03 || Salah

50 14 0
                                    

Teriakan menggema yang Dean lontarkan kontan membuat Disca terkesiap hingga wig merah muda di genggaman terjatuh begitu saja. Gadis yang khas mengenakan baju merah khas Haruno Sakura dari serial animasi Naruto itu sampai ternganga untuk beberapa saat.

"Kamu apa-apaan?!"

Disca seketika mencebik begitu dapat mengendalikan diri dari keterkejutannya. Kini, tatapan sengit dan lantang suara Dean tak lagi membuatnya gentar. Ia memilih mengabaikan lelaki tersebut dan mengambil wig yang tergeletak di lantai, lalu melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Geram dengan kelakuan Disca, Dean bergerak cepat menghentikan gerak anak tersebut, merenggut rambut tiruan berwarna merah muda itu dan kembali menjatuhkannya ke lantai.

"Kak!Lo apa-apaan sih!"

"Lo? Disca kamu benar-benar sudah keterlaluan!" Dean kembali berteriak, membalas lantang suara gadis itu.

Tidak cukup dibuat marah dengan tingkah Disca yang berdandan ala tokoh anime, Dean semakin terbakar dengan gaya bicara adiknya, sungguh apa yang diperbuat Disca kali ini sudah melewati batas.

"Kakak sudah cukup sabar menghadapi kamu selama ini, tapi kelakuan kamu malah semakin menjadi-jadi. Apa gak cukup kamu hanya menonton tanpa harus seperti ini?"

Disca berdecak kesal, memandang Dean lebih sengit dari sebelumnya."Memangnya apa yang salah dari ini? Lo aja yang lebay tau, gak!"

Atmosfer ruangan tersebut begitu panas, membakar dua jiwa yang berada di dalamnya. Disca tak lagi menaruh rasa hormat, muak berada dalam aturan lelaki yang hanya berjarak beberapa tahun darinya.

"Berhenti ngatur-ngatur hidup gue dan biarin gue lakuin apa yang gue suka! Jangan mentang-mentang lo lebih tua, terus lo ngerasa berhak buat ngontrol gue. Lo sama sekali gak punya hak untuk itu!"

Wajah Dean kian memerah dengan napas memburu.Sabar yang selalu coba ia jaga setiap kali menghadapi Disca tak lagi dimilikinya. Sejak mendapati apa yang Disca lakukan, emosinya sudah lepas kendali.

Namun, Dean masih mencoba mengendalikan diri. Kedua tangannya mengepal erat, berusaha keras agar tak melakukan hal yang melewati batas. Bagaimanapun, ia tak pernah pantas menyakiti adiknya sendiri.

"Dis–"

"Cukup! Gue gak mau ngomong lagi sama lo. mending sekarang lo keluar dan jangan ganggu gue lagi," potong Disca tanpa menatap Dean. Masa bodoh dengan lelaki menyebalkan itu.

"Kamu gak bisa bersikap seperti ini, Dis. Sadar! Semua yang kamu lakukan ini salah, mau sampai kapan kamu kayak gini?"

"Salah, salah, salah. Selalu saja lo bilang kayak gitu! Apa yang salah,hah? Lo aja yang mikirnya lebay!" Disca kembali menatap Dean dan memupus jarak antara mereka.

Tak tahan lagi dengan kehadiran Dean di kamarnya.Ia pun memaksa lelaki itu angkat kaki, mendorongnya keluar dan langsung membanting pintu. Namun, sialnya. Pintu itu tak dapat dikunci.

Gara-gara hal itu pula, semua ini terjadi. Seandainya pintu tersebut tak bermasalah, tentu Dean tak 'kan masuk seenaknya dan mengacaukan mood-nya.

Tak kehabisan akal untuk menghalangi Dean masuk, Disca menggunakan kursi untuk menghalangi pintu. Ia tak ingin lagi terlibat dengan lelaki pengganggu tersebut. Untuk malam ini, atau bahkan selamanya.

Sementara itu di luar ruangan, Dean tak melakukan apa-apa. Ia tak memberontak ataupun meminta Disca membuka pintu. Sejak pintu dibanting begitu keras di depan mata, Dean tak ingin lagi memaksa.

Bara amarah yang mengisi dada mereka masih sangat panas. Bila tak berhati-hati,keduanya akan semakin terbakar dan terluka. Dean tak ingin melukai baik Disca maupun dirinya sendiri, maka ia pun memilih untuk mengakhiri segala yang terjadi hari ini.

WEEABOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang