Setelah sebulan resmi berpacaran, Sorai semakin tak bisa jauh dari Brian. Cowok itu selalu memperlakukannya seperti ratu. Tak membiarkan Sorai terluka sedikitpun. Dunia mereka terasa lebih hidup, lebih berwarna. Sorai kali ini benar-benar yakin bahwa pilihannya tidak salah.
Saat dirinya mengeluh tentang hal ini dan itu, Brian selalu bisa menenangkannya. Bahkan cowok itu juga selalu ingat setiap detail kata yang Sorai ucapkan. Tidak pernah berubah, Brian selalu saja istimewa.
Mentari juga tidak lagi mengeluh tentang Sorai yang sering bingung sendiri. Karena selalu ada Brian yang mengarahkan. Mentari mendukung hubungan Sorai dengan sosok yang sempat dia kagumi, tapi dia memilih untuk tidak terlalu dekat dengan Brian. Selain untuk menjaga perasaan sahabatnya, itu juga demi dirinya sendiri.
Sementara Galen, masih sering bertemu dengan Sorai, namun tidak ada yang terjadi. Mereka semakin asing meski sesekali saling bertatapan. Yang Sorai tahu, Agnes masih mengejar Galen dan cowok itu masih tidak peduli. Bukan hanya pada Agnes, Galen semakin bersikap dingin pada setiap gadis yang mendekatinya. Lebih parah dari sebelumnya.
Seperti kali ini, ada dua orang cewek yang memberinya sebuah kotak kado. Biasanya cowok itu akan menerima lalu memberikannya pada Jevan atau Banyu. Namun untuk sekarang, melirik saja enggan. Bahkan dengan tanpa rasa bersalah berlalu begitu saja meninggalkan rasa kecewa dibenak gadis tadi.
Jevan dan Banyu semakin kewalahan menghadapi Galen yang mood-nya lebih parah dari cewek PMS. Galen bahkan bisa tidak berbicara selama berjam-jam lamanya.
"Sorry, ya, Mita dan Tara. Kadonya lain kali aja."
Kedua gadis itu mengangguk dengan pasrah. Jevan dan Banyu segera menyusul Galen. Namun langkahnya terhenti begitu berpapasan dengan Sorai dan Mentari.
"Rai, bisa bicara sebentar?"
"Soal apa?"
"Lo apain Galen?"
"Apain gimana?"
"Gue perhatiin ada yang aneh dari kalian berdua. Kita butuh konfirmasi. Lo sama Galen pernah ada hubungan?"
Sorai menggeleng. "Emangnya kenapa?"
"Sikap Galen jadi aneh semenjak kalian berdua bersikap seolah gak saling kenal. Gue curiga pernah ada hubungan yang gak kita tahu," jelas Jevan mengutarakan rasa penasarannya.
"Kalian kan temennya Galen, harusnya kalian yang lebih ngerti dia kenapa. Tanya sendiri dong sama orangnya, masa tanya sama temen gue?" sela Mentari. Dia merasa bahwa Sorai tidak nyaman mendapat pertanyaan dari Banyu dan Jevan. Lagipula, Sorai memang sudah tidak ada urusan lagi dengan Galen.
"Ayo Sorai, kita pergi aja."
"Cantik-cantik, judes banget sih!" celetuk Jevan saat Mentari malah menarik tangan Sorai dan berlalu pergi.
Sialnya Mentari mendengar, membuat gadis itu kembali berbalik badan. Melirik tajam.
"Oh, gue emang cantik, makasih. Tapi soal judes, itu tergantung siapa lawan bicaranya. Gue rasa lo bukan siapa-siapa sehingga gue harus pasang muka malaikat!" timpal Mentari semakin tak ramah.
"Tar, udah. Lo kenapa jadi emosi, sih?" bisik Sorai menenangkan.
"Gak tahu, muka dia ngeselin banget tahu nggak!" ungkap Mentari sekenanya.
"Awas, yang awalnya ngeselin bisa bikin jatuh cinta loh." Sorai malah menggoda.
"Amit-amit, udahlah pergi aja."
Sorai tertawa. Sikap Mentari yang seperti ini yang Sorai sangat sukai. Rela pasang badan untuk menghadapi situasi seperti tadi. Mentari tahu bahwa Sorai tidak ingin terusik lagi oleh hal-hal yang menyangkut tentang Bintang Galendra. Cowok yang sempat sangat ia sukai. Rasanya sudah cukup. Ada seseorang yang harus ia jaga perasaannya. Jika Sorai kembali mencintai Galen, yang akan paling terluka adalah Brian bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Kita Cerita Tentang Luka
Ficção AdolescenteSebuah kisah yang rumit. Antara aku, kamu dan luka kita. ________________ Dipubliksaikan pada tanggal : 27 Februari 2021