9

793 95 32
                                    

Warning typo










Hari yang dinanti, apa yang mereka
inginkan segera terwujud. Persiapan pernikahan tinggal sedikit lagi. Tidak ada acara pertunangan karena perth sudah tidak ingin membuang-buang waktu lebih lama untuk meresmikan hubungannya dengan saint sebagai pasangan yang sah di mata hukum.

Saat dimana keduanya mengutarakan perasaan mereka, perth saat itu juga menarik saint keluar kamar dan kembali ke mengetuk pintu kamar kedua orang tua saint. Beruntunglah pasangan suami istri itu belum terlelap.

"Maaf mengganggu mae dan pho..". Ucap perth dengan sungkan. Perth memang sudah terbiasa memanggil orang tua saint dengan sebutan mae dan pho berbeda dengan saint yang tidak percaya diri untuk memanggil kedua orang tua perth dengan sebutan yang serupa.

Perth dan saint mengikuti langkah tuan suppa masuk kedalam kamar dan mereka saling menggenggam tangan. Nyonya suppa yang sadar menatap kedua anak muda itu bergantian sambil menahan senyum.

"Perth sebaiknya hentikan, ayo kembali keluar..". Bisikan saint tepat di telinga Perth.

Perth menatap saint sekilas, lalu berdehem dan menatap kedua orang tua saint bergantian. Saint terlihat resah, ia beberapa kali bertingkah tidak bisa diam sambil memaksa melepaskan tangannya dari genggaman Perth.

"mae.. Pho..". Perth memasang wajah serius dan saint akhirnya berhenti bergerak. "aku dan saint ingin menikah secepatnya..". Mata saint membola menatap Perth dengan mulut yang setengah terbuka.

"bu..bukan mae.. Bukan aku ..". Ujar saint dengan cepat sambil mengayunkan kedua telapak tangannya.

Nyonya suppa dan suaminya mengulum senyum tidak langsung memberikan jawaban.

"bukan kau..?". Tanya ibunya dengan menggoda. " jadi.. Kau terpaksa..?? Perth memaksa mu..?? Jika begitu.. Mae tidak akan menikahkan mu dengan Perth.. Mae akan buat Perth menjauh dari mu..". Saint memicingkan matanya tak percaya.

"MAE..!!". Serunya spontan dan membuat yang ada di ruangan itu terkejut.

"Oooii...!! Tak perlu berteriak..". Ujar nyonya suppa dan saint bersikap salah tingkah, sadar akan apa yang di lakukan ia pun menyembunyikan rasa malunya dengan menggembungkan pipi. " katakan keinginan mu..??". Saint melirik Perth lalu menatap kedua orang tuanya.

"aku akan menikah dengan Perth tanpa paksaan..". Ucap saint dengan datar.

"Tidak meyakinkan..". Kini suara tuan suppa yang menginterupsi.

Saint melongo menatap kedua orang tuanya bergantian lalu berpaling pada Perth yang hanya tersenyum tipis.

"Perth tidak memaksa ku.. Euh.. Perth berinisiatif untuk menikah lebih cepat aku hanya menyetujuinya.. Ya begitu..". Saint menggaruk kepalanya.

"saint..". Seru Perth dengan suara manja.

"Ya baiklah..!!". Tidak ada lagi yang bisa di lakukan untuk menutupi gengsi. "Perth mengatakan mencintaiku.. Dan aku juga mencintainya.. Meski aku ragu dengannya tapi Perth mengajak ku menikah, rasa ragu ku hilang dan aku setuju menikah dengan perth tanpa paksaan..". Tutur saint tanpa jeda. Mereka yang melihat tingkah saint hampir tertawa. Saint itu sangat sulit dan rencana ibunya berhasil, akhirnya saint mengakuinya.

"Apa tidak terlalu tergesa-gesa..?". Tanya tuan suppa sambil menyipitkan matanya.

"maafkan aku pho.. Tapi sepertinya lebih cepat lebih baik agar tidak ada kesalah pahaman lagi diantara kami..". Seru perth

muffin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang