PART 19

14.6K 439 60
                                    

Halo. Hai.
Makasih banget ya , buat yang udh mau repot2 teken tombol vote :) I LOVE YOU GUYS! buat yang udh masukin ke reading listnya juga I LOVE YOU!! buat yang komen apa lagi... saya sayang kalian semua.

I knoowww ini lama banget. Dan ini tu sedikit banget. Dan masih banyak banget typonya. Tapi sumpah. Saya sebagai author bener2 buntu. Ga tau lagi ni cerita mau dibawa kemana. Ada yang mau usul ? Silahkan ke kolom komentar yha. Siapa tau bisa jadi masukan

Terimakasih

Love hug kisses

-dea

Author pov

Reivan melajukan mobilnya dengan kencang. Rahangnya mengeras. Tangannya menggenggam stir mobil dengan kuat. Setelah beberapa jam bersama Laura tadi secara tidak langsung sudah menamparnya kembali ke pada kenyataan. Sebagian dirinya tidak ingin melanjutkan misi bodohnya ini lagi. Dan ingin menjalani hidup tenang saja. Tapi sebagian dirinya yang lain masih memendam dendam yang sama dan belum bisa hilang.

Dia juga bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa sampai ia membawa Laura ketempat sakralnya. Apa karna melihat binar sedih dimata Laura? Dan ia ingin menggantikannya dengan binar bahagia ? Tapi.. apa iya ? Atau apa ? Ia sendiri bingung dengan hatinya sendiri.

"Apa yang harus aku lakukan? Apakah ini benar ?" Reivan berkata dengan lirih. Matanya menggelap sambil terus menyusuri padatnya kota jakarta.

Mobil Reivan akhirnya berhenti disebuah club mewah yang ada di kota jakarta.

Segera Reivan turun dari mobilnya dan berjalan memasuki club itu.

Reivan cukup jengah dengan pandangan lapar para wanita yang ada di club itu. Seakan-akan mereka akan memakan Reivan hidup-hidup. hingar bingar dan bau asap rokok yang begitu menghambat pernafasannya sedikit mengganggunya.

"Yo ma bro. Udah lama lu ga kesini. Udah lupa jalan kesini ?" Seorang bertender berwajah cute tapi macho itu menyapa Reivan ramah. Yang disapa hanya tersenyum hambar.

"Raf, yang biasa satu" Reivan mengedarkan pandangan matanya kesekeliling club ini. Banyak manusia-manusia yang berseliweran melepas kepenatan atau hanya sekedar mencari pergaulan.

"Gue liat lu makin gelap aja, Van" Rafael menyerahkan segelas vodka kehadapan Reivan sambil terkekeh geli. Yang langsung diteguk habis oleh Reivan dalam sekali tegukjan. Reivan menyerngitkan keningnya. Pahit.

"Masalah wanita he ?" Rafael kembali berbicara walaupun masih belum mendapati tanggapan dari yang diajak berbicara.

"Entahlah. Gue jadi bingung untuk melanjutkan rencana gue . Atau malah beralih mencintai gadis polos itu" akhirnya setelah berdiam diri meredakan rasa terbakar di tenggorokannya Reivan angkat bicara.

"Lo harus mikir pake hati kalo masalah cinta. Bukan pake otak. Atau elo yang bakal nyesel sendiri bro" Rafael menepuk bahu Reivan sebentar sambil memberikan tatapan sedihnya dan beralih ke pada manusia-manusia lain yang membutuhkan racikan mautnya malam ini.

"Apa yang harus gue lakuin?" Reivan membatin dalam hati. Lalu mengacak-acak rambutnya.




Laura pov


Aku mengerjap-ngerjapkan mata. Dan kemudian menggeliat. Sinar matahari menerobos masuk begitu saja kedalam kamarku.

"Hoaaaaaammm"aku menguap. Dan langsung tersadar. Seketika aku melihat jam digital yang ada di sebelah ku.

"Sial. Udah jam 7!" Aku segera melompat dari tempat tidur dan lari terbirit-birit ke kamar mandi. Dan yap hanya melakukan mandi bebek. Alias mandi kilat alias sama aja g2a mandi.

My Young Step FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang