09 || Hal Gila

42 14 0
                                    

Dean menghabiskan waktu cukup lama hanya untuk memandangi bangunan tak terawat di hadapannya. Kemarin ia tanpa izin masuk ke rumah tersebut dan melayangkan pukulan pada pemiliknya. Namun, sekarang Dean datang dengan itikad baik. Menyelesaikan satu masalah lebih dulu sebelum fokus pada hal lainnya.

Semalam Dean terjaga dan tak dapat lagi terlelap, otaknya terus bekerja memikirkan segala hal. Masalah Iko menjadi yang paling menyita pikirannya, tak pernah terbayang dengan kehidupan yang dijalani anak SMA itu selama ini.

Kepedulian itu pun membawa Dean ke tempat ini. Setelah memutar otak cukup lama, Dean pun mendapatkan sebuah ide, mungkin terbilang gila dan nekat. Akan tetapi, Dean siap dengan segala risiko yang ada.

Jika saja sejak awal Dean tak mengenal Iko, maka ia tak 'kan sejauh ini. Namun, Dean sudah sangat tahu anak tersebut. Oleh sebab itu, Dean tak 'kak bisa menutup mata dengan semua yang terjadi.

Sebelum menemukan solusi yang tepat untuk mengubah Disca, Dean akan menyelesaikan masalah Iko lebih dulu. Agar ke depannya fokus Dean hanya fokus pada satu titik.

Dean kembali melakukan hal yang sama, tetapi hingga beberapa ketukkan pintu rumah itu tetap tertutup rapat. Tak ada tanda-tanda kehidupan dari dalam sana membuat Dean berpikir bila lelaki itu telah pergi. Mau tak mau Dean pun harus merelakan waktu dan usahanya terbuang sia-sia, padahal ia telah izin untuk pulang lebih cepat hanya untuk masalah ini.

"Ngapain lo di sini, Berengsek!"

Dean terkesiap, nyaris saja ia terjatuh karena hantaman tiba-tiba dari pria yang ia nantikan. Entah sejak kapan orang tersebut ada di belakangnya dan mengambil kesempatan melayangkan tinjunya saat Dean berbalik. Apa yang dilakukan Dean kemarin pun dibayar pria tersebut, tanpa memberi kesempatan pria tersebut terus menghajarnya habis-habisan.

Tak ada perlawanan dari Dean, mati-matian Dean berusaha menahan diri dan membiarkan orang tersebut puas dengan aksinya. Tujuan kedatangan Dean bukanlah untuk adu kekuatan saling membalas dan berakhir sia-sia. Hal yang ingin Dean lakukan adalah menyelamatkan Iko bc dari pria tersebut.

Butuh waktu cukup lama Dean untuk bersabar menerima luka dan rasa sakit, hingga pria itu tampak lelah dengan aksinya. Kesempatan tersebut langsung Dean manfaatkan dengan baik, mengambil alih situasi di antara mereka.

"Saya datang untuk bicara baik-baik dengan Anda," ucap Dean sambil menahan kepalan tangan Zakir yang akan kembali menghantam wajahnya.

"Ngomong baik-baik? Gue gak perlu ngomong sama lo. Sekarang kasih tahu gue di mana anak itu!"

"Apa yang akan Anda lakukan bila dia kembali?" Dean kembali membalas kalimat Zakir. Ditatapnya pria itu tanpa getir, seakan-akan menantang.

"Itu bukan urusan lo!"

Dean berdesah, lantas menghempas kasar tangan Zakir yang sejak tadi ia tahan pergerakannya. Beralaskan rumput yang cukup tinggi dan kasar, Dean menyamakan posisi duduknya.

"Iko sudah saya anggap adik, jadi saya tentu tidak akan diam dengan apa yang terjadi dengannya." Dean menjawab dengan tenang, membalas tatapan sengit dari Zakir.

Dean tidak buta untuk melihat raut wajah Zakir yang penuh emosi. Namun, Dean sama sekali tidak takut. Mengabaikan amarah dari pria tersebut Dean memulai melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

"Adik? Anak gak jelas siapa bapaknya dan di mana ibunya itu lo anggap adik?"

Zakir sontak tergelak. Laki-laki yang telah berani melawan dan menantangnya itu benar-benar menarik. "Terserah lo mau anggap dia apa, tapi lo gak pernah punya hak terhadapnya. Dia anak gue jadi––"

"Kalau begitu perlakukan dia layaknya seorang anak, Anda harus bersikap lebih baik sebagai orang tua." Dean menyela, tak ada penekanan dalam tiap kalimatnya.

WEEABOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang