FORTY EIGHT

11.8K 1.3K 660
                                    

HAPPY READING!!!
🔥🔥🔥

Malam gelap melingkupi di sekitar perumahan Mawar yang mana jalanan gelap diterangi oleh lampu jalan dan tidak ada orang yang berdiri disitu terkecuali dua remaja dengan masing-masing berada diatas motor masing-masing.

Netra baby blue yang begitu tajam bertemu dengan netra cokelat yang terlihat begitu lembut. Pertemuan ini akan menjadi sebuah bencana besar jika diketahui oleh orang lain dan tentu saja ini semua hanya akan menjadi pertemuan singkat tanpa sesuatu yang spesial sedikitpun. Antara benar atau tidaknya.

Perempuan dengan celana jeans hitam serta jaket kulit yang menutupi tanktopnya dengan berani turun dari motornya kemudian berjalan mendekat dan berhenti tepat didepan motor lelaki yang masih  tetap terlihat santai dengan helm yang sudah dia lepaskan sedari tadi.

"Umbrielina, malam yang indah sampai mengharuskan kita unt-" ucapan itu seketika terhenti saat sebuah pisau mengarah tepat dihadapan lelaki itu.

Umbriel, perempuan dengan wajah yang datarnya itu seakan tidak ingin mendengar apapun yang diucapkan oleh lelaki dihadapannya itu. Semua sudah terlalu jelas, bukan? Apa yang akan terjadi malam ini hanya akan ditentukan jika lelaki itu mampu menjawab dengan baik apa yang Umbriel tanyakan.

"Turun," titah Umbriel.

Lelaki itu turun, tidak terlihat ketakutan dimatanya saat melihat pisau Umbriel. Dia malah berjalan mendekati Umbriel dan membiarkan pisau itu menyentuh tepat didadanya.

"Gue yakin bukan darah yang lo inginkan malam ini," ujar lelaki itu lalu menyentuh ujung pisau yang mengarah padanya dengan jari telunjuknya. "Pisau ini terlalu cantik untuk darah gue, Umbriel."

Umbriel yang mendengar hal tersebut langsung memutar kedua bola matanya malas dan semakin menekan pisau itu sampai darah segar keluar dari jari telunjuk sang lelaki.

"Sedikit untuk pembukaan," balas Umbriel lalu menjauhkan pisaunya.

"Alby," panggilan nama yang keluar dari bibir Umbriel terdengar begitu tajam dan penuh penekanan. "Gue sudah kirim semua yang kalian minta lalu kenapa tidak ada pergerakan sama sekali?" lanjutnya bertanya.

Lelaki yang merupakan Alby itu lalu menganggukan kepalanya, "sudah kita buat semua rencananya. Tapi-" Alby mengantung ucapannya kemduian menatap mata Umbriel dengan begitu intens. "Lo yakin itu aslinya?"

"Of course,"  wajah Umbriel nampak tak senang mendengar pertanyaan Alby yang menurutnya tak begitu baik. "Buat apa gue ngasih sesuatu yang gak berguna buat kalian, heh?!"

"Ini akan jadi masalah besar, Umbriel." Ujar Alby tanpa ekspresi membuat Umbriel mengerutkan kedua alisnya. "Jangan sampe ada sesuatu yang buat gue mandi dengan darah kalian, Demonfier."

Alby yang masih dengan wajah datarnya menghembuskan nafasnya kasar kemudian maju beberapa langka dan memeluk tubuh Umbriel. "Tapi lo yang memulai nya. Ariel gak akan pernah menahan dirinya untuk sesuatu yang seperti itu. You know that,"

Setelah mengatakan hal tersebut Alby lagsung berbalik dan naik ke motornya kemudian melaju tanpa menatap Umbriel sedikitpun.

Umbriel yang memiliki otak melebihi kembarannya itu sontak menatap kepergiannya dengan begitu tajam. "Gue gak akan lurusin masalah ini. Cari kebenarannya sendiri," gumamnya lalu berjalan menaiki motornya dan memutar motornya berbalik arah pergi kesuatu tempat dimana sang pengkhianat Demonfier berada.

***

"SYAGAMA!! KELUAR LO!!" Umbriel yang baru saja sampai di mansion besar milik salah satu kerabatnya langsung berteriak kuat sampai membuat para pelayan serta pemilik mansion terebut terkejut bukan main.

PRITI : StrategiespielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang