PART 4

18.3K 501 5
                                    

Maaf beribu maaf, maaf aku telaaat banget nge-uplot nyaa... Sebenernya... *curcol bentar*waktu aku bilang part 4 bentar lagi itu bener, soalnya udah hampir jadi, tapi pas. Aku ulang lagi ngebacanya,kenapa jadi ngerasa aneh, akhirnya aku hapus lagi semuanya, pas dihapus malah blank, semua ide-ide aku hilang gitu aja.. gak tau mesti nulis apaan...jadi maaf banget ya buat para readers yang udah nunggu lamaaa bangeet...terus, makasiiih banyak yaaa yang masih setia buat mau baca, ngevote dan ngomen ceritaku... Aku bener-bener berterimakasih :*:* love you all ~

Oh ya, moga kalian gak kecewa sama part yang ini :D

Ditunggu komen-votenya yaaa

Enjoy !

-dea

"Aduuh.." Reivan meringis kesakitan.

"Elo sih..Ngapain juga sih kedapur malem-malem.."Laura berkata dengan kesal sambil terus mengobati luka Reivan tadi. Sedikit banyak dia merasa bersalah dengan luka yang ia timbulkan di wajah Reivan itu.Hilang sudah bahasa formal yang ia pakai. masih terngiang juga dipikirannya wajah reivan tadi yang menunduk menahan malu , karna ketahuan kalau sebenarnya dia itu tidak pandai memasak.

"kan udah gue bilang, mau buat sarapan.."Reivan kembali merigis saat Laura kembali menekan lukanya terlalu keras.

"ngapain sih lo sok baik gitu , mau ngambil muka ya ?"Laura kembali mendengus sebal. segera ditepisnya jauh-jauh pemikirannya tadi . ingat Laura, cowok yang ada didepan lo ini Reivan , calon bapak tiri lo , jadi mana mungkin dia baik , pasti ada sesuatu dari sikap baiknya itu'' Laura meyakinkan dirinya dalam hati . Reivan menatap Laura serius. 'kenapa wanita satu ini selalu berpikiran buruk ke gue ? kayak gue kuman aja' Reivan mendengus sebal tapi cukup dalam hati saja, dia tak mau menyiram minyak panas diatas bara api yang menyala ,sama saja dia menjemput ajalnya sendiri.

"Lo kenapa sih selalu aja berpikiran buruk ke gue , gak bisa ya elo sedikit berpikiran baik gitu ke gue ?"Reivan menatap laura intens , membuat yang ditatap sedikit salah tingkah. Laura memalingkan wajahnya kearah lain, tangannya yang tadi masih sibuk mengobati luka reivan otomatis turun ke atas pangkuannya.

"Lo pikir aja sendiri, emangnya ada gitu anak yang berpikiran positif ke CALON ayah tirinya ?yang bahkan tidak lebih tua dari kakaknya ?yang bahkan tampan dan cukup mapan."Laura balik menatap Reivan , setelah dia menenangkan degup jantungnya yang mengkhianati pikirannya sendiri untuk berdegup lebih kencang dari biasanya.

"waiit..... lo bilang gue apa tadi ? tampan dan mapan ?"Reivan menampakkan seringai jahilnya. Wajah Laura langsung berubah menjadi merah padam menahan malu dan marah , marah kepada dirinya sendiri yang bisa-bisanya mengucapkan hal bodoh itu.

"Bu...bukan itu maksud gue , maksud gue itu , aahhh.... elo kenapa jadi mengalihkan pembicaraan gini sih ?Gue kan tadi nanya , emang elo pantes gitu dikasih pemikiran positiv??"Laura masih menghindari pandangan Reivan yang masih saja tidak bosan-bosan menatap wajah merah padam Laura. Reivan terkekeh geli didalam hati, baru kali ini dia melihat seorang Laura salah tingkah , karna ulahnya sendiri lagi, sekuat tenaga dia menahan tawanya untuk tidak meledak didepan Laura. Reivan masih ingin sedikit bermain-main dengan wajah merah padam Laura.

"Gue enggak mengalihkan pembicaraan kok , gue cuma nanya , apa maksud dari perkataan lo tadi aja , gue pengen tau , apa gue salah denger ato enggak.." Sekuat tenaga Reivan mengatur wajahnya untuk seserius mungkin dan tidak memunculkan seringai jahil-nya. setidaknya tidak di depan Laura.

"dan lo pasti tau juga kan kalo gue nanya duluan ke elo ,anggap aja elo salah denger , anggap aja kata-kata gue tadi gak pernah lo denger."Laura masih mengalihkan pandangannya kearah lain , masih belum berani menatap Reivan lansung.

"yah, gak bisa gitu dong , lo harus jawab dulu , apa maksud dari kata-kata "tampan dan mapan" itu .."Reivan sengaja membuat tanda kutip dengan tangannya saat dia berkata tampan dan mapan itu. yang jelas-jelas membuat Laura kalang kabut merasa malu setengah mati.'aduh dasar Laura begooo, ngapain sih elo bisa ngomong kayak gitu ??! bikin malu diri sendiri aja.'Laura memaki-maki dirinya sendiri dalam hati.

"aiiisshh.. gak tau ah ,a.... anggap aja elo gak pernah denger kata-kata itu. udah ah .... gue capek ngantuk lagi , gue mau tidur,"Laura langsung berdiri secepat kilat dan berjalan setangah berlari ke kamarnya yang berada dilantai dua.

Reivan yang tinggal sendiri disofa bawah , hanya bisa melongo seperti ongol-ongol ditinggal oleh Laura.'ini cewek aneh banget, jutek lagi, tapi...dia itu unik dan selalu bikin penasaran dengan apa yang sedang dia pikirkan.. dan dia itu cantik..'

untuk kesekian kalinya Reivan dibiuat tersenyum sendiri oleh Laura. "elo emang bisa banget bikin gue makin penasaran sama siapa elo ra.."Reivan tersenyum lembut sambil terus memandangi pintu putih kamar Laura itu , dan berharap seandainya saja sesosok cantik Laura itu keluar dari pintu itu .

lalu dengan gerakan perlahan reivan kembali ke kamar sementaranya . kamar sementaranya , dirumah sementaranya .

******

tok..tok..

"Masuk."terdengar suara berat dari seorang pria tampan yang tampak sibuk dengan berbagai berkas-berkas ditangannya.

"pak Reivan, ada yang ingin bertemu dengan anda "seorang wanita muda yang cantik menghampiri pria tampan yang tak lain adalah Reivan.

"siapa ?"Reivan melepaskan kacamatanya, dan menyerngitkan alisnya mengalihkan pandangannya dari setumpuk berkas-berkas penting tanganya dan menatap sekertarisnya itu. Seingatnya dia tidak memiliki janji dengan siapa pun hari ini.

"katanya dia ada urusan penting dengan bapak, namanya lucky adirwarya pak.."kelly-nama sekertaris Reivan-menatap takut-takut kearah Reivan , iya tau betul kalo Reivan sedang badmood saat ini , karna salah satu tender besarnya jatuh perusahaan lawannya.

"namanya lucky adiwarya ?"Reivan tercenung. iya tau siapa pemilik nama tersebut, sangat tau.. 'kenapa dia datang untuk menemui ku?' Berbagai macam pertenyaan berkelebat didalam benak Reivan tapi tak ada satu pun yang terjawab.

"suruh dia masuk kelly.."setelah sekian lama berkelebat dengan pikirannya sendiri, akhirnya Reivan memutuskan untuk menemui pria itu.

"baik pak.."Kelly mengangguk paham . lalu berjalan keluar.

"selamat siang Reivan..." suara berat datang dari arah pintu , seorang pria paruh baya yang masih terlihat tampan berdiri disana. walau sebagian rambutnya sudah memutih dan wajahnya memiliki keriput-keriput,tapi itu tak mengurangi ketampanan dan kharismanya.

"selamat siang juga om lucky..."Reivan berdiri dari kursinya dan menyalami pria paruh baya itu. Reivan tidak dapat menyembunyikan senyum sinisnya.

"silahkan duduk om.."Reivan menggiringnya ke sofa berwarna merah yang ada disebelah kiri meja kerjanya.

"jadi ada apa om mencari saya kesini sampai jauh-jauh terbang dari paris ke indonesia ?"setelah sama-sama terdiam untuk beberapa saat akhirnya Reivan memutuskan untuk membuka pembicaraan .

"kamu selalu to the point Reivan , tapi saya suka itu."lucky tertawa . wajahnya tampak sangat lelah seakan-akan wajah itu sudah melalui banyaknya masalah kehidupan.

"saya kesini untuk meminta kembali apa yang pernah saya titipan kepadamu..."suara berat itu terdengar sangat serius , maya lucky menatap tajam kearah Reivan , yang ditatap hanya bisa duduk tegang seluruh sendi-sendinya kendadak kaku.

"apa?"Reivan menatap nanar kearah lucky.

"Memintanya kembali ?"Reivan berkata lirih.

TBC

My Young Step FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang