Warna jingga di langit menandakan sore sudah tiba. Gadis dengan rambut panjang berbandana putih tengah duduk seorang diri di sebuah kafe. Hanya memesan secangkir coklat hangat dan melihat-lihat interaksi di sekelilingnya.
Dia Raditha Amara Senja. Gadis yang menemui Brian di perpustakaan, gadis yang dengan beraninya menasehati seorang Galendra, juga gadis teman masa kecil Brian dan Sorai yang terlupakan.
Tangannya mulai menulis pada buku diary yang dia bawa.
Di antara milyaran manusia, yang kutemui hanya rasa sepi. Tuan, kapan tanganku akan kau genggam? Tak mungkin, hangat tangan yang kau damba lebih menarikmu dan membawamu menjauh bukan?
Perhatiannya lalu tertuju pada langit yang mulai gelap. Tangannya merogoh benda pipih dalam tas mungil. Sial, benda itu sudah habis daya. Senja terlalu sering memainkannya sebab tak tahu apa yang harus dia lakukan selain mengecek handphone.
"Kalau kayak gini gimana bisa pulang," keluhnya.
Senja berdiri, keluar dari tempatnya saat ini dan mencari apa ada yang bisa memberinya bantuan.
Gerimis mulai turun. Senja terjebak di depan kafe bingung harus meminta bantuan pada siapa. Orang-orang di sana juga seperti tengah sibuk dengan aktivitas masing-masing.
"Lo anak SMA Nusa Bangsa juga kan, ya? Khmm, kenalin nama gue Banyu."
Suara pria itu membuyarkan lamunan Senja. Ditatapnya sosok itu cukup lama. "Oh, iya Senja inget. Kakak ini temennya Kak Galen, kan?"
Banyu mengangguk. "Oh nama lo Senja. Hujan gini, sendirian?"
"Iya nih, Kak. Lagi jalan-jalan sore malah kejebak hujan. Hp Senja lowbat. Jadi gak bisa minta jemput Papa."
"Gue anterin mau? Kebetulan gue bawa mobil. Punya bokap sih."
"Emang boleh, Kak? Nggak ngerepotin gitu?"
"Nggak sama sekali. Yang ada gue malah merasa bersalah kalo ngebiarin lo pulang sendirian. Ya udah yuk."
Banyu menggandeng tangan Senja menuju mobilnya. Tanpa penolakan Senja mengikuti Saja. Sedikit berlari sebab hujan masih turun. Besar kemungkinan akan semakin lebat.
Setelah mobil melaju. Hanya hening yang tercipta. Banyu menatap gadis di sebelahnya sekilas. Senja ikut melirik. Suasana berubah jadi canggung.
"Pernah pacaran?" tanya Banyu random.
Senja mengerutkan kening. Lalu menggeleng pelan. "Kenapa?"
"Tanya aja."
"Kalo Kak Banyu?"
"Pernah. Tapi semuanya berakhir luka."
"Dalem banget kata-katanya, Kak."
Banyu tertawa. "Kebanyakan main sama Galen. Maklumin ya."
"Emang Kak Galen puitis? Dari tampangnya gak kelihatan."
"Lo pasti pernah baca tulisan-tulisan di mading sekolah, kan?"
Senja mengangguk.
"Itu kebanyakan Galen yang buat. Gue aja sampe hafal kata-katanya."
"Seperti kayu yang rela jadi abu. Akupun rela mati karenamu. Seperti daun gugur yang siap diterbangkan sang angin, akupun siap runtuh demi kamu."
(Bintang Galendra)"Akal dan logika, akan kalah dengan rasa."
(Bintang Galendra)"Biar kamu membenci aku, tapi aku akan tetap mencintaimu."
(Bintang Galendra)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Kita Cerita Tentang Luka
Roman pour AdolescentsSebuah kisah yang rumit. Antara aku, kamu dan luka kita. ________________ Dipubliksaikan pada tanggal : 27 Februari 2021