FORTY FIVE

11.2K 1.3K 709
                                    

Clue buat part kali ini : lihatlah part 3

HAPPY READING!!
333

"Bi, liat Umbi?" Para pelayan yang tengah membersihkan mansion besar milik keluarga Enceladus langsung menoleh ke Nyonya besar dirumah itu dan dengan serempak mereka semua mengangguk bersama.

"Nona sedari tadi dikamar Den Atta, Bu." Jawab salah satu dari mereka sebagai perwakilan.

Mendengar jawaban tersebut, sontak Arzia -Bunda Umbriel langsung menepuk dahinya seraya menghambuskan nafasnya kasar. "Diatas?" Tanyanya dan sekali lagi mendapat balasan anggukan kepala dari para pelayannya.

Sungguh ini merupakan sebuah cobaan untuknya, pasalnya dia baru saja dari kamar perempuan itu, mencarinya kemana-mana dan setelah turun kelantai bawah dia malah mendapat jawaban jika putrinya itu berada dikamar kembarannya. Melelahkan jika harus kembali keatas bukan?

Karena urusannya dengan sang Putri yang tak bisa dia batalkan, akhirnya Arzia berjalan kearah lift yang memang berada dirumah tersebut.

Tidak membutuhkan waktu lama untuknya sampai dengan sesegera mungkin, kakinya yang mulus dan jenjang itu pun langsung melangkah menuju ke kamar sang Putra sulungnya.

Ceklek

"Hmm, nanti setelah semua baru gue balik dah." Setengah pembicaraan yang didengar oleh Arzia saat pintu kamar Atta terbuka. Dia sudah tidak kaget lagi dengan pembicaraan yang seperti itu karena yah dia tahu jika kedua anaknya itu memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh anak lain. Entah itu tentang otak, kemampuan bela diri, maupun lainnya.

Dan sekarang, disana Umbriel tengah duduk seraya bercerita dengan salah satu sepupunya menggunakan komputer milik Atta membuat Bunda nya yang sudah berada disebelahnya mengerutkan kedua alisnya. 

"Kok pake komputer Atta? Punya mu mana?" Tanya Arzia.

Umbriel mendongak menatap wajah Bundanya, "rusak. Gak tau kenapa!! Tapi tenang aja, tadi udah pesan yang baru. Besok baru di antar," jawabnya.

Saat Arzia membuka mulutnya hendak berucap lagi, seorang lelaki yang berada di layar komputer itu melambaikan tangannya. "Bunda!!" Sapanya

"Agam? Halo sayang!! Kamu kok jarang main kesini? Kenapa? Udah gak mau ketemu sama Bunda lagi?!"

Agam, lelaki itu terkekeh pelan mendengar ucapan sang Bunda. "Belum bisa sekarang, Bundahara ku sayang. Ini Mama lagi sakit jadi Agam masih harus ngurus adek dulu," 

"EH? Mama kamu sakit?" Mata Arzia membelalak kaget. "Astaga Bunda gak tau sama sekali!! Yaudah kalau gitu kirim salam sama Mama yah semoga cepat sembuh. Nanti besok Bunda sama Umbi kesana dah sekalian biar Umbi bantu jagain si adek sebelum nikah beneran kan,"

Memutar kedua bola matanya malas, Umbriel lalu memukul pelan bahu Bundanya. "Masih lama!!" Tekannya yang dihadiahi tawa mengejek dari sang Bunda.

"Udah tunangan, jadi gak lama lagi. Iya gak, Gam?"

"Iya-iya. Entar Agam yang jadi pembawa acaranya deh kalo dia nikah,"

Sahutan yang berhasil membuat seorang Umbriel malas. Tanpa takut dengan adanya snag Bunda, dialangsung mengangkat jari tengahnya, menunjukkannya kepada Agam. "Fuck you," maki Umbriel.

Agam tertawa kuat, "lagian kalo sama Farzan mau. Iya gak, Um?"

"Wweh asu, bangsat beneran lo, Gam!!" Malas karena terus diejek, akhirnya Umbriel memutuskan panggilan tersebut secara sepihak dengan wajah yang begitu kesal.

"Hahaha, kok dimatiin sih? Kan Bunda masih mau bicara sama dia," kata Arzia. "Gak usah. Tititsan dajjal dia, gak baik kalo dengerin ucapan-Nya, entar masuk neraka kita." Jawab Umbriel masih dengan kekesalannya yang membuat sang Bunda mau tak mau kembali tertawa.

PRITI : StrategiespielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang