Pintu diketuk. Sorai baru saja membuka matanya kala itu. Rasanya ia malas sekali untuk beranjak dari kasur. Apalagi jika harus melihat mamanya dan memikirkan hal yang membuat dia sangat kecewa. Namun Sorai sudah ada janji bertemu dengan Brian hari ini.
Dengan terpaksa, Sorai membuka pintu. Wajah datar ia tampilkan di depan mamanya.
"Sayang, mama udah siapin sarapan kesukaan kamu. Ada di meja makan. Ayo makan bareng sama Mama."
"Sorai gak laper, Ma. Nanti aja Sorai makan di luar bareng Brian. Dia sebentar lagi juga dateng."
"Mau kemana, sayang?"
"Gak semua hal harus Sorai kasih tahu ke Mama, kan? Toh Mama juga gak selalu jujur sama Sorai."
"Sorai ..., harus pakai cara apalagi supaya kamu bisa ngerti? Mama terpaksa bohong. Demi menjaga perasaan kamu. Mama juga gak mau kayak gini, Nak."
"Yah, lagi-lagi Sorai yang harus dituntut mengerti. Padahal Mama sendiri gak pernah mau ngerti sehancur apa perasaan Sorai saat ini, Ma."
"Oke, Mama salah. Mama harap kamu bisa maafin Mama. Tapi, kamu harus tahu. Gak ada sedikitpun niat Mama untuk buat kamu sakit atau sedih. Mama juga pernah hancur. Bahkan mungkin lebih hancur dari kamu sekarang. Banyak proses menyakitkan yang kamu gak tahu tentang hubungan Mama dan Papa kamu. Dan Mama rasa kamu juga gak perlu tahu itu. Karena apa? Itu hanya akan membuat semuanya tambah buruk. Kamu mungkin akan benci Papa kamu sendiri. Sementara Mama gak mau itu terjadi, Sorai."
Sorai terdiam cukup lama. Hatinya sedikit tersentuh dengan apa yang dikatakan oleh mamanya. Sorai mulai merasa bahwa mamanya hanyalah korban. Sama seperti dirinya saat ini. Hanya karena satu kesalahan, Sorai melupakan semua kasih sayang yang telah diberikan mamanya selama ini untuknya. Rasanya tidak adil jika dia terus marah seperti ini.
Alih-alih merespon. Sorai malah menghela napas panjang.
"Sorai mau mandi dulu. Mama sarapan duluan aja."
Sorai butuh tenang. Lebih dari itu, dia butuh Brian untuk berdiskusi dulu tentang perasaannya.
Pintu kamar kembali ditutup perlahan. Sorai meraih handphone di nakas. Mengetik sesuatu untuk dikirim pada Brian.
Sorai : Pagi Brian, aku tunggu kamu di rumah satu jam lagi, ya. Aku harap kamu gak lupa janji kita hari ini. Entah kamu mau ajak aku kemana. Tapi, tolong. Ajak aku ke tempat yang tenang. Gak berisik, tapi indah. Sekali lagi, Makasih udah mencintaiku dengan selayaknya, Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Kita Cerita Tentang Luka
Roman pour AdolescentsSebuah kisah yang rumit. Antara aku, kamu dan luka kita. ________________ Dipubliksaikan pada tanggal : 27 Februari 2021