Jangan lupa vote!!!!!
Happy Reading 🤍.
Bright side
Kejadian saat Bright mengatakan kepada Win bahwa dia sedang mengerjakan tugas.“Gue mau bikin surprise” ucap Bright memecahkan keheningan yang terjadi di rooftop, tempat Gun.S, Mike dan dirinya berkumpul.
Mike menoleh dengan tatapan tak percaya.
“Tumben” ucap Mike sembari memakan keripik yang tadi sempat dia beli di kantin.
“Pengen aja” sahutnya.
“Seorang Bright Vachirawit melakukan sesuatu tanpa alasan? Cih gak mungkin banget” Gun.S menimpali.
“Ya gue nembak gak pake apa apa, sekali sekali gak salah kan?” jawab Bright dengan ketusnya.
“Gak salah sih” ucap Mike dan Gun.S berbarengan. Mereka tidak peduli dengan Bright yang mungkin akan kesal.
Bagi mereka 'berteman itu harus ada salah satu yang dinistain' dan dalam pertemanan mereka Bright lah yang menjadi orang itu. Asik bukan menistakan orang paling pintar di sekolah?
“Emang lo nembak mau pake apa? Pistol? Samurai? Pisau?” mulai sudah ucapan absurd Mike.
“Pake Jantung? Hati? Pankreas? Paru-paru? Usus? Kantung empedu? Atau pake kawan kawannya? Gak sekalian aja lo sumbangin ke yang lebih membutuhkan?” ucap Gun.S menimpali yang kemudian tertawa bersama Mike. Menertawakan ucapan absurd yang tidak tau dari mana asalnya.
Tapi itu sama sekali tidak lucu bagi Bright. Karna menurutnya yang lucu hanya Win seorang!
“Nyesel gue” ucap Bright tiba-tiba.
“Nyesel?”
“Nyesel berteman sama lo berdua” sarkas Bright kemudian pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua yang terbengong-bengong. G canda!
***
Jam pulang sekolah.
Bright sebenarnya berbohong kepada Win.
Dia sebenarnya tidak ada pelajaran tambahan dia hanya ingin berdiskusi dengan teman-teman Win untuk surprise yang dia sendiri tidak tau akan bagaimana jadinya. Yang dia tau hanya 'gue pokoknya harus buat surprise' itu saja. Aneh memang.
Untuk soal matematika dia hanya perlu 5 menit untuk menjawab 10 soal yang sangat susah.
Tapi untuk urusan cinta, berhari-hari pun dia memikirkannya tetap saja tidak ada yang terlintas dipikirannya.
Back to topic.
Berbohong bukanlah kebiasaan Bright. Namun jika dia tidak berbohong bagaimana caranya melaksanakan surprise itu?
Setelah memastikan Win pulang dengan selamat. Bright menghubungi Pluem, Khaotung, dan JJ, menyuruh mereka datang ke kafe dekat sekolah.
“Ada apa?” tanya Khaotung to the point.
Ah tepatnya terlalu to the point. Bahkan mereka belum duduk didepan Bright.
“Ck” JJ berdecak kesal, ayolah dia ingin di traktir minum. Kesempatan seperti ini tidak boleh disia-siakan, karna Bright pasti akan mentraktirnya.
Bright yang pada dasarnya irit berbicara dengan orang lain ikut-ikutan to the point.
“Gue mau buat surprise, tapi bingung”
“Bentar bentar gue haus nih, gue pesen dulu ya? Nanti lo yang bayar oke?” ucap Pluem kemudian bangkit dari duduknya dan memesan minuman untuk mereka berempat.
Bright hanya memperhatikannya, dia tidak protes toh juga ini demi Win kan? Uang bukan masalah yang besar.
Sudah sejam mereka berada di kafe itu tapi mereka berempat seolah bisu tidak ada yang memulai pembicaraan sama sekali.
Mereka hanya menatap satu sama lain dan sesekali meminum minuman yang sudah tiga kali mereka pesan a.k.a kenyang hanya dengan minum.
Tidak ada yang bermain ponsel kecuali Bright karna tentu saja dia harus membalas pesan dari kelinci manisnya. Bucin.
“Jadi? Gak ada yang mau ngomong nih?” suara JJ mengintrupsi mereka.
“Udah minumnya?” tanya Bright tentu saja dengan nada dinginnya yang di balas anggukan oleh mereka bertiga.
Hening. LAGI.
Kan sudah dikatakan Bright itu bingung mau bikin surprise yang seperti apa. Mereka malah ikut ikutan diam.
“Emm....gue saranin yang simpel simpel aja” ucap Pluem.
“Iya tuh gue setuju”
“Ya tapi apa?” geram Bright. Tidak temannya, tidak teman Win semuanya absurd.
“Dinner? Simpel kan?” jawab Khaotung dengan entengnya.“Klasik” sahut Bright singkat.
“Yang penting asik!” seru JJ
“Emmm” Bright menimang-nimang. Iya juga, percuma yang antimenstrim tapi jatuhnya berantakan.
Sederhana yang penting Win suka.
“Lo bisa ngatur?” lanjutnya.
“Bisa selagi ada ehem nya”
“Mata lo duitt aja isinya” timpal JJ.
“Emang lo gak mau? Kalo lo gak mau biar gue bagi dua sama Pluem doang”
Pluem tersenyum senang, ternyata diamnya dia membuahkan hasil tanpa harus membuang tenaga untuk protes.
“Ya mau sih”
“Gue terima jadi pake uang kalian dulu. Kasi tau aja berapa ngabisin terserah mau dilebihin atau gimana” ucap Bright.
“Widihhhh enak nih kerjasama sama sultan” seru Pluem.
“Gue duluan”
Bright pergi begitu saja meninggalkan tiga orang yang menatap kepergiannya dari membayar minuman mereka hingga keluar dari pintu kafe.
Tentu saja mereka akan memastikan jika Bright yang membayarnya jika tidak maka menyesal adalah satu kata yang bisa mendeskripsikan mereka.
“Buset! Gak mau lagi gue ketemu Bright kalo gak ada Win”
.
.
.
.Tbc 🤍
Ini panjang atau pendek sih namanya?
#krisistopik
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [BrightWin] ✓
Teen Fiction[BrightWin] [End] Season 2 dari cerita Iridescent ✨ Percaya dengan takdir memang bukan masalah, namun melawan dan bermain dengan takdir mungkin bisa membawa masalah. Cerita tentang laki-laki yang mendapatkan semestanya namun harus berpisah hanya ka...