Hola semua!!!!
Maunya kemarin up tapi karna ada notif nanon lagi live jadinya lupa 😭
Btw thanks for 3,5k readers Iridescent and 500 readers Hiraeth.
Thank u so much🤍🤍🤍🤍
Ah ya, selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Lancar" ya puasanya 😚
Jangan lupa vote! Happy reading 🤍
***
Setelah pengakuan yang tidak langsung keluar dari mulut Bright sendiri, mereka jadi lebih jarang bertemu, salahkan Bright yang jujur h-2 minggu berangkat jadi kebayangkan sibuknya Bright sekarang.
Win sadar dengan keadaan ini, mereka jadi jarang pulang bersama, berangkat bersama, bahkan jarang bersama. Bahkan jika bertemu disekolah, Win enggan dan takut menganggu waktu Bright yang ketara sekali sibuknya.
Tentu saja Win kesal, kecewa, lebih tepatnya tidak rela melepas Bright, tapi untuk masa depan orang yang disayang tidak boleh dihadang kan?
Suasana kantin sekarang sedang ramai-ramainya, Win yang sedang duduk sendiri dipojok kantin dengan pikiran yang sudah menjalar kemana-mana terkejut karna kedatangan dua orang yang tidak asing menepuk pundaknya dengan tiba-tiba
"Hei" Mike menyapa dengan riang
"Eh Mike, Gun kenapa?" sahut Win sopan "Tumben keliatan , gue kira udah ilang kaya bos kalian" apa ini disebut menyindir?
Mike dan Gun.s hanya tertawa garing, mereka tau semuanya, dan sadar juga dengan semua yang terjadi..
"Kalian tau semuanya ya? kenapa gak ada yang ngasih tau gue semua dari awal? gue ngerasa kaya bukan siapa-siapa kalo kaya gini" karna pikiran anehnya tadi dengan tiba-tiba Win bertanya seperti itu dengan nada yang sedikit bergetar keluar dari Win. Mike dan Gun.s terkejut apakah Win akan menangis?
"Tapi Bright udah ngasi tau lo semua kan Win? " tanya Mike memastikan lagi
Win mengangguk " Tapi kenapa baru sekarang? apa se-enggak pentingnya gue buat dia?" hancur sudah pertahanannya, Win menangiss.
"Win, jangan nangis dong gue takut disangka ngapa-ngapain lo. Maafin kita ya, kita tau, tapi Bright gak ngebolehin kita ngasi tau lo, jadi kita serba salah. Gue kasian sama lo, greget mau ngasi tau lo semuanya, tapi Bright maksa banget biar gak ngasi tau lo" kata Gun.s
Tidak tahan dengan keadaan ini Win beranjak dari tempat duduknya tanpa kata-kata menyisakan Mike dan Gun.s yang masih diam ditempat..
"Apa gue salah ngomong?"
***
Hari ini hari keberangkatan Bright, sudah 2 minggu terakhir ternyata meraka jarang berkomunikasi. Win yang dari awal ikut senang karna Bright dapat meraih cita-citanya, namun sekarang ia tetap kesal, sedih, kecewa, entah perasaannya atau kenyataannya Bright selalu menggunakan alasan sibuk untuk menghindar.
Hari sudah sore dan Win belum juga beranjak dari tempat tidurnya, memikirkan ia harus berpisah dan terbiasa menjalani semuanya tanpa Bright membuatnya ragu, niat awal ia tidak akan ikut mengantar Bright. Takut kepikiran katanya tapi kenyataan berkata lain Mike menelfon Win.
"Halo"
"Win lo gak mau ikut nganter Bright? semua udah dibandara 1 jam lagi udah take off" Kata Mike disebrang sana
"Gue takut"
"Apa yang lo takutin? Lo gak mau ngeliat Bright untuk terakhir kalinya? gak mau meluk dia? Apa masalah lo Win? Bright udah punya niatan batal berangkat gara-gara enggak liat lo disini. Apa lo mau bikin dia kehilangan kesempatan Win? " tidak semua itu tidak bohong. Mike mengatakan yang sebenarnya.
Bright memang ingin membatalkan perjalanannya jika dia tidak melihat Win. Menurut Bright itu artinya Win tidak ingin dirinya pergi. Maka Bright tidak akan pergi!
"Ada benernya juga, egois banget si lo Win" batin Win
" Pliss tunggu gue, gue kesana sekarangg"
Setelah mengatakan itu Win mematikan sambungan telfonnya dan bergegas untuk kebandara.●Bandara
Mungkin bandara menjadi tempat yang menyenangkan bagi beberapa orang karna mereka bisa pergi ke tempat yang mereka cita-citakan.
Tapi bagi beberapa orang bandara menjadi tempat paling menyedihkan karna harus berpisah dengan orang orang terdekat kita tanpa bisa menghalanginya.
Win Metawin. Pria manis itu sudah datang dan meminta maaf pada Bright sedalam-dalamnya karna keegoisannya. Sekarang Win masih menggenggam erat ujung baju yang Bright pakai bak anak kecil yang takut kehilangan orangtuanya.
Bahkan saat Bright berpelukan dengan mama dan teman-temannya Win masih setia memegang baju Bright.
Fyi papa Bright sudah di Belanda karna ia harus mengurus keperluan Bright disana nanti.
Hingga saatnya Bright harus berpamitan pada Win untuk sementara.
Bright mengajak Win ke tempat yang cukup sepi agar Win merasa nyaman.
"Maafin gue ya, hmm 2 minggu terakhir jadi jarang ngabarin lo ya, tapi semoga lo ngerti Win" kata Bright sendu
Win mengangguk, tidak bisa disembunyikan lagi mata Win sudah berkaca-kaca
"Maafin gue egois" kata Win dengan kepala yang ditundukan dan suara yang kecil, membuat Bright terkekeh.
"Gue berangkat ya?" Win mengangguk dan langsung memeluk Bright.
"Jaga mata, jaga hati. Lo ganteng soalnya" pesannya dengan nada mengancam namun terkesan menggemaskan di mata Bright.
"Lo juga. Ya walaupun gak bakal ada yang lebih ganteng dari gue sih" candanya.
"idih pede banget lo"
Bright tersenyum. Entah apa yang difikirkan pria itu sekarang, yang jelas Bright mendekat kearah Win dan mencium bibir ranum itu.
Seolah tidak peduli dengan keadaan disekitarnya Bright memiringkan kepalanya dan menarik tengkuk Win guna memperdalam ciuman mereka.
Win tentu saja tidak tinggal diam. Dia membalas ciuman Bright yang pastinya akan ia rindukan dalam kurun waktu 3 bulan kedepan.
Hanya 2 sampai 3 orang yang melihat mereka yang tentu saja tidak mereka hiraukan sama sekali.
Cukup lama mereka berciuman sampai Bright merasa nafas Win sudah tersengal-sengal dengan berat hati dia melepas ciumannya.
"Jangan galauin gue mulu. Gue gak kemana mana, kalok mau curhat telpon aja jangan chat oke?" ucap Bright.
"Emm"
"Senyum terus inget!! Gue punya banyak mata-mata"
Mereka berpelukan lagi.
Bright mengecup kening dan bibir Win sekali lagi yang di balas kecupan pipi oleh Win.
.
.
.
.
.Tbc 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [BrightWin] ✓
Teen Fiction[BrightWin] [End] Season 2 dari cerita Iridescent ✨ Percaya dengan takdir memang bukan masalah, namun melawan dan bermain dengan takdir mungkin bisa membawa masalah. Cerita tentang laki-laki yang mendapatkan semestanya namun harus berpisah hanya ka...