Sorai hanya diam mengamati tingkah Brian yang semakin gugup setelah percakapan tadi.
"Lo beneran gapapa?"
"Apaan sih, emang kenapa?"
"Lo aneh banget hari ini, Brian."
"Perasaan lo aja kali."
Sorai mengangguk. "Tapi makasih buat traktiran kali ini."
"Iya santai. Cuma makan doang. Apapun akan gue lakuin supaya bisa bikin lo seneng."
"Baik banget sahabat gue!"
#Divmenyapa!
Kalian ada saran nggak buat Brian? Pernah ngalamin gak sih ada di posisi dia? Cinta sama sahabat sendiri tapi sulit diungkapkan karena tahu cintanya bertepuk sebelah tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Kita Cerita Tentang Luka
Teen FictionSebuah kisah yang rumit. Antara aku, kamu dan luka kita. ________________ Dipubliksaikan pada tanggal : 27 Februari 2021