FORTY TWO

11.2K 1.4K 252
                                    

HAPPY READING!!
❓🌚❓

Seperti pada hari biasanya, Umbriel melangkah dengan wajah yang datar masuk ke halaman sekolahnya yang begitu luas.

Senyuman penuh semangat yang selalu terukir indah diwajahnya kini sudah sedikit memudar setelah kematian empat sahabatnya yang juga memiliki peran penting dalam hidupnya.

Tidak ada para penghuni sekolah yang berani bercanda dengannya seperti dulu, karena sekarang jangankan bercanda. Sapa saja hanya dibalas dengan lirikan sekilas, bahkan lirikan itu pun terlihat begitu tajam.

Umbriel sang perempuan menyenangkan itu telah pergi. Sifatnya yang awalnya sangat menyenangkan seketika lenyap dengan perginya keempat sahabatnya.

Tapi, yang mereka syukuri adalah sifat untuk membantu dan setia pada teman sekelasnya masih tetap ada dan terjaga.

Dan pada pagi ini yang hanya ditemani oleh cuaca berawan, Umbriel berjalan di koridor kelas Bahasa, hendak kekelasnya karena baru selesai bertemu seseorang.

Saat pada perjalanannya yang baru saja mau naik ke tangga untuk kekelasnya, langkah kakinya terhenti ketika melihat terdapat tujuh orang lelaki yang berdiri seakan memang tengah menunggu dirinya.

Tatapan mereka semua terarah padanya dengan begitu tajam, lembut, serta penuh tanda tanya dan tentu saja hanya dibalas dengan tatapan datar tanpa minat dari seorang Umbriel.

Tak peduli dengan kehadiran mereka, Umbriel tetap melanjutkan langkahnya. Sampai dengan tiba-tiba ada sebuah tangan besar yang dengan lancangnya menahan lengannya dan membuatnya terpaksa kembali menatap kearah para lelaki itu.

"Butuh duit?" Tanya Umbriel langsung tanpa banyak bicara.

Tak mengerti dengan apa yang Umbriel bicarakan, semua Inti Demonfier mengerutkan dahi mereka terkecuali sang ketua. Dia malah memindahkan tangannya yang awalnya memegang lengan Umbriel menjadi menggenggam dengan sentuhan yang begitu lembut pada tangan perempuan itu.

Umbriel yang diperlakukan seperti itu langsung menatap kebawah, sebelah alisnya terangkat dengan tangan yang sudah mengepal kuat.

"Lepas!!" Serunya namun tak didengarkan oleh sang Ketua Demonfier.

"Gue butuh duit itu," ujar Ariel yang membuat semua teman-temannya menjadi sangat-sangat bingung.

Bahkan Rico sekarang sudah menarik tangan Syam agar berdekatan dengannya kemudian berbisik pelan ditelinga lelaki itu. "Pak bos udah sekaya itu, kenapa harus minta duit sama Umbriel?"

Syam mengedikkan bahunya dengan ekspresi wajah yang sama seperti mereka semua, tak mengerti.

"Mana gue tau, gue aja bingung. Mereka bicaranya pake kode anjir. Gak liat tuh si Alby aja keknya paham noh, diam-diam bae dia dari tadi." Balas Syam berbisik.

"Gue udah bodoh berasa tambah bodoh kalo liat mereka bicara. Tau dah yang pada pintar, bicara aja pake kode, anak-anak setan dasar." Lirih Rico.

Memang benar bukan? Siapa yang akan mengerti dengan pembicaraan kedua orang didepan sana. Yang ada orang akan berpikir jika Ariel memerlukan uang dan memintanya pada Umbriel, tapi ternyata dalam pertanyaan yang ditanyakan Umbriel serta balasan dari Ariel adalah sebuah kalimat penuh makna yang hanya akan dipahami oleh mereka-mereka saja.

"Entar gue kirimin." Umbriel yang tidak mau berlama-lama dengan para lelaki itu pun langsung menghempaskan kuat tangan Ariel dan berjalan meninggalkan mereka semua.

Alby yang melihat kepergian Umbriel langsung menatap wajah Ariel dengan penuh makna. "Jadi? Kita tunggu duit dari dia atau harus dicari lagi?"

"Kita bakalan tunggu duit dari dia." Jawab Ariel. "Al, ikut gue. Kalian tunggu kita berdua dikelas."

PRITI : StrategiespielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang