Bahunya dipaksa kokoh, kakinya pun harus tegap berdiri. Hati dan pikirannya harus tetap waras. Kelam dalam hidupnya harus bisa dia terangi lagi.
Bintang Galendra, cowok itu membuka pagar rumahnya sendiri dengan kasar dan terburu-buru. Menimbulkan bunyi berisik yang membuat tetangga di samping rumahnya keluar sebab penasaran. Apa lagi yang terjadi kali ini?
Seorang wanita dengan pakaian yang cukup sexy keluar menyambut kedatangan Galen.
"Papa datang lagi, tangan Mama luka karena dipukul pakai Sabuk. Sekarang Mama nggak mau keluar kamar Galen. Dia tetap gak mau cerai dari Papa."
"Bangsat!"
"Tapi tangan Mama udah Kakak obatin. Semoga aja nggak kenapa-napa."
"Terus kenapa lo masih pake pakaian kayak gini, Kak?"
"Gal, cuma ini cara Kakak biar bisa dapet uang. Buat sekolah kamu, buat biaya hidup kita."
Tangan Galen mengepal kuat. "Gue, lebih baik putus sekolah, daripada harus lihat lo jadi pelacur, Kak!"
"Shut! Gue bukan pelacur. Jaga ya omongan kamu, Gal."
"Terus apa? Lo pamerin tubuh lo, Kak? Apa namanya kalo bukan pelacur?"
Setetes air mata jatuh begitu saja membasahi pipi Rembulan. Dia juga sendiri tidak tahu apa nama yang pantas untuk pekerjaannya.
Dia tidak sedang menjual diri, tapi pekerjaannya menuntut agar para lelaki tertarik membeli. Satu-satunya cara yang Rembulan tahu akan berhasil hanyalah dengan berpakaian seperti itu, terbuka dan sexy.
Dia tahu yang dilakukan memang salah. Tapi Rembulan hanya ingin mendapat uang.
Di sekolah, Galen tek pernah menunjukkan sisi kelam hidupnya. Orang-orang mengira hidupnya sangat sempura. Padahal kenyataan tak seindah yang diperlihatkan. Galen menyimpan banyak luka sejak kecil. Sejak Papanya mulai berani bermain wanita.
Galen tahu penyebabnya apa. Itu semua bermula saat Mamanya ketahuan selingkuh. Mulai saat itu, Papanya menjadi sangat benci pada Mamanya. Pada wanita.
Arya Brata Wijaya. Lelaki itu jadi sering mempermainkan hati wanita. Membuatnya bertekuk lutut lalu ditinggalkan begitu saja. Bahkan Arya tak segan-segan berbuat kasar.
"Gal, Papa juga tadi nanyain kamu."
"Ngapain, Kak? Peduli dia sama gue?"
"Dia ... minta kamu ikut ke rumahnya."
"Gak sudi gue, Kak!"
"Dia mulai percaya kalo kamu anak kandungnya."
"Setelah 18 tahun. Dia baru mengakui kalo gue anaknya. Papa macam apa, Kak? Lebih baik gue nggak punya Papa sekalian daripada harus jadi anak dia."
"Gal, mau gimanapun sikapnya, dia tetap ayah kandung kamu."
"Dia jahat Kak sama Mama. Sama kita semua."
"Bukan sepenuhnya salah Papa, kamu tahu itu, Kan?"
Galen menghela napas panjang. Tak suka dengan bahasan seperti ini. "Gue mau cek keadaan Mama."
Rembulan hanya mengangguk pelan. Dirinya ingin hidup kembali seperti dulu. Saat Papa dan Mamanya begitu saling mencintai.
Jika saja Mamanya tak pernah selingkuh, mungkin hidupnya akan bahagia sampai saat ini.
Galen membuka perlahan pintu kamar. Wanita yang Galen sebut Mama tengah tertidur. Air mata yang belum mengering dari pipinya masih bisa Galen lihat dengan jelas.
Galen memang membenci perselingkuhan. Namun ia tak bisa membenci mamanya sendiri.
"Galen sayang Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Kita Cerita Tentang Luka
Teen FictionSebuah kisah yang rumit. Antara aku, kamu dan luka kita. ________________ Dipubliksaikan pada tanggal : 27 Februari 2021