PART 18

10.5K 353 16
                                    

Halo. Aku balik huehehe.

Maaf kalo lama. Kalo gaje. Kalo banyak typo.
Sudah tida punya tenaga dan waktu untuk menulis :') sibuk dengan kuliaah.. argghhh kezel sibuk terus:')
Yaudah ga mau banyak cincong. Kena timpuk entar.. wkwkw
Mohon vote dan komennya dong gaes :") jujur itu bener2 naikin semangat aku:")

Gomawo yang udh repot2 ngevote ngomen masukin ke reading listnya juga :* jeongmal gomawooo:*

Love hug and kisses

-dea

"Jadi apa mau mu sekarang Lucky?" Resia menghapus jejak-jejak air matanya dengan anggun.

"Kita kembali." Cukup singkat dan padat untuk membuat Resia terkejut. Karna kini wajah Resia berubah menjadi lebih kaku.

"Sudahlah. Tidak ada gunanya. Semuanya sudah berlalu, dan terimakasih sudah mau repot-repot menjelaskannya kepadaku. Tapi tetap, nasi sudah menjadi bubur kau tidak akan bisa meeubahnya menjadi nasi kembali." Resia menatap kedua mata lucky dengan tajam. Lucky tidak takut, dia hanya merasa lelah.

"Memang. Kita tidak akan bisa merubah bubur menjadi nasi kembali, tapi kita bisa menambahkan ayam, merica, dan kerupuk agar menjadi lebih nikmat kan?" Lucky tertawa kecil, wajahnya yang sudah tidak muda lagi menampilkan kerutan-kerutan yang membuatnya terlihat semakin tua. Tapi ketampanannya tidak juga dapat tertutupi oleh kerutan itu.

"Apa maksudmu sebenarnya?" Resia memicingkan matanya berusaha mencari-cari apa maksud terselubung dari otak mantan suaminya itu. Tapi nihil yang dia lihat hanyalah penyesalan dan rasa lelah.

"Aku memang sudah tidak bisa lagi merubah masa lalu resia, tapi aku ingin mengubah masa depan yang lebih baik lagi" Lucky terbatuk sedikit, Resia tampak sedikit khawatir.

"Kau begini bukan tanda kau akan mati kan?" Resia berkata dengan nada sinis. Tapi hanya dibalas dengan senyum pengertian dari Lucky, melihat hal itu Resia melengah bosan.

"Aku ingin bertemu dengan anak-anak." Lucky berkata pelan dan menatap resia langsung.

"Mereka sudah dewasa . Aku tidak bisa memaksa mereka untuk menemui mu. Kalau kau mau silahkan saja aku tidak akan melarang." Resia berucap dengan santai. Tapi mau tak mau hatinya bergemuruh juga, mengingat betapa bencinya anak tengahnya dengan ayahnya karna telah meninggalkannya.

"Bagaimana keadaan Laura ?" Lucky terlihat menerawang membayangkan putri kecilnya yang paling ia sayang. Bukan berarti dia tidak sayang dengan mManda dan Kania. Hanya saja Laura begitu dekat dengannya, begitu terbuka begitu lucu. Tanpa sadar lucky tertawa kecil . Resia hanya bisa menatap heran mantan suaminya itu.

"Kenapa kamu tertawa ?" Tanpa dapat menutupi rasa curiganya Resia angkat bicara

"Aku sangat rindu ketiga putri kecilku Resia. Aku merasa bersalah telah tidak ada saat mereka membutuhkan ku." Lucky menatap Resia sedih dia sudah sangat lelah dengan semua perasaan bersalah dan rindu ini.

"Kamu memang pantas merasa bersalah dan... dan.. kamu itu bodoh Lucky!!" Resia kembali mengeluarkan airmatanya. Tapi langsung dihapusnya dengan kasar. Dia pun heran kenapa bisa menjadi secengeng ini. Dihadapan Lucky pula.

"Aku ingin bertemu dengan mereka " Lucky berkata dengan mantap semua tekadnya sudah bulat. Kalaupun dia akan mendapatkan tatapan sinis dan sebagainya dia akan terima karna dia memang pantas mendapatkannya.

*************

"Ehm" Laura berdeham kecil untuk menetralkan suasana yang agak canggung dalam mobil ini.

Suasana kembali hening . Hanya suara merdu dari Ed Sheraan yang menggema di dalam mobil ini.

"Kenapa kamu tiba-tiba bawa aku kesitu ?" Laura akhirnya memberanikan dirinya untuk bertanya. Sebenarnya Reivan sendiri pun tidak tau kenapa ia membawa Laura kesitu. Padahal pantai itu merupakan tempat pelariannya . Tempat pribadinya. Laura merupakan orang yang pertama yang Reivan bawa kesana.

"Hanya mengkuti insting aku saja" Reivan menjawab dengan singkat padat dan cukup membingungkan bagi Laura.

"Oh begitu." Karna clueless Laura hanya bisa memjawab sekedarnya. Ia tidak tau harus menjawab apa lagi.

If you're not the one then why does my soul feel glad today?

If you're not the one then why does my hand fit yours this way?

If you are not mine then why does your heart return my call

If you are not mine would I have the strength to stand at all

I'll never know what the future brings
But I know you're here with me now

We'll make it through

And I hope you are the one I share my life with

Suara merdu Daniel Bedingfield mengalun lembut didalam mobil Reivan.

Laura mengikuti lagu tersebut lambat-lambat berusaha untuk tidak terlalu kentara terdengar. Namun usahanya sia-sia karna hanya ada suara Daniel yang ada didalam mobil itu maka Reivan dapat mendengar dengan jelas suara siapa satu lagi yang mengalun dengan lembutnya.

"Suka lagu ini ?" Reivan bertanya dengan nada datar membuat Laura tersentak dari irama musik yang ia ciptakan. Dan langsung menoleh kearah reivan yang masih dengan santai memegang stir mobil.

"Yap. Lagi ini sudah lama menjadi salah satu penghuni tetap lagu terfavorite ku, selain karna suara Daniel Bedingfield yang merdu , liriknya yang romantis , simpe tapi mengandung makna yang tinggi membuatku tertarik untuk mendengar lagu ini lagi dan lagi" Laura menjelaskan sabmil matanya menerawang keluar. Tanpa Laura sadari ia telah berbicara panjang lebar .

"Aku baru tau kalau kamu itu ternyata bisa sebawel ini ya" Reivan tersenyum geli. Cukup kaget juga dia mendengarkan Laura yang bercerita panjang lebar mengenai lagu favoritenya. Ia tidak menyangka Laura akan seantusias itu menceritakannya. Mengingat betapa judes jutek dan kasarnya Laura dulu kepadanya.

"Bawel dan mellow. Wow, kejutan apa lagi yang akan kamu kasih ke aku Ra?" Reivan memandang Laura dengan pandangan yang tidak bisa dimengerti oleh Laura.

Laura hanya bisa diam tidak bisa atau lebih tepatnya tidak tau mau menjawab apa lagi. Ia sedang berusaha keras menybunyikan wajahnya yang memerah karna malu.

Mobil Hammer putih itu melaju dengan lancar membelah padatnya atus lalu lintas yang ada diibukota.

Akhirnya Reivan memarkirkan mobilnya di carport rumah Resia.

"Laura kita sudah sampai ayo turun" Reivan membuka pintunya. Merasa tidak mendapatkan sautan dari yang dipanggil Reivan menolehkan wajahnya kearah Laura.

Reivan terpaku mendapati wajah polos Laura yang sedang tertidur. Jujur ini pertama kalinya Reivan melihat Laura yang tertidur. Wajahnya terlihat damai yang entah mengapa membawa kedamaian tersendiri didalam hati Reivan.

"Laura.. hei bangun" Reivan berusaha mengguncang-guncangkan bahu Laura pelan , berusaha untuk membangunkan gadis itu. Tapi nihil. Usahanya sia-sia. Laura tetap saja tertidur dengan pulasnya.

"Fiuh. Sepertinya aku harus menggendongmu ratu bawel" Reivan terkekeh geli sendiri sengan sebutan barunya untuk Laura.

Dengan perlahan reivan membuka pintu Laura dan menggendongnya ala-ala Bride style. Dengan perlahan dia menggangkat Laura ke kamarnya san membaringkannya diatas tempat tidur Laura.

"Sleep tight. You dont know what will happen in the future nona ." Setelah mengelus kepala Laura lembut , Reivan kembali keluar rumah dan kembali melajukan mobilnya di tengah kepadatan jalanan ibu kota yang tidak ada habisnya.

*************

TBC

My Young Step FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang