['TWENTY SEVEN']

13.2K 1.5K 191
                                    

HAPPY READING!!
:
:

Dibalik cantiknya mawar, terdapat duri yang siap melukai siapa saja dan terdapat proses yang lama juga sehinggadia bisa menumbuhkan dirinya dengan baik. Artikan segala kejadian tentang cerita dunia dengan baik jika tak ingin jatuh dalam permainan serta tak ingin menjadi bahan candaannya.
*U untuk kematian*

:
:
:

Awan mendung membawa kegelapan di pagi hari ini, menutupi sinar matahari yang hendak menjalankan tugasnya. Bukan hanya menebarkan kegelapan pada pagi dini hari, namun langit yang entah kenapa sekarang juga ikut bersedih dan menjatuhkan beribu bahkan berjuta air membasahi bumi.

Tak seperti pada hari-hari biasanya, kali ini Umbriel pergi ke sekolah diantara oleh Farzan dengan mobil BMW F30 nya.

Hening. Tidak ada suara yang terdengar didalam mobil tersebut.

Farzan yang memang terkenal jutek dan hanya diam saja  sedangkan Umbriel yang menatap keluar jendela dengan wajah datarnya.

Kedekatan kedua orang itu yang terjadi sudah sejak lama sekarang seakan sirna entah kemana.

Apa yang terjadi?

Farzan yang tidak tahan dengan keheningan itu pun segera menolehkan kepalanya, menatap Umbriel yang masih asik menatap keluar jendela.

"Dekat tapi rasanya jauh," kata yang membuat Umbriel mengalihkan tatapannya. "Lucu banget yah, kita diam kek orang baru ketemu aja."

"Gue gak ngerasa tuh kek gitu," balas Umbriel dengan begitu santai.

Farzan yang mendengar pun langsung terkekeh pelan namun terdengar sinis di telinga Umbriel.

"Iya, seseorang yang baru akan selalu bisa menggantikan posisi orang lama. Tidak mengenal berapa lama mereka pernah dekat." Kata-kata itu berhasil menyentuh hati Umbriel.

Perempuan dengan hati bak iblis itu tersenyum lembut dan memegang bahu Farzan. "Sepertinya gue emang sudah jauh sampe seorang Farzan mengatakan hal seperti ini."

"Emang. Tuh cowo serasa ngambil semuanya dari gue. Gak cukup apa yang dulu?!" Ujar Farzan menyinggung sesuatu yang pernah terjadi dulu.

Umbriel terkekeh pelan kemudian memukul pelan bahu Farzan. "Hentiin mobilnya," titahnya dengan begitu santai membuat Farzan mengerutkan kedua alisnya bingung. "Heh? Entar lo terlambat ke sekolah anjir."

"Bodo amat. Cepat!!"

Tak ingin berdebat dengan permpuan di sebelahnya, akhirnya Farzan menghentikan mobilnya tepat didepan sebuah toko kecil.

"Hm, kenapa?" 

happ

Mata Farzan seketika membulat saat dengan tiba-tibanya Umbriel memeluk tubuhnya.

"U-umbi?" Lirih Farzan yang tak mengerti dengan yang dilakukan perempuan itu sekarang dan merasakan sebuah kehangatan lama yang sudahtak dia rasakan untuk waktu yang cukup lama.

"Ssstt, gue tau lo rindu sama gue." Ucap Umbriel sambil tersenyum ditengah-tengah pelukan mereka, membuat Farzan tak bisa melakukan apapun dan hanya bisa membalas pelukan tersebut.

"Gue rindu, yang lain juga rindu. Lo beneran bakalan ninggalin kita dan gak main lagi?"

Umbriel menutup matanya sejenak. "Gak lah. Ngaco lo,"

Setelah mengatakan hal tersebut, Umbriel langsung melepaskan pelukannya. "Hmm gue keknya harus buat acara ngumpul-ngumpul nih biar pada gak salah paham. Iya kan? Kasian kalian, padahal gue hanya jalanin misi aja."

PRITI : StrategiespielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang